5 Fakta Merak Biru, Burung Asli Asia Selatan yang Suka Poligami

- Ekor jantan sebagai senjata untuk memikat betina, menandakan imunitas dan vitalitasnya.
- Habitat asli di Asia Selatan, adaptif di banyak tempat, bahkan jadi hewan nasional India.
- Jantan kawin dengan beberapa betina, hidup soliter atau dalam kelompok kecil.
Merak biru atau Indian peafowl memang termasuk burung yang memesona dengan penampilan warna biru dan ekor menjuntai yang jadi ciri khasnya. Di berbagai budaya, keindahan merak biru bahkan sering diasosiasikan dengan kemewahan dan kebanggaan.
Namun selain memiliki pesona visual, burung ini juga punya banyak fakta menarik yang jarang dibahas dan diketahui. Yuk, simak deretan fakta berikut supaya kamu makin kenal dekat sama si burung penuh pesona ini!
1. Ekor jantan jadi senjata untuk memikat betina

Salah satu daya tarik utama merak biru jantan tentu adalah ekor panjang penuh "mata" yang bisa dibentangkan bak kipas. Ekor itu sebenarnya bukan ekor sejati, melainkan bulu penutup atas ekor yang memanjang. Ketika musim kawin tiba, pejantan akan memamerkan ekor sambil bergetar untuk menarik perhatian betina. Semakin banyak dan simetris "mata" di bulunya, makin tinggi kemungkinan dipilih oleh betina sebagai pasangan.
Menariknya, tampilan ekor tersebut tidak cuma soal estetika. Jumlah dan kesehatan bulu ekor jantan menandakan imunitas serta vitalitasnya. Betina secara naluriah akan memilih pejantan dengan ekor yang sehat, karena itu mengisyaratkan anak-anak mereka kelak memiliki peluang bertahan hidup lebih besar.
2. Habitat asli di Asia Selatan, tapi mudah beradaptasi di banyak tempat

Merak biru pada dasarnya asli dari India, Sri Lanka, dan beberapa bagian di Pakistan, Nepal, dan Bangladesh. Namun sejak berabad-abad lalu, burung ini sudah banyak dibawa ke berbagai negara bahkan sampai Eropa oleh manusia karena pesonanya yang memikat. Sekarang, kamu bisa menjumpai populasi merak biru liar maupun semi-liar di banyak kebun binatang, taman, hingga kawasan pemukiman tropis dan subtropis.
Yang menarik, merak biru sangat adaptif terhadap berbagai tipe habitat, mulai dari hutan terbuka, tepi sungai, lahan pertanian, hingga taman kota. Mereka juga toleran dengan aktivitas manusia dan kerap hidup berdampingan, asal ada tempat berlindung dan sumber air yang cukup. Fleksibilitas inilah yang membuat merak biru mudah ditemui di banyak belahan dunia, bahkan sampai jadi hewan nasional India.
3. Saat musim kawin jantan akan kawin dengan beberapa betina

Kalau kamu kira merak biru hidup berkelompok besar, itu tidak selalu benar. Merak biru umumnya hidup soliter atau dalam kelompok kecil. Pejantan akan mempertahankan wilayahnya terutama saat musim kawin, dan mencoba menarik sejumlah betina (bisa sampai enam) untuk membentuk "harem" di teritorialnya. Betina dan anak-anak biasanya hidup bersama kelompok kecil, sementara jantan yang tidak punya harem akan berkelompok sendiri atau hidup soliter.
Sesudah musim kawin usai, merak betina lebih sering terlihat mandiri atau berdua dengan betina lain, dan mengurus anaknya sendiri. Sedangkan pejantan akan kembali ke kehidupan sendiri atau berkelompok kecil. Pola ini membuat interaksi sosial merak biru relatif dinamis sepanjang tahun.
4. Merak biru bisa hidup hingga dua dekade

Di alam liar, merak biru bisa hidup rata-rata 20 tahun, dan maksimal bisa mencapai 25 tahun jika terhindar dari predator, penyakit, dan intervensi manusia seperti penggunaan pestisida atau listrik tegangan tinggi. Di penangkaran, usia merak biru sedikit lebih pendek, umumnya sekitar 16 tahun, akibat pola makan yang berbeda, aktivitas lebih terbatas, dan masalah kesehatan tertentu yang jarang dialami di alam liar.
Perawatan dan pola makan berperan besar terhadap umur panjang merak biru. Di alam, mereka makan biji-bijian, serangga, buah liar, dan bahkan kadang-kadang hewan kecil seperti reptil atau mamalia kecil. Sifat omnivora ini membantu mereka survive di lingkungan yang bervariasi.
5. Ekornya rontok setiap tahun dan tumbuh kembali sebelum musim kawin

Banyak yang mengira ekor megah merak biru itu bersifat permanen, padahal sebetulnya bulu-bulu panjang tersebut rontok setiap tahun setelah musim kawin selesai. Proses pergantian bulu (moulting) ini penting untuk menjaga agar bulu selalu segar, sehat, dan sesuai standar daya tarik bagi lawan jenis di musim berikutnya.
Setelah bulu panjangnya rontok, jantan akan tumbuh kembali bulu baru yang siap untuk dipamerkan pada musim kawin berikutnya. Menariknya, selama proses moulting, merak jantan jadi lebih sulit membedakan diri dari betina, karena tidak lagi memiliki ekor megah.
Nah, itulah lima fakta menarik tentang merak biru yang tidak hanya menonjol di visual, tapi juga perilaku, adaptasi, hingga siklus hidupnya. Burung ini benar-benar istimewa, bukan cuma karena kecantikannya, tapi juga kemampuan bertahan dan dinamika sosialnya.