PERPITA, Organisasi Mahasiswa Indonesia di Taiwan Eksis sejak 1960

Sudah diakui juga oleh pemerintah Taiwan

Taipei, IDN Times – Kebanyakan orang mungkin mengenal Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) sebagai representasi mahasiswa Indonesia di luar negeri. Satu hal unik di Taiwan adalah ternyata negara ini memiliki dua organisasi mahasiswa lho, yaitu PPI Taiwan dan Persatuan Pelajar Indonesia di Taiwan (PERPITA).

Hebatnya, PERPITA justru sudah eksis di Taiwan sejak 1960 dan telah mendapat pengakuan dari pemerintah setempat.

“PERPITA sudah berdiri sejak 1960 di Cheng Kung University. Terus kami tahun 1965 diakui oleh Official Chinse Council di bagian edukasi Overseas-Community Affairs Council Republic of China," kata Presiden PERPITA periode 2022-2023, Mary Valery Gunawan, kepada IDN Times.

Baca Juga: [WANSUS] Sepak Terjang Nahdlatul Ulama di Taiwan

1. Sekilas sejarah berdirinya PERPITA

PERPITA, Organisasi Mahasiswa Indonesia di Taiwan Eksis sejak 1960Ilustrasi kegiatan Perpita (IDN Times/Istimewa)

Menurut Mary, kendati PERPITA sudah ada sejak lama, tapi kehadirannya belum mendapat perhatian dari perwakilan Indonesia di Taiwan saat itu.

Hal tersebut tidak lepas dari dinamika Indonesia-Taiwan di masa Perang Dingin. Sekitar 1960-an, representasi Indonesia di Taiwan diwakili oleh Badan Koordinasi Intelijen Nasional (BAKIN), yang fungsinya sebatas urusan keamanan.

Hubungan kedua negara mencapai puncaknya pada 1994, ketika pemerintah Indonesia menerbitkan Keputusan Presiden No. 84 Tahun 1994 yang menjadi landasan berdirinya Kantor Dagang dan Ekonomi Indonesia (KDEI). Sejak saat itu, Indonesia-Taiwan mulai membangun hubungan dagang, pariwisata, investasi, hingga pendidikan.

Beberapa tahun setelahnya, KDEI pun meminta sejumlah mahasiswa Indonesia di Taiwan untuk mendirikan organisasi.

“Karena kalau ada perwakilan Indonesia, harus punya juga perwakilan mahasiswanya. Tapi waktu itu PERPITA belum dikenal, sehingga dibentuklah PPI. Nah, pas PPI dibentuk kami juga baru tahu, lho kok ada PPI. Tapi ya akhirnya keduanya, PERPITA dan PPI, diakui,” papar Mary.

“Dan so far setahu aku, cuma Taiwan aja yang punya organisasi mahasiswa dua,” tambah perempuan yang pertama kali menginjakkan kaki di Taiwan pada Februari 2021.

Baca Juga: Suasana Berbuka Puasa dan Tarawih di Masjid Terbesar Taiwan

2. Perbedaan PERPITA dengan PPI Taiwan

PERPITA, Organisasi Mahasiswa Indonesia di Taiwan Eksis sejak 1960Ilustrasi kegiatan Perpita (IDN Times/Istimewa)

Secara umum, setiap mahasiswa Indonesia yang belajar di Taiwan praktis menjadi anggota PERPITA. Adapun kepengurusan PERPITA terdiri dari 22 orang yang berganti setiap tahun. Perwakilan PERPITA pun tersebar di berbagai wilayah, mulai dari Taipei, Taoyuan, Hsinchu, Hualian, Yilan, Keelung, Kaohsiung, Tainan, Kinmen, Sentral, Taichung, Yunlin, Chiayi, Nantou, hingga Changhua.

Sebenarnya setiap mahasiswa di berbagai tingkatan bisa menjadi anggota PERPITA atau PPI. Tapi, untuk saat ini PERPITA mayoritas diisi oleh mahasiswa S1.

“Gak ada aturan tertulis, tapi kenyataannya S2 yang di PERPITA gak sebanyak di PPI,” ujar Mary.

Mahasiswa asal Surabaya yang saat ini menempuh studi di Ming Chuan University itu menjelaskan bahwa PERPITA dan PPI selalu berjalan. Keduanya kerap membantu program-program KDEI sebagai perwakilan Indonesia di Taiwan. Di samping itu, PERPITA bahkan sempat mengikuti agenda PPI se-Dunia.

“Pada 2014 sampai 4 tahun lalu waktu itu kami aktif banget sampai ikut forum PPI Dunia, walaupun statusnya gak official ya. Habis itu kalau komunikasi jalan terus,” katanya. 

