Malala Yousafzai: Saat Tekad dan Habits Mendatangkan Nobel Peace Prize

Ada banyak makna yang bisa diambil dari kisah hidup Malala

Dyna–sebutan bus berwarna putih yang biasa mengantar para pelajar ke sekolah–berhenti menepi, semua anak perempuan kemudian naik, duduk manis di bangku pararel setelah menyapa supir bus dengan sebutan Bhai Jan–saudara laki-laki dalam bahasa Pashtun. Setelah melaju cukup lama, seorang lelaki muda berjanggut dan berpakaian terang menyuruh bus berhenti. Dari cerita yang telah ditranskripsikan ke dalam tulisan, laki-laki itu lantas bertanya “bus sekolah Khushal?”. Bhai Jan mengangguk, laki-laki itu kemudian berjalan melalui lorong bus, “Yang mana Malala?” tanyanya beberapa detik sebelum pelatuk pistol Colt .45. melesat keluar menembus rongga mata kiri seorang gadis berusia 15 tahun.

Kisah itu barangkali sudah sering didengar oleh orang-orang. Lagi pula, siapa yang merasa asing dengan Malala Yousafzai? Peraih Nobel Perdamaian termuda di dunia saat usianya masih 17 tahun karena keberaniannya berbicara tentang pendidikan bagi perempuan sampai mendapatkan tembakan dari Taliban–sebutan kaum fundamentalis Muslim Sunni yang awalnya didominasi oleh orang-orang Pashtun (1990-an) dengan akar di Pakistan.

Ayah Malala Bernama Ziauddin Yousafzai. Beliau merupakan seorang aktivis HAM yang juga mengelola sebuah sekolah swasta untuk laki-laki dan perempuan bernama Sekolah Khushal. Sekolah tersebut terletak di Mingora, Swat, Pakistan. Sejak kecil, Malala senang memperhatikan dan mendengarkan ayahnya melakukan pidato maupun pembicaraan mengenai HAM, pendidikan, politik, dan agama. Kebiasaan itulah yang membuatnya kemudian tertarik pada isu-isu mengenai HAM dan pendidikan. Di usia belasan tahun, Malala pun mulai aktif berbicara mengenai isu-isu tersebut dan menjadi aktivis muda di Pakistan.

Ketertarikan Malala terhadap isu pendidikan semakin terlihat nyata ketika Taliban muncul dan mempengaruhi regulasi di wilayah Swat. Fazlullah yang merupakan pemimpin kelompok Taliban kala itu memperkenalkan diri sebagai pembaharu Islam dan penafsir Al-Qur’an, ia mengajak penduduk Swat untuk senantiasa menerapkan ajaran Islam yang dirasa nyaris musnah di tengah perkembangan zaman.

Ajakan yang mulanya dirasa aman oleh penduduk Swat kemudian berubah menjadi bentuk pengekangan dan kekerasan. Taliban mulai mengeluarkan berbagai macam larangan untuk penduduk Swat dengan alasan tidak sesuai hukum Islam, salah satunya adalah anak perempuan dinyatakan haram untuk sekolah. Larangan itulah yang membuat Malala semakin gencar menyuarakan hak pendidikan bagi perempuan di Pakistan hingga mendapatkan ancaman dari Taliban.

Kesenangan dan keberanian Malala dalam menyuarakan pendidikan untuk perempuan di Pakistan tentunya lahir dari bagaimana kedua orang tua Malala menumbuhkan karakter Malala sedari kecil. Rasa ingin tahu serta minat baca yang tinggi membuat perempuan tersebut memiliki pengetahuan dan wawasan yang luas dibanding anak seusianya.

Habits yang dibarengi dengan tekad dan keberaniannya lantas menghantarkan Malala sebagai aktivis perempuan muda terkenal di dunia yang mampu membawa perubahan bagi lingkungan sekitarnya. Pandangan hebat Malala akan pentingnya pendidikan dan minat baca jelas dapat menjadi role model bagi para generasi muda di Indonesia. Rasa-rasanya kisah hidup yang dialami oleh Malala memberikan pemahaman dan kesadaran kepada kita bahwa setiap orang mampu menjadi penggerak perubahan dan menyuarakan kebenaran tanpa memandang usia maupun gender.

Di tahun 2020, perempuan tersebut mendirikan klub buku digital bernama Fearless yang beroperasi pada awal Oktober. Klub tersebut menampilkan perempuan sebagai penulis yang berani dalam menggambarkan dunia berdasarkan perspektif berbeda. Setiap bulan, Malala akan memilih buku yang hendak dibaca, kemudian mendiskusikan buku tersebut dengan pengikutnya.

Orang-orang sudah mendengar cerita saya. Saya pikir sudah waktunya orang mendengarkan cerita perempuan lain juga.” – Malala Yousafzai.

Baca Juga: Malala Khawatirkan Nasib Perempuan Afghanistan di Bawah Kuasa Taliban

Riani Shr Photo Verified Writer Riani Shr

Menulis adalah salah satu upaya menyembuhkan yang ampuh.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya