Sedikit Mengenai Minum Anggur

Soedradjat menikmati red wine sebagai social drinker

Saya ingin mengajak sidang pembaca untuk melupakan sebentar perkembangan politik dunia maupun konflik di Timur Tengah dan Ukraine yang sebelumnya selalu menjadi topik pembahasan dalam kolom saya. Namun sekarang saya ingin mengajak anda sekalian untuk menikmati suguhan yang sesuai dengan kedamaian Natal bagi mereka yang merayakannya, tentang menikmati minum anggur atau wine, utamanya red wine, karena saya kurang senang meminum white wine, termasuk champagne yang sering membuat saya jadi agak teler.

Saya juga menikmati red wine sebagai ‘social drinker’, untuk dilakukan bersama teman atau keluarga, bukan sama sekali untuk mabuk-mabukan yang saya tidak mengenalnya. Jadi saya minum red wine juga sekadarnya, in moderation, tetapi saya memang senang mempelajari karakter dan jenis grape, apakah berbasis suatu buah (frutti), tingkat dryness-nya, full body, dan siapa yang memproduksikannya. Tetapi selera itu bersifat individual atau pribadi, yang saya anggap enak, orang lain mungkin menilai sebaliknya, dan juga tidak selalu berbanding tegak lurus dengan harga, yang mahal tentu enak. Paling sedikit itu menurut pendapat saya.

Dalam usia saya yang sudah lanjut ini, saya senang melakukan perjalanan pada waktu liburan Natal, saya tidak harus mengajar selama sekitar dua minggu. Biasanya kami, berdua dengan isteri, dan ditemani anak saya yang belum menikah Budi. Saya akan memulai dengan kunjungan ke Bordeaux, Perancis, surganya wine.

Pada suatu liburan Natal mungkin empat lima tahun lalu saya ke Bordeaux selama empat hari, mengunjungi daerah wine, di tepi kanan dan kiri sungai Garonne. Ada sejumlah chateau kenamaan dalam wine, Saint-Emilion, Saint- Estepe, Saint-Christopher, Haut-Medoc, terkenal dengan red wine seperti Chateau Margaux, Petrus, Clinet, Paulliac, Pine, dan sebagainya. Tentu saja minum wine ini untuk menemani makan siang atau malam, dan di daerah ini bertebaran rumah makan dengan peringkat Micheline Star satu sampai tiga, tinggal mau pilih yang mana.

Minum wine juga enak untuk menemani makan dissert, utamanya kalau kita makan keju. Ada satu daerah penghasil wine yang saya belum sempat mengunjunginya, daerah Burgundy, sudah mendekatan perbatasan Jerman, daeral Alsace. Wine Burgundy bisa diminum tanpa menunggu penyimpanan yang lama. Sebagai orang Katolik, kami tidak lupa berziarah ke Shrine Lourdes, tempat dikenal adanya penampakan Bunda Maria kepada tiga anak desa kecil di daerah itu yang kemudian didirikan Gereja indah dan dikunjungi jutaan orang ziarah setiap tahun.

Akhirnya saya perlu menyebutkan kunjungan ke Perancis Selatan, daerah Provance. Di daerah ini ada reruntuhan bangunan yang di abad ke-14 dulu ada istina di mana sejumlah Bapa Suci, kepala gereja katolik bermukim. Ada seorang Paus, Benedictus XIII yang senang berkunjung ke desa penghasil red wine yang beliau senangi. Sejak itu produsennya menamakan hasil produksinya sebagai Chateau du Pape, anggur Paus. Jangan tanya apakah cerita ini benar atau tidak, saya hanya percaya Bapa Suci tidak pernah minum wine sampai mabuk.

Kemudian kita beralih ke Italy. Kami ke Tuscany, dan mengunjungi suatu tempat produksi wine modern, Antinori. Wine terkenal dari tempat ini adalah Chianti dan Chianti Clasico. Tetapi buat yang mengerti ada kelas wine yang lebih tinggi, Tignanello dan Solaia. Sama halnya waktu ke daerah wine di Perancis, kami tidak sempat ke Burgundy.  Di Italy kami tidak sampai ke Amarone, dekat Venetia, padahal saya senang minum Amarone wine.

Untunglah kami bisa mengunjungi tempat lain, Alba di mana terkenal red wine Barolo dan Barbaresco yang sangat sedap. Di tempat ini juga terkenal menghasilkan sejenis jamur, Truffles namanya, ada yang putih yang tumbuh musiman dan ada yang hitam yang tumbuh sepanjang tahun. Truffles sangat enak untuk digunakan penyedap segala macam pasta maupun daging. 

Baca Juga: 5 Fakta tentang Minuman Wine, Punya Harga yang Mahal!

