Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Alasan Kenapa Orang Kaukasia Disebut Bule?

ilustrasi bule (pexels.com/RDNE Stock project)

Kalau kamu tinggal di Indonesia, pasti udah gak asing dengan sebutan bule buat orang dengan ras Kaukasoid. Tapi pernah gak sih kepikiran kenapa orang Kaukasia disebut bule? Sebutan ini udah melekat banget dalam budaya kita, sampai-sampai banyak orang asing yang datang ke Indonesia juga tahu mereka disebut seperti itu.

Menariknya, meskipun kata bule sering digunakan, gak semua orang tahu asal-usul dan alasan kenapa istilah ini dipakai. Yuk, kita bahas lebih dalam lima alasan kenapa orang luar negeri, terutama Kaukasia, disebut bule!

1. Berasal dari bahasa Jawa yang berarti pucat atau putih

ilustrasi bule (pexels.com/Mizuno K)

Alasan paling masuk akal kenapa orang asing disebut bule adalah karena asal katanya dari bahasa Jawa. Dalam bahasa Jawa, "bule" atau "bulai" berarti pucat atau berwarna putih. Dulu, orang-orang pribumi melihat bahwa kebanyakan orang Eropa yang datang ke Indonesia memiliki kulit yang jauh lebih terang dibandingkan dengan masyarakat lokal yang cenderung sawo matang. Karena warna kulitnya yang lebih putih dibandingkan dengan orang Indonesia pada umumnya, mereka akhirnya disebut sebagai bule.

Selain itu, dalam budaya Jawa, warna kulit sering menjadi ciri khas yang digunakan untuk membedakan kelompok orang. Ini bukan cuma berlaku buat orang asing, tapi juga dalam kehidupan sehari-hari. Sebutan bule akhirnya meluas dan tetap bertahan, bahkan di luar daerah yang menggunakan bahasa Jawa. Seiring berjalannya waktu, istilah ini semakin umum dan jadi cara orang Indonesia menyebut orang asing tanpa memandang dari negara mana mereka berasal.

2. Pengaruh kolonialisme yang membentuk pola pikir masyarakat

ilustrasi bule (pexels.com/Nicholas Swatz)

Kalau kita lihat ke belakang, Indonesia pernah dijajah oleh Belanda selama lebih dari 300 tahun. Pada masa itu, orang-orang Belanda yang tinggal di Indonesia dianggap sebagai kelompok yang lebih tinggi secara sosial dan ekonomi dibandingkan masyarakat pribumi. Mereka memiliki kulit yang lebih terang, pakaian yang berbeda, dan kebiasaan yang gak sama dengan orang lokal. Karena perbedaan mencolok ini, muncul istilah "bule" untuk menggambarkan mereka.

Pengaruh kolonialisme ini ternyata masih membekas sampai sekarang. Meskipun Indonesia udah merdeka sejak lama, cara pandang masyarakat terhadap orang asing masih terpengaruh oleh sejarah. Bahkan, sampai hari ini, banyak orang yang masih menganggap orang asing terutama yang berkulit putih sebagai sesuatu yang istimewa atau berbeda dari orang lokal. Ini yang membuat istilah bule tetap digunakan hingga sekarang, meskipun udah gak ada lagi hubungan dengan masa kolonial.

3. Perbedaan fisik yang mudah dikenali

ilustrasi bule (pexels.com/RDNE Stock project)

Selain warna kulit yang lebih terang, orang asing, terutama yang berasal dari negara-negara Barat, sering kali punya ciri fisik yang berbeda dari masyarakat Indonesia. Rambut mereka cenderung lebih terang, bisa pirang, cokelat muda, atau bahkan merah. Postur tubuh mereka juga umumnya lebih tinggi dibandingkan rata-rata orang Indonesia. Ciri-ciri fisik ini membuat mereka mudah dikenali di tengah keramaian, dan karena itu, sebutan bule jadi lebih sering digunakan untuk membedakan mereka dari masyarakat lokal.

Karena perbedaan fisik yang cukup mencolok, orang asing sering jadi pusat perhatian di banyak tempat di Indonesia. Di daerah wisata, misalnya, mereka sering dikerumuni orang yang ingin foto bareng atau sekadar menyapa. Ini menandakan bahwa istilah "bule" gak cuma sekadar kata, tapi juga bagian dari cara masyarakat kita melihat dan berinteraksi dengan orang asing.

4. Budaya populer dan pengaruh media

ilustrasi bule (pexels.com/RDNE Stock project)

Media juga punya peran besar dalam mempertahankan istilah bule. Dalam film, sinetron, dan iklan, orang-orang asing sering digambarkan dengan ciri khas yang berbeda dari orang Indonesia pada umumnya. Mereka sering terlihat lebih modern, bergaya hidup mewah, atau memiliki pekerjaan yang menarik. Akibatnya, istilah bule bukan cuma merujuk ke warna kulit, tapi juga ke gaya hidup dan cara berperilaku yang dianggap berbeda.

Selain itu, media sosial juga memperkuat penggunaan kata ini. Banyak orang yang dengan mudah menggunakan istilah bule saat membahas turis asing atau orang luar negeri yang tinggal di Indonesia. Apalagi dengan semakin banyaknya influencer asing yang tinggal di Indonesia dan membuat konten tentang kehidupan mereka di sini. Ini membuat istilah bule semakin populer dan tetap digunakan oleh masyarakat.

5. Cara sederhana untuk menyebut orang asing

ilustrasi bule (pexels.com/RDNE Stock project)

Terakhir, alasan kenapa istilah bule masih sering dipakai adalah karena ini cara yang paling gampang buat menyebut orang asing. Daripada harus menyebut orang luar negeri dengan ras Kaukasia, orang asing dari Eropa atau Amerika, masyarakat lebih nyaman menggunakan istilah yang lebih singkat dan mudah diingat. Ini juga berlaku dalam banyak budaya lain di dunia, di mana orang sering menggunakan istilah tertentu untuk menggambarkan kelompok orang berdasarkan ciri khas fisik mereka.

Meskipun banyak yang beranggapan kata ini hanya merujuk pada orang kulit putih, sebenarnya dalam praktiknya istilah bule bisa digunakan secara luas. Ada juga orang Indonesia yang berkulit lebih terang dari biasanya dan kadang-kadang disebut bule oleh teman-temannya. Ini menunjukkan bahwa sebutan ini lebih dari sekadar warna kulit, tapi juga tentang bagaimana seseorang dianggap "berbeda" dari mayoritas masyarakat Indonesia.

Sebutan bule sudah jadi bagian dari bahasa sehari-hari di Indonesia dan meskipun terdengar sederhana, ternyata ada banyak alasan di balik penggunaannya. Meskipun sering dipakai tanpa berpikir panjang, penting juga untuk memahami makna dan sejarah di baliknya supaya kita lebih sadar dengan cara kita berkomunikasi dan menyebut orang lain. Jadi, sekarang kamu udah tahu, kan kenapa orang luar negeri sering disebut bule?

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Annisa Nur Fitriani
EditorAnnisa Nur Fitriani
Follow Us