Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi bus TransJakarta (IDN Times/Dini Suciatiningrum)
ilustrasi bus TransJakarta (IDN Times/Dini Suciatiningrum)

Intinya sih...

  • Zahra menilai pelayanan Transjakarta sudah baik, tapi tap in kartu masih lama.

  • Misrohatun menolak kenaikan tarif di atas Rp5 ribu, harap layanan ditingkatkan merata di seluruh Jakarta.

  • Lilis Varwati setuju dengan kenaikan tarif asal tidak melebihi Rp5 ribu, tapi keberishan fasilitas di halte perlu diperhatikan.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times – Wacana kenaikan tarif Transjakarta terus menguat seiring penurunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah(APBD) DKI imbas pemotongan Dana Bagi Hasil (DBH). Akibatnya, subsidi atau Public Service Obligation (PSO) untuk sektor transportasi publik juga dipangkas Termasuk Transjakarta.

Wacana kenaikan tarif Transjakarta sebesar Rp3.500 ini menuai beragam komentar dari pengguna Transjakarta. Sejumlah pengguna menilai penyesuaian tarif boleh dilakukan, asalkan tidak melebihi Rp5 ribu dan diimbangi dengan peningkatan layanan di semua koridor.

Zahra, warga Cawang, Jakarta Timur, yang setiap hari menggunakan Transjakarta untuk berangkat ke kantornya di Petamburan. Dia mengaku setuju jika tarif disesuaikan hingga Rp5 ribu. Namun, menurutnya, kenaikan di atas angka itu akan cukup memberatkan pengguna yang masih perlu melanjutkan perjalanan dengan moda transportasi lain.

“Kalau masih Rp5 ribu sih oke, tapi kalau di atas 5 ribu aku kurang setuju. Soalnya aku ke kantor naik TJ (Transjakarta) tapi harus lanjut lagi naik ojek online, jadi pengeluarannya banyak. Belum lagi yang harus transit naik KRL,” ujarnya, pada IDN Times Rabu (5/11/2025).

1. Tap in kartu masih lama

Gubernur DKI Jakarta, Pramono Anung dan Wakil Gubernur DKI Jakarta, Rano Karno saat meninjau TransJakarta gratis Hari Kartini, Senin (21/4/2025). (Dok. Pemprov DKI Jakarta)

Zahra menilai pelayanan Transjakarta saat ini sudah jauh lebih baik. Namun, apabila harga tiket naik maka pelayanan dan sarana juga lebih baik.

“Untuk kenyamanan udah oke banget. TJ-nya dingin dan lumayan cepat datang. Cuma minusnya di tap kartunya aja yang agak lama, jadi kadang antre di halte,” ujarnya.

2. Kenaikkan tak lebih dari Rp5 ribu dan perhatikan halte

Koridor 9 Transjakarta (IDN Times/Dini Suciatiningrum)

Senada, pekerja swasta di Jakarta, Misrohatun, yang menolak kenaikan tarif di atas Rp5 ribu. Ia menyebut, kenaikan masih bisa diterima di kisaran Rp4 ribu hingga Rp5 ribu, asal layanan ditingkatkan merata di seluruh wilayah Jakarta.

“Setuju aja kalau pelayanannya ditingkatkan. Harapannya bisa menyebar di seluruh Jakarta, jangan cuma bagus di Jakpus atau Jaksel. Kadang busnya gak ada AC, halte dan jembatan juga masih ada yang jelek,” ujarnya.

Misrohatun juga mengingatkan pentingnya menjaga jalur busway agar tetap steril agar tidak macet di Jalan

“Yang jagain jalanan TJ biar steril itu kadang ada, kadang gak. Jadi masih suka kecampur sama kendaraan pribadi,” katanya.

3. Toilet kotor dan hanya satu

Halte TransJakarta Semanggi. (IDN Times/Herka Yanis)

Sementara itu, Lilis Varwati, pengguna koridor 1 (Blok M–Kota) dan 6C (Galunggung–Rasuna Said), berpendapat kenaikan tarif masih wajar asal tidak melebihi Rp5 ribu.

“Setuju selama harganya masih terjangkau. Kalau naik jadi Rp4 ribu atau Rp5 ribu masih oke, tapi kalau lebih dari Rp5 ribu gak setuju,” ujarnya sambil tertawa.

Lilis juga menyoroti kebersihan fasilitas di halte Transjakarta terutama toilet yang masih kotor dan hanya tersedia satu untuk semua gender.

“Layanan TJ udah oke, cuma aku concern di halte. Hampir setiap halte toiletnya kotor, bahkan ada yang campur laki-laki dan perempuan. Itu gak nyaman banget, rasanya risih kalau campur” katanya.

4. Wacana kenaikan tarif Rp5 ribu sampai Rp7ribu

Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung naik Transjakarta, Rabu (30/4/2025)/ IDN Times Dini Suciatiningrum

Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung menegaskan penyesuaian tarif TransJakarta harus dilakukan lantaran beban subsidi yang ditanggung Pemprov DKI sudah terlalu besar, mencapai lebih dari Rp9.700.

"Sebenarnya di tarif yang lama pun, kami sudah menyubsidi, jadi per tiket berapa Rp 9.700. Kan terlalu berat kalau terus-menerus seperti itu, apalagi DBH-nya (Dana Bagi Hasil) dipotong," ucap Pramono di Balai Agung, Balai Kota, Jakarta, Rabu (29/10/2025).

Pramono mengatakan, sampai saat ini Pemprov DKI belum memutuskan besaran kenaikan tarif TransJakarta. Namun, banyak masyarakat yang mengusulkan Rp5 ribu sampai Rp7 ribu.

Saya juga mendengar rata-rata yang mengusulkan di media, itu antara Rp5 ribu sampai Rp7 ribu rata-rata. Tetapi kami akan memutuskan sesuai dengan nanti apa yang menjadi kemampuan masyarakat," katanya.

Editorial Team