5 Fakta Freetown Christiania, Kawasan Semi Legal di Ibu Kota Denmark

- Berawal dari barak militer terbengkalai yang ditempati para hippie
- Punya aturan sendiri yang unik, termasuk “dilarang berlari”
- Tidak ada kepemilikan properti pribadi dan pernah punya mata uang sendiri
Bayangkan ada sebuah "desa" merdeka di tengah ibu kota negara maju, yang punya bendera, hukum, dan gaya hidupnya sendiri. Bukan, ini bukan plot film, tapi kenyataan di Freetown Christiania, sebuah desa otonom yang terletak di jantung kota Kopenhagen, Denmark. Selama lebih dari 50 tahun, tempat ini telah menjadi surga bagi kaum hippie, seniman, dan siapa pun yang mendambakan kehidupan alternatif di luar aturan masyarakat konvensional.
Namun, di balik tembok-temboknya yang penuh mural warna-warni dan atmosfernya yang bebas, Christiania menyimpan sejarah yang rumit, aturan-aturan aneh, serta perjuangan panjang melawan citra buruk. Tempat ini adalah sebuah eksperimen sosial yang terus berevolusi. Penasaran? Kita bedah fakta-fakta unik di balik salah satu komunitas paling terkenal di Eropa ini, yuk!
1. Berawal dari barak militer terbengkalai yang ditempati para hippie

Kisah Christiania dimulai pada tahun 1971. Saat itu, sebuah area barak militer di Kopenhagen, Denmark, dibiarkan kosong dan terbengkalai. Sekelompok hippie dan squatter (penghuni liar) kemudian mendobrak barikade dan menduduki area tersebut. Mereka mendeklarasikan tempat itu sebagai "kota bebas" yang otonom, sebuah eksperimen sosial untuk menciptakan masyarakat yang mengatur dirinya sendiri, bebas dari kontrol pemerintah, dan berdasarkan prinsip-prinsip kolektif dan kebebasan.
2. Punya aturan sendiri yang unik, termasuk “dilarang berlari”

Meskipun namanya "Freetown" (Kota Bebas), Christiania punya serangkaian aturan internal yang ketat untuk menjaga perdamaian. Beberapa aturan utamanya adalah dilarang membawa senjata, dilarang melakukan kekerasan, dan dilarang menggunakan obat-obatan terlarang (hard drugs). Mobil juga dilarang masuk ke area utama. Salah satu aturan yang paling unik adalah "dilarang berlari". Berlari di sini dianggap sebagai tanda panik (biasanya diasosiasikan dengan kedatangan polisi), jadi semua orang diminta untuk berjalan santai agar suasana tetap tenang. Unik banget, ya.
3. Tidak ada kepemilikan properti pribadi dan pernah punya mata uang sendiri

Di Christiania, ternyata tidak ada konsep membeli atau menjual rumah. Para penduduknya tidak memiliki properti secara pribadi. Mereka harus melamar untuk mendapatkan sebuah rumah dan diberikan hak untuk menggunakannya oleh komunitas. Ini adalah bagian dari ideologi kolektif mereka. Pada satu titik, mereka bahkan sempat bereksperimen dengan mata uang mereka sendiri yang disebut "Løn" untuk mendorong ekonomi lokal, meskipun kini mata uang tersebut sudah tidak digunakan lagi.
4. Kisah “Pusher Street” dan perubahan besarnya

Selama puluhan tahun, Christiania terkenal (atau lebih tepatnya, terkenal buruk) karena adanya "Pusher Street" atau "The Green Light District", sebuah jalan di mana ganja dijual secara terbuka meskipun ilegal di Denmark. Area ini sering kali menjadi sumber konflik dengan polisi dan dikuasai oleh geng. Namun, sebuah perubahan besar terjadi pada tahun 2024. Para penduduk lokal, yang sudah muak dengan citra buruk dan kriminalitas, memutuskan untuk mengambil alih dan membongkar Pusher Street. Kini, area tersebut sedang dalam proses transformasi menjadi tempat yang lebih aman dan positif.
5. Pusat kreativitas, seni jalanan, dan kehidupan berkelanjutan

Di luar kontroversinya, Christiania adalah surga bagi para seniman, musisi, dan jiwa-jiwa bebas. Tembok-tembok di seluruh area dipenuhi dengan mural dan seni jalanan yang penuh warna. Arsitektur rumahnya pun sangat unik dan kreatif, sering kali dibangun sendiri oleh para penghuninya. Komunitas ini juga sangat sadar lingkungan. Mereka punya praktik seperti daur ulang, toilet kompos, pengumpulan air hujan, dan penggunaan panel surya sudah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari mereka.
Pada akhirnya, Freetown Christiania tuh seperti sebuah eksperimen sosial yang berbasis kebebasan dan kreativitas. Dengan sejarahnya yang penuh pemberontakan, aturannya yang unik, dan transformasinya yang terus berjalan, Christiania tetap jadi destina yang menarik dan penuh pelajaran. Kalau kamu lagi ke Copenhagen, apakah berani mengunjungi desa “Semi-Legal” ini?