Baca Juga: [WANSUS] Jejak Muhammadiyah di Taiwan

3. Apa saja sih kegiatan PERPITA?

PERPITA sendiri memiliki empat kegiatan besar setiap tahunnya, yaitu perayaan Hari Kemerdekaan 17 Agustus, camping bersama, academic year, dan pekan serta gala dinner. Kegiatan terakhir menjadi agenda penutup kepengurusan sekaligus memilih presiden dan pengurus baru.

“Untuk acara 17-an ada di tiga tempat, yaitu Taichung, Taipei, Kaohsiung, dan Tainan. Itu terbuka, semua orang boleh terlibat, yang camping juga. Nah kalau yang academic year itu temanya tergantung kebutuhan. Tahun lalu itu tentang bisnis,” papar Mary.

“Kalau yang kecil-kecil lumayan banyak, webinar, sharing-sharing,” sambung dia, yang pertama kali bergabung dengan PERPITA pada Mei 2021 sebagai social services

Selain itu, PERPITA juga berperan menjembatani mahasiswa-mahasiswa Indonesia di Taiwan yang memiliki permasalahan hukum.

“Misalnya para mahasiswa ini gak tahu harus ngapain kalau ada masalah, sebut saha kecelakaan atau pelanggaran berkendara, atau kasus pemulangan mahasiswa karena nakal. Kebanyakan mereka kena kasus tapi gak ngerti harus ngapain, nah di situ kamu cari informasi dan bantu mereka. Kami bantu koneksikan ke KDEI atau alumni di Indonesia,” tutur Mary.

4. PERPITA sebagai mitra pemerintah Taiwan

PERPITA, Organisasi Mahasiswa Indonesia di Taiwan Eksis sejak 1960Ilustrasi kegiatan Perpita (IDN Times/Istimewa)

Mengingat kedudukan PERPITA yang sudah mengantongi legalitas dari pemerintah setempat, tidak jarang mereka dilibatkan untuk berbagai urusan dan dimintai pendapat untuk kebijakan tertentu.  

“Selama saya menjabat itu sudah dua kali (dipanggil untuk sosialisasi dan audiensi), tahun lalu dan pas winter break. Sebenarnya gak Indonesia saja ya, ada perwakilan Malaysia, Myanmar, Thailand, dll. Tapi dari Indonesia yang dipanggil PERPITA,” kata Mary.

Kendati PERPITA merupakan mitra Taiwan, tapi Mary menegaskan bahwa organisasinya tidak mendapat anggaran tahunan dari pemerintah. Bantuan dana diberikan hanya ketika PERPITA mengadakan kegiatan tertentu, berdasarkan proposal yang diajukan.

Guna kepentingan finansial, PERPITA juga menyediakan suvenir dan merchandise.

“Karena PERPITA ini kan NGO (Non-Governmental Organization), ya akhirnya bisnis kami hanya yang berkaitan dengan mahasiswa. Selain suvenir, kami juga menyediakan kartu simcard sebelum mahasiswa datang ke Indonesia,” kata Mary.

5. Harapan untuk Perpitar

PERPITA, Organisasi Mahasiswa Indonesia di Taiwan Eksis sejak 1960Ilustrasi kegiatan Perpita (IDN Times/Istimewa)

Di penghujung masa jabatannya, Mary berharap kepemimpinan PERPITA selanjutnya bisa lebih merangkul seluruh mahasiswa Indonesia. Dia juga ingin supaya anggota dan seluruh mahasiswa memiliki sense of belonging terhadap organisasi.

“Ke depan maunya lebih menggaet seluruh mahasiswa Indonesia, lebih kompak. Dulu itu PERPITA pernah jaya karena orang Indonesianya sedikit, sehingga kompak. Kalau sekarang banyak, apalagi setelah COVID-19, jadi bisa dikatakan kurang kompak,” harap Mary.

“Seperti sekarang, sulit berkoordinasi dengan bagian selatan yang justru di sana banyak special case yang perlu dikaji, seperti permasalahan jam kerja pas magang, atau bayangannya kerja ke company tapi malah jadi buruh kasar di pabrik,” sambungnya.

Lebih dari itu, Mary berharap PERPITA bisa menjadi wadah untuk merekatkan rasa nasionalisme warga Indonesia di Taiwan.

“Di sini saking banyaknya warga Indonesia, akhirnya mereka ada yang risih, bahkan susah nurut dengan pemerintah. Ada yang meremahkan soal Indonesia, ada juga yang memuja berlebihan negara yang mereka tinggali,” ungkapnya.

“Jadi ya saya tuh berharap bisa kompak, kenal satu sama lain, saling care,” kata dia, yang saat ini juga mengampu jurusan International Business Trade.

Topik:

  • Vanny El Rahman
  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya