Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
White Eared Pheasant
White Eared Pheasant (commons.m.wikimedia.org/Henry Koh)

Intinya sih...

  • White eared pheasant memiliki kemampuan terbang yang lebih baik dibandingkan kerabat dekatnya

  • Burung ini biasanya mencari makanan seperti umbi dan akar di padang rumput alpine

  • Burung ini menyebar di wilayah pegunungan China bagian barat dan selatan, dengan beberapa subspesies yang menunjukkan variasi warna, ukuran, dan perilaku

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

White eared pheasant atau yang memiliki nama ilmiah Crossoptilon crossoptilon, merupakan burung cantik yang hidup di pegunungan Himalaya, khususnya di wilayah China seperti Qinghai, Sichuan, Yunnan, dan Tibet. Burung ini dikenal dengan bulu putih bersih dan jambul unik di bagian telinga yang menjadikannya mudah dikenali.

Burung ini cukup unik karena hidup berkelompok dalam kawanan besar dan biasa mencari makan di padang rumput alpine. Orang-orang Himalaya bahkan memiliki sebutan khusus untuk burung ini, yaitu shagga yang berarti burung salju.

1. Kemampuan terbang melewati salju

White Eared Pheasant (commons.m.wikimedia.org/Henry Koh)

White eared pheasant memiliki kemampuan terbang yang lebih baik dibandingkan kerabat dekatnya seperti brown eared pheasant dan blue eared pheasant. Mereka bisa terbang melayang, terutama saat melewati salju tebal, dengan bantalan ekor yang lebar dan kuat.

Cara mereka bergerak melintasi salju dalam kondisi sulit ini sangat khas, dengan kepakan sayap dan melayang rendah sambil menggunakan ekor sebagai penyangga berat badan. Adaptasi ini penting untuk bertahan hidup di lingkungan bersalju.

2. Pola makan yang menyesuaikan musim

White Eared Pheasant (commons.m.wikimedia.org/-)

White eared pheasant biasanya mencari makanan seperti umbi dan akar di padang rumput alpine yang sering ditemani oleh hewan herbivora lain seperti yak. Namun, saat musim dingin yang berat, makanan mereka berganti menjadi jarum pinus, beri juniper, beri wolf, serta biji-bijian tanaman seperti iris, lily, dan allium.

Dalam kondisi sangat keras seperti badai salju yang berlangsung berminggu-minggu, mereka bahkan bisa mengonsumsi resin pinus atau kotoran rusa, kelinci, dan yak sebagai sumber nutrisi sementara.

3. Tersebar di wilayah pegunungan China

White Eared Pheasant (commons.m.wikimedia.org/Jacobfriede)

Burung ini menyebar di wilayah pegunungan China bagian barat dan selatan, dengan beberapa subspesies yang menunjukkan variasi warna, ukuran, dan perilaku. Subspesies Szechuan misalnya, biasanya hidup di ketinggian tertentu dan memiliki corak warna dengan bulu abu-abu gelap atau ungu yang khas di sayap.

Sedangkan subspesies lain seperti Tibetan dan Yunnan white eared pheasant memiliki dominasi warna putih yang lebih kuat. Hal ini menunjukkan keragaman genetik dan adaptasi lokal yang menarik untuk diteliti lebih dalam.

4. Dikategorikan sebagai spesies hampir terancam punah

White Eared Pheasant (commons.m.wikimedia.org/Henry Koh)

Saat ini white eared pheasant, khususnya subspesies Szechuan, dikategorikan sebagai spesies hampir terancam punah akibat hilangnya habitat karena pertanian dan pembangunan manusia, serta perburuan untuk makanan.

Upaya konservasi termasuk perlindungan oleh budaya Buddha Tibet di sekitar habitatnya membantu menjaga populasinya. Namun, diperkirakan hanya tersisa antara 6.700 hingga 33.000 individu liar yang bertahan.

White eared pheasant adalah burung alpine yang unik dengan penyesuaian khusus terhadap lingkungan bersalju, pola makan yang fleksibel, dan variasi subspesies yang menarik. Kondisi populasinya yang rentan mengingatkan kita pentingnya menjaga habitat alami mereka agar keindahan dan keberadaan spesies ini tetap lestari.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team