Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Apakah Manusia Bisa Tinggal di Bulan?

Buzz Aldrin di permukaan Bulan.
Buzz Aldrin di permukaan Bulan. (dok. NASA)
Intinya sih...
  • Luas permukaan Bulan lebih kecil dari Benua Asia.
  • Bulan memiliki atmosfer tipis yang tidak dapat melindungi dari suhu ekstrem.
  • Bulan rawan tabrakan asteroid dan airnya berbeda dengan air di Bumi.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Sebagai tetangga Bumi yang paling dekat, kita semua pasti udah gak asing lagi sama Bulan. Hampir setiap malam, kita bisa melihat Bulan bersinar terang di langit. Gak hanya dilihat, banyak lembaga antariksa sudah mengirimkan misi ke Bulan. Lebih gilanya lagi, NASA bahkan sudah mengirimkan astronaut ke Bulan dan menjadikan misi luar angkasa pertama dengan manusia mendarat di permukaannya.

Dilansir NASA, misi eksplorasi Bulan sendiri berlangsung sejak 1969 hingga 1972. Total, ada 12 astronaut yang sudah menginjakkan kaki mereka di Bulan. Namun jika para astronaut Itu bisa mendarat di Bulan dan kembali dengan selamat, apakah itu artinya manusia juga bisa tinggal di Bulan? Berikut penjelasannya!

1. Luas permukaan Bulan gak lebih besar dari Benua Asia

penampakan Bumi dari Bulan
penampakan Bumi dari Bulan (nasa.gov/NASA/JSC)

Pertama-tama, kamu harus tahu dulu kalau ukuran Bulan sebetulnya gak terlalu besar. Dari langit Bumi, Bulan memang terlihat besar, terutama saat purnama. Namun, hal itu terjadi bukan karena ukuran bulan yang besar, melainkan karena jarak Bumi dan Bulan yang begitu dekat. Dilansir NASA, jarak rata-rata Bulan dengan Bumi saat ini adalah 384.400 kilometer. Sementara, untuk ukuran sendiri, diameter Bulan hanya sekitar 3.475 km dengan luar permukaan 38 juta kilometer.

Sekilas, Bulan memang terlihat luas. Namun, jika dibandingkan dengan Bumi, Bulan jelas gak ada apa-apanya. Sebagai perbandingan, Bumi kita memiliki luas permukaan sekitar 510 juta kilometer. Jangankan dibandingkan dengan Bumi, dibandingkan dengan Benua Asia yang punya luas permukaan 44,5 juta pun Bulan masih kalah besar.

2. Berbeda dengan Bumi, Bulan memiliki atmosfer yang tipis

gambar perbandingan atmosfer Bumi dan Bulan
gambar perbandingan atmosfer Bumi dan Bulan (nasa.gov)

Salah satu alasan utama mengapa Bumi kita layak huni karena keberadaan atmosfer yang tebal. Dilansir National Geographic, atmosfer adalah lapisan gas yang mengelilingi planet. Bukan gas biasa, atmosfer di Bumi melindungi makhluk hidup di permukaan dari paparan radiasi ultraviolet, memastikan suhu di Bumi tetap hangat, hingga mendorong pergerakan udara dan cuaca. Sama seperti Bumi, Bulan juga sebetulnya memiliki atmosfer.

Sayangnya, atmosfer yang dimiliki Bulan sangat tipis, bahkan hanya terdiri dari eksosfer. Jangankan melawan terpaan sinar ultraviolet dari Matahari, atmosfer Bulan bahkan gak sanggup menyebarkan energi Matahari sehingga suhu di sana jadi ekstrem. Bayangin aja, wilayah yang terkena sinar Matahari memiliki suhu lebih dari 121 derajat celsius. Sementara itu, di wilayah yang dibayangi Matahari, suhunya bisa turun hingga -133 derajat celsius.

3. Bulan juga rawan mengalami tabrakan asteroid

permukaan Bulan yang tandus dan penuh kawah
permukaan Bulan yang tandus dan penuh kawah (unsplash.com/NASA)

Salah satu kelebihan atmosfer yang tebal ialah mampu melindungi sebuah planet dari tabrakan meteor. Bumi kita memiliki atmosfer yang tebal. Alhasil, ketika sebuah meteor memasuki Bumi, meteor itu akan terbakar habis di atmosfer. Sekalipun ada yang mencapai permukaan, ukurannya gak terlalu besar sehingga gak menciptakan kerusakan yang masif. Namun, di Bulan, atmosfernya gak sanggup melindungi permukaan dari tabrakan. Dilansir Live Science, ada sekitar 100 meteor seukuran bola pingpong menabrak Bulan setiap harinya. Sementara, meteor yang memiliki diameter 2,5 meter menghantam Bulan setiap 4 tahun sekali.

Meski kedengarannya remeh, dengan atmosfer yang tipis meteor bisa bergerak cepat tanpa hambatan. Di Bulan, meteor paling lambat bisa bergerak secepat 20 km/detik, sedangkan yang tercepat bisa bergerak dengan kecepatan 72 km/detik. Dengan kecepatan seperti ini, meteor yang kecil pun bisa menghasilkan energi besar ketika tabrakan terjadi. Sebagai contoh, coba bayangkan meteor dengan massa 5 kilogram. Jika menabrak Bumi, meteor itu kemungkinan besar akan habis terbakar di atmosfer. Namun, di Bulan, meteor itu akan menghasilkan kawah sedalam 9 meter.

4. Air di Bulan gak sama dengan air di Bumi

ilustrasi sungai di Bumi
ilustrasi sungai di Bumi (unsplash.com/Joris Visser)

Melihat permukaannya yang tandus, awalnya para astronom beranggapan kalau Bulan gak memiliki air. Namun, pada 2008, pesawat Chandrayaan-1 dari India berhasil mendeteksi molekul hidroksil yang menjadi pertanda keberadaan air. Eits, jangan senang dulu! Dilansir NASA, air yang ada di Bulan berbeda dengan air yang ada di Bumi. Di planet kita, air mengalir dalam bentuk cair.

Di Bulan, airnya berbentuk es dan sebagian besar berkumpul di wilayah kutub yang gak pernah menerima sinar Matahari. Selain itu, es ini kemungkinan besar tercampur dengan tanah Bulan, terkubur jauh di bawah permukaan, atau mungkin berupa lapisan es. Selain wilayah kutub, es juga ditemukan di beberapa titik meski dalam jumlah yang sedikit. Sementara, di wilayah yang panas, suhunya sangat tinggi sehingga es bisa menguap dengan cepat.

5. Apakah manusia bisa tinggal di Bulan?

kru Apollo 11 Buzz Aldrin di permukaan Bulan
kru Apollo 11 Buzz Aldrin di permukaan Bulan (unsplash.com/History in HD)

Bulan dan Bumi memang tetanggaan, tetapi kondisi keduanya sangat jauh berbeda. Dilansir Space, untuk satu kali rotasi, Bulan membutuhkan waktu setidaknya 28 hari Bumi. Ini artinya, siang di sana akan berlangsung selama 14 hari dengan durasi malam yang juga sama. Sebenarnya, jika hanya hari yang panjang, manusia mungkin bisa bertahan. Namun, dengan suhu ekstrem saat siang dan malam, hidup di sana jadi mustahil dijalani