5 Fakta Bonin Flying Fox, Endemik Kepulauan Bonin yang Homoseksual!

- Bonin flying fox adalah kelelawar endemik Kepulauan Bonin di Jepang
- Mereka hanya menghisap sari buah dan menunjukkan perilaku homoseksual saat musim dingin
- Keberadaannya terancam punah dengan populasi kurang dari 250 kelelawar dewasa yang tersisa
Bonin flying fox memiliki banyak nama lho, mereka juga dikenal sebagai bonin fruit bat dan ogasawara giant bat. Mereka berada dalam famili Pteropodidae dan memiliki nama ilmiah Pteropus pselaphon. Seperti kebanyakan kelelawar, spesies ini punya bulu didominasi warna hitam dan cokelat dengan ujung berwarna perak. Mereka punya uropatagium, selaput di antara kaki dan ekornya. Bentuk hidungnya juga unik, seperti gulungan.
Jika kamu mengukur dari hidung hingga ujung uropatagiumnya, itu hanya 25,4 sentimeter. Bentangan sayapnya bisa mencapai 78,7 sentimeter dan beratnya hanya 403-587 gram. Di penangkaran, kelelawar ini bisa hidup selama 16 tahun. Tapi rentang hidupnya di alam liar mungkin lebih singkat dari itu. Berikut fakta menarik tentang mereka yang bisa menambah wawasanmu!
1. Kelelawar endemik Kepulauan Bonin

Ada banyak spesies kelelawar, tapi yang menghuni bagian paling utara di dunia, kamu bisa menemukannya di Kepulauan Bonin, Jepang. Wilayah tersebut mencakup Chichijima, Hahajima dan Kepulauan Iwo. Animalia menginformasikan bahwa bonin flying fox lebih suka menghuni habitat subtropis, daerah hangat dan lembap, tepatnya di pulau-pulau yang bukitnya curam.
2. Hanya menghisap sari buah dan membuang sisanya

Sebagai herbivora, bonin flying fox banyak mengonsumsi buah-buahan dari genus Manilkara dan Pandanus. Mereka juga memakan tanaman hias dan paku-pakuan. Sementara itu, buah kesukaannya termasuk sirsak, apel gula, pisang, buah naga, almond India, jambu air dan biji, leci, berbagai jenis jeruk, pomelo, mangga, ara dan murbei china.
Jika makanan tersebut terbatas dan sulit ditemui, bonin flying fox akan memakan beberapa jenis bunga untuk memenuhi rasa laparnya. Mereka sebenarnya cukup fleksibel dan tidak begitu pemilih. Karena, saat makan, kelelawar ini hanya akan menghisap sarinya lalu membuang sisanya.
3. Menunjukkan perilaku homoseksual

Ketika musim panas tiba, kamu akan melihat bonin flying fox tidur sendirian. Berbeda saat musim dingin, mereka cenderung membentuk koloni padat untuk menghemat panas tubuhnya. Anggota koloni itu bisa mencapai hingga 100 kelelawar. Oh iya, pergerakan mereka cukup lambat di antara pepohonan. Spesies ini juga tidak begitu takut pada manusia.
Ada satu fakta menarik dari bonin flying fox yang perlu kamu ketahui! Berdasarkan informasi dari iNaturalist, kelelawar ini cenderung menunjukkan perilaku homoseksual, menyerupai aktivitas oral. Tapi, para peneliti menduga perilaku tersebut berguna untuk membangun ikatan sosial serta pembentukan koloni ketika musim dingin.
4. Pertama kali dikenali pada tahun 1829

Terkadang nama dari hewan begitu unik dan membuat banyak orang bertanya dari mana asalnya? Sumber yang sama menjelaskan bahwa bonin flying fox pertama kali dikenali oleh naturalis asal Inggris bernama George Tradescant Lay di tahun 1892. Ia kemudian menamainya sebagai 'pselaphon', kata yang berasal dari bahasa Neo-latin dan Yunani Kuno. Apa artinya? kebiasaan meraba daripada melihat jalan di siang hari. Arti nama yang sangat unik.
5. Betina mengandung selama 5-7 bulan

Spesies kelelawar ini mulai berkembang biak saat musim dingin, bisa mencapai 27 kali aktivitas kawin yang terlihat dalam sehari. Memang disebutkan waktu spesifik dari musim kawinnya, tapi para peneliti menduga mereka bisa kawin sepanjang tahun, lho. Satu koloni biasanya terdiri dari banyak betina. Saat proses perkawinan, mereka akan mengeluarkan suara keras.
Menariknya, betina mengandung selama 5-7 bulan, waktu yang sangat lama bagi hewan. Mereka hanya melahirkan satu bayi kelelawar di bulan Agustus. Tapi, waktu kelahiran anak-anaknya cukup bervariasi tergantung pada waktu awal perkawinannya.
Spesies kelelawar ini sekarang sangat sulit ditemukan di alam liar. Pada tahun 1994 dan 1966, mereka diklasifikasikan sebagai vulnerable oleh IUCN. Kemudian di tahun 2000, berubah jadi cirtically endangered dan pada akhirnya dikelompokkan sebagai endangered pada tahun 2017. Keberadaan mereka kurang dari 100 kilometer persegi, habitatnya juga sudah terfragmentasi. Populasinya diperkirakan hanya tersisa tidak lebih dari 250 kelelawar dewasa.