Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Fakta Hujan Meteor Orionid November 2024, Puncaknya Tanggal 28!

ilustrasi hujan meteor (unsplash.com/Daniil Silantev)

Hujan meteor adalah salah satu fenomena astronomi yang paling populer di kalangan pengamat langit. Fenomena ini juga beken disebut bintang jatuh. Pasalnya, saat meluncur di atmosfer, meteor memancarkan cahaya mengilat bak bintang yang jatuh dari langit.

Padahal, kita ketahui bersama bahwa yang jatuh dari langit itu bukanlah bintang, melainkan sebuah meteor yang tertarik oleh gaya gravitasi. Sebagai contoh, ada hujan meteor Orionid yang akan mencapai puncaknya pada 28 November 2024. Saat memasuki atmosfer, Orionid bakal terlihat seperti bintang jatuh dengan kilatan spektakulernya. Ingin tahu lebih jelasnya? Yuk, simak fakta-fakta hujan meteor Orionid yang terjadi pada November 2024 berikut ini!

1. Asal-usulnya belum jelas

ilustrasi komet (pixabay.com/geralt)

Hujan meteor adalah fenomena astronomi yang terjadi ketika Bumi melintasi jalur yang pernah dilewati oleh komet atau asteroid. Saat melintasi jalur tersebut, puing-puing komet atau asteroid yang tertinggal akan tertarik oleh gravitasi Bumi. Puing-puing itulah yang kita kenal sebagai hujan meteor.

Akan tetapi, untuk hujan meteor Orionid kali ini, asal-usulnya belum diketahui secara jelas. Banyak perbedaan pendapat terkait induk hujan meteor tersebut. Beberapa mengatakan bahwa induk Orionid sudah hancur lebur di luar angkasa, tetapi beberapa yang lain memercayai bahwa hujan meteor ini berasal dari komet besar bernama ​​C/1917 F1 (Mellish).

2. Muncul dari arah konstelasi Orion

ilustrasi konstelasi Orion (pixabay.comsl1990)

Hujan meteor Orionid akan muncul dari arah konstelasi (rasi bintang) Orion sang pemanah. Dalam astronomi, Orion adalah rasi bintang paling populer di langit malam. Konstelasi ini terdiri dari beberapa bintang terkenal, seperti Betelgeuse, Rigel, dan Bellatrix.

Adapun, yang membuat Orion berbeda dari rasi bintang lain karena ia memiliki sebuah "sabuk". Jika diamati dari Bumi, sabuk Orion terdiri dari tiga bintang terang, antara lain Alnitak, Alnilam, dan Mintaka. Menariknya lagi, rasi bintang Orion terletak di ekuator langit, yang bisa terlihat di seluruh dunia.

3. Aktif dari 13 November—6 Desember 2024

ilustrasi hujan meteor (unsplash.com/Daniil Silantev)

Hujan meteor Orionid aktif dari 13 November—6 Desember 2024. Fenomena ini akan mencapai puncaknya pada 28 November mendatang. Saat mencapai titik puncak, Orionid bakal meluncurkan sekitar tiga meteor per jam.

Dari intensitasnya, diketahui bahwa Orionid tersebut masuk dalam kategori hujan meteor minor. Dalam astronomi, hujan meteor minor adalah hujan meteor dengan intensitas rendah. Contoh lain hujan meteor minor ada hujan meteor Epsilon Perseid yang terjadi pada September 2024.

4. Ini waktu terbaik mengamati hujan meteor Orionid pada November

ilustrasi hujan meteor Orionid (unsplash.com/Frank Zinsli)

Kabar baiknya, hujan meteor Orionid ini bisa diamati di Indonesia. Mengutip dari In-The-Sky, hujan meteor ini akan terlihat pada pukul 19.32—05.02 WIB setiap malamnya selama periodenya masih berlangsung. Orionid akan muncul dari cakrawala timur dan terbenam di cakrawala barat.

Waktu terbaik untuk mengamati hujan meteor minor ini yakni tengah malam atau dini hari, tepatnya pukul 01.00 WIB. Jika kondisi langit cerah dan minim polusi cahaya, kamu berkesempatan mendapatkan tiga pancaran meteor per jamnya. Tenang saja, fenomena ini bisa disaksikan dengan mata telanjang.

5. Perbedaan hujan meteor Orionid yang terjadi pada Oktober dan November

ilustrasi hujan meteor Orionid (unsplash.com/Sven Brandsma)

Saat mendengar istilah Orionid, mungkin kamu familier dengan hujan meteor Orionid yang terjadi pada Oktober lalu, bukan? Yup, kamu tidak keliru, kok. Faktanya, memang hujan meteor Orionid yang terjadi pada Oktober dan November itu serupa, tapi tak sama.

Kemiripan dua hujan meteor ini ada pada induk atau asal-usulnya. Orionid pada Oktober berasal dari komet 1P/Halley yang sangat populer. Sementara, sebagaimana yang telah dijelaskan di atas, induk hujan meteor Orionid pada November diyakini berasal dari ​​komet C/1917 F1 (Mellish), yang masih masuk ke dalam komet Halley-Type.

Lalu, perbedaan keduanya terletak pada intensitas meteor. Hujan meteor Orionid pada Oktober merupakan hujan meteor mayor dengan intensitas puncak mencapai 25 meteor per jam. Sementara, intensitas puncak hujan meteor Orionid pada November hanya tiga meteor per jam.

Kendati demikian, bukan berarti hujan meteor Orionid yang terjadi pada November ini tidak layak untuk diamati, ya! Malah, jika berhasil melihat hujan meteor ini, kamu sangat beruntung. Pasalnya, semakin rendah intensitas suatu hujan meteor, semakin langka hujan meteor tersebut.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Mutiara Ananda
EditorMutiara Ananda
Follow Us