Sedikit Mengenai Minum Anggurilustrasi wine (unsplash.com/Hermes Rivera)

Kita teruskan ke Spanyol dan Portugal. Saya mengenal wine dari Italy dan Perancis sebelum mengunjungi tempat-tempat tersebut. Ini berbeda dengan wine Spanyol dan Portugal yang sebelumnya tidak saya kenal, kecuali Porto, sweet wine untuk diminum setelah makan. Karena itu, kunjungan di keduanya sangat berkesan.

Saya mulai yang berkaitan dengan iman dahulu, saya mengunjungi Fatima, dengan suatu Katedral indah yang didirikan untuk memperingati penampakan Ibu Maria kepada dua gadis dan seorang anak laki-laki di desa ini. Salah seorang Yacinta menjadi Suster dan dia memegang suatu pesan rahasia yang baru dibuka lama kemudian. Wine dari kedua negara ini belum banyak dipasarkan di Asia, sayang karena enak dan murah. Di Spain ada Katedral dekat suatu biara Geronimo, di dalamnya ada kuburan pengeliling dunia Vasco da Gama. Wine area di Portugal ada di tepi sungai Douro.

Tentu saya tidak melupakan waktu ke Italy juga berkunjung ke Vatican, tempat kedudukan Bapa Suci Pemimpin umat Katolik seluruh dunia. Bapa Suci dewasa ini Francis adalah idola saya juga dalam iman. Basilica Santo Petrus gereja terbesar di dunia, sangat megah, dengan alter yang diukir oleh Bernini, dan di belakang ada patung karya Michael Angelo Pieta, yang menggambarkan Ibu Maria memeluk puteranya Jesus yang sudah tidak
bernyawa lagi, sehabis menghembuskan nyawanya di kayu salib. Juga ada Sistine Chapeldengan lukisan Michel Angelo yang sangat indah.

Di luar ada lapangan, Piaza sangat terkenal Sait Peter Square di tengahnya ada suatu Obelisk dari Mesir. Di sini biasa berkumpul ribuan umat Katolik dari seluruh dunia mendengarkan homily Bapa Suci dari balkon di atas Basilica, dan pada waktu-waktu tertentu seperti Natal dan Paskah Bapa Suci memberikan berkat buat Roma dan Dunia, ”Urbi et Orbi” sebagai Uskup Agung Roma.

Daerah wine lain adalah Afrika Selatan dekat Cape Town. Saya dan isteri pernah berkunjung ke daerah ini beberapa kali. Kebetulan dari 2014-2016 saya menjadi anggota Tim Penasihat Ekonomi President Joyce Banda dari Republik Malawi, negara kecil berbatasan dengan Afrika Selatan, Botswana dan Mozambique. Saya diminta manjadi anggota mewakili Singapore, karena anggota lain dari Afrika Selatan, AS dan UK dan mereka minta satu dari Singapore, tetapi tidak ada yang bisa dikirim dan saya dianggap mampu mewakili Singapore.

Selama dua  tahun saya berkali-kali ke Malawi selama satu minggu dan sekembalinya mampir Johannesburg atau Cape Town. Kami pernah beberapa hari menginap di suatu game park, Londolosi, bagian dari Krueger Park yang amat sangat luas, di mana binatang liar hidup seperti habitat mereka meskipun semuanya sebetulnya dipagari juga. Selain itu kami mengunjungi tempat wine, dan salah satu grape di sana adalah hybrid antara Pinot Noire dan Grenache, dinamakan Pinotage, sangat enak rasanya buat saya.

Daerah wine lain yang kami kunjungi adalah Sonoma dan Napa Valley di California, dengan wine terkenalnya Opus One dan Dominus.  Oke, saya belum pernah ke wine area di Latin Amerika yang terkenal di Argebtina, Mendoza Valley dengan Malbeck, dan Chilie. Lebih dekat, tetapi juga belum pernah kami kunjungi di Australia, dengan daerah wine kenamaan, Margareth River, Hunter Valley dan Borossa Valey. Semoga masih sempat di masa mendatang.

Saya ingin mengakhiri tulisan ini dengan mohon maaf kepada mereka yang tidak melihat minum wine sebagai sesuatu yang baik, sedangkan kepada yang menganggap sebaliknya, mudah-mudahan bermanfaat, Selamat Natal kepada anda dan keluarga, dan kepada semua, Selamat Tahun Baru 2024. Tuhan memberkati anda sekalian dengan keluarga. Salam hangat dari saya, Dradjad. (21/12/2023).

Guru Besar Ekonomi Emeritus, FEBUI, Jakarta, dan Guru Besar Tamu Ekonomi Internasional, S. Rajaratnam School of International Studies (RSIS), Nanyang Technological University (NTU), Singapura.

Baca Juga: Konflik Timur Tengah Menelan Korban Dunia Akademi

Topik:

  • Umi Kalsum

Berita Terkini Lainnya