[OPINI] Ketika Punya Krisis Kepercayaan pada Orang Lain

Dewasa ini makin dikenal dengan istilah 'trust issue'

Ketika individu berpikir tidak bisa lagi memercayai seseorang, besar kemungkinan bahwa dirinya sedang bergumul dengan masalah kepercayaan. Akhir-akhir ini masyarakat (terlebih generasi milenial) sering menggaungkan istilah trust issue yang digunakan untuk menunjukkan masalah kepercayaan pada orang lain. Dengan demikian, bukan tidak mungkin bahwa trust issue yang berkembang tanpa kontrol yang memadai dapat memengaruhi hubungan interpersonal secara signifikan.

Menaruh kepercayaan pada orang lain, berarti telah yakin bahwa orang tersebut dapat dipercaya dan diandalkan. Namun, menempatkan kepercayaan pada orang lain nampaknya tidak selalu mudah untuk dilakukan. Kepercayaan nyatanya tidak hanya melibatkan unsur percaya itu sendiri, melainkan juga ada pengharapan dan tindakan baik sebagai manifestasi timbal balik.

Masalah kepercayaan umum dapat memengaruhi pola pikir seseorang dalam mengembangkan persepsi yang cenderung negatif pada orang lain. Setidaknya ada beberapa pertanyaan mendasar untuk membantu identifikasi awal apakah seseorang mengembangkan trust issue atau sebaliknya. Pertanyaan tersebut mencakup:

  • Apakah kamu sering mempertanyakan niat orang lain yang ingin membantumu?
  • Apakah kamu sering berasumsi buruk mengenai orang lain?
  • Apakah kamu memiliki asumsi bahwa orang lain akan mengecewakanmu?
  • Apakah kamu lebih memilih menjauhkan diri dari orang lain untuk menghindari kekecewaan?
  • Apakah kamu merasa sungkan dan sulit meminta bantuan orang lain?

Setelah membaca beberapa pertanyaan di atas, bagaimana hasil dari jawabannya? Apabila sebagian besar jawaban kamu adalah "iya", maka ada indikasi kemungkinan bahwa kamu mengalami kesulitan dalam memercayai orang lain.

Penelitian telah menunjukkan bahwa krisis kepercayaan sering kali berkaitan dengan pengalaman sosial, seperti hubungan keluarga dan teman sebaya. Sederhananya adalah saat seseorang memiliki pengalaman di mana kepercayaan berulang kali dipermainkan, maka individu yang bersangkutan mungkin akan merasa bahwa orang-orang di sekitarnya tidak dapat dipercaya dan diandalkan.

Menurut studi dalam Social Sciences, terdapat beberapa alasan potensial yang menyebabkan seseorang mengembangkan trust issue, di antaranya adalah:

  • Pengalaman yang didapatkan anak sejak usia dini: seorang psikolog asal Jerman, Erik Erikson, menyebutkan bahwa fase kehidupan awal seorang anak dikaitkan dengan tahap kepercayaan atau ketidakpercayaan. Dirinya meyakini bahwa komponen tersebut memainkan peran penting untuk menentukan arah perkembangan sang anak di masa mendatang.
  • Pengalaman hubungan yang toxic: ini berkaitan dengan masalah romantisme yang menyebabkan seseorang sulit untuk memercayai orang lain. Misalnya pada kasus di mana pasangan berlaku kasar secara emosional. Hal tersebut dapat mendatangkan dampak yang menjurus pada masalah kepercayaan di masa yang akan datang.
  • Trauma terkait bullying atau penolakan: penindasan atau penolakan sosial dapat menjadi kontributor bagi perkembangan masalah kepercayaan pada seseorang.
  • Mengalami kondisi kesehatan mental tertentu: kondisi kesehatan mental yang berkaitan dengan peristiwa traumatis juga dapat menjadi penyebab timbulnya masalah kepercayaan. Selain itu, masalah kepercayaan bisa termanifestasi menjadi gejala dari gangguan stres pasca-trauma (PTSD). 
  • Memiliki jenis kepribadian tertentu: orang dengan kepribadian neurotik (neurotisisme) atau cenderung berfokus pada emosi negatif dan keraguan yang tidak stabil, lebih mudah mengembangkan masalah kepercayaan pada orang lain.

Trust issue bisa sangat memberatkan karena akan ada beberapa efek yang ditimbulkan. Efek tersebut melibatkan masalah hubungan, baik antar keluarga atau pasangan, perilaku yang tampak, serta perspektif orang lain yang condong memandang sebelah mata.

Adakah cara yang bisa dilakukan untuk mengembalikan kepercayaan pada orang lain? Jawabannya adalah ya, ada cara sederhana untuk mengatasi trust issue. Tahap awal yang bisa dilakukan yakni memulainya dengan porsi kecil. Maksud dari pernyataan tersebut adalah individu dapat mendorong dirinya sendiri untuk memercayai orang lain dalam dosis kecil lalu berlanjut ke hal-hal yang lebih signifikan.

Setelah kepercayaan kembali terpupuk, perlahan namun pasti upayakan berpikir positif terhadap orang lain. Penting juga untuk memegang teguh prinsip "percaya dengan hati-hati" untuk menghindari kekecewaan jika realitas tidak berjalan sebagaimana kehendak ekspektasi. Poin yang tidak kalah krusialnya adalah mengoptimalkan layanan kesehatan mental untuk mendapatkan nasehat dan petunjuk mekanisme koping dari ranah psikologis.

Baca Juga: [OPINI] Catcalling: Mengapa Perempuan Harus Menghindar Padahal Korban?

Indriyani Photo Verified Writer Indriyani

Full-time learner, part-time writer and reader. (Insta @ani412_)

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya