Joe Biden Harap Kesepakatan Hamas-Israel Tercapai Pekan Depan
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times – Presiden Amerika Serikat (AS), Joe Biden, berharap kesepakatan pemulangan warga Israel yang disandera Hamas akan tercapai pada Senin (4/3/2024) mendatang. Kedua pihak berupaya mencapai kesepakatan untuk pembebasan 134 sandera yang tersisa di Gaza.
”Biden memberikan nada optimis ketika dia berbicara dengan wartawan di New York tentang kemungkinan kesepakatan,” lapor Jerusalem Post, Selasa (27/2/2024).
Qatar akan menjadi tuan rumah pembicaraan antara Hamas dan Israel pada pertemuan itu. Namun hingga saat ini, Hamas masih enggan menyetujui tuntutan yang diminta oleh Israel.
1. Tuntutan keduanya saling bertolak belakang
Mandeknya kesepakatan kedua pihak ditengarai oleh tuntutan keduanya yang saling bertolak. Israel mengatakan akan menyetujui jeda kemanusiaan apabila sandera dibebaskan, sementara Hamas mengatakan akan membebaskan sandera jika gencatan senjata disepakati.
Pada Senin, Pemimpin Hamas Ismail Haniyeh menemui Emir Qatar Sheikh Tamim bin Hamad Al Thani. Ia mengatakan pihaknya menerima upaya mediator untuk mengakhiri perang, tetapi Israel telah menjadi alasan kesepakatan tersebut tidak dapat tercapai.
“Kami tidak akan membiarkan musuh menggunakan negosiasi sebagai kedok kejahatan ini,” kata Ismail.
Sementara itu, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengaku siap untuk berunding. Namun itu bergantung pada kemauan Hamas untuk membatalkan tuntutan yang dianggapnya tidak masuk akal.
"Tentu saja, kami menginginkan kesepakatan ini jika kami dapat mencapainya. Itu tergantung pada Hamas. Sekarang keputusan mereka benar-benar tergantung pada hal itu," katanya kepada Fox News.
Baca Juga: Israel Mengebom Lebanon Timur untuk Pertama Kali sejak Konflik Gaza
2. Upaya Qatar sebagai mediator kedua pihak
Editor’s picks
Kantor emir Qatar mengatakan, Al Thani dan pemimpin Hamas telah membahas upaya Qatar untuk menengahi perjanjian gencatan senjata segera dan permanen di Jalur Gaza.
Sebelumnya, sebuah sumber mengatakan kepada Reuters bahwa delegasi Israel, yang terdiri dari staf militer dan agen mata-mata Mossad, telah terbang ke Qatar. Mereka akan mendirikan pusat operasional untuk mendukung negosiasi di sana.
”Misinya termasuk memeriksa usulan militan Palestina yang ingin dibebaskan Hamas sebagai bagian dari kesepakatan pembebasan sandera,” kata sumber itu.
Dalam pembicaraan baru-baru ini di Paris, Israel menyatakan siap melepaskan 400 tahanan Palestina, termasuk beberapa yang dihukum karena tuduhan berat. Ini merupakan imbalan atas pembebasan 40 wanita dan pria lanjut usia Israel yang ditahan di Gaza.
3. Warga Gaza membutuhkan perdamaian secepatnya
Pertempuran antara Hamas dan Israel di Palestina masih terus berlanjut hingga saat ini. Diperkirakan jumlah korban tewas hampir mencapai 30 ribu orang di Gaza, sementara hampir 70 ribu lainnya luka-luka.
Di tengah konflik yang tak berkesudahan, Masyarakat Bulan Sabit Merah Palestina (PRCS) juga menghentikan sementara layanan kesehatannya di Gaza selama 48 jam. Hal ini mempertimbangkan keamanan para pekerja medis di lapangan.
”Kami tidak dapat menjamin keselamatan dan keamanan tim layanan medis daruratnya karena pasukan Israel tidak menghormati prosedur koordinasi medis yang disetujui oleh badan-badan PBB,” ungkapnya dalam sebuah pernyataan di X, dilansir Middle East Eye.
Sementara itu, warga Gaza yang sedang berkerumun menanti bantuan di Kota Gaza juga mendapat tembakan secara tiba-tiba dari pasukan Israel. Video yang dibagikan di media sosial menunjukkan kerumunan orang melarikan diri dari lokasi kejadian dengan suara tembakan terdengar di latar belakang.
Baca Juga: Pemerintah AS Mengaku Tidak Mendikte Tindakan Israel di Gaza
IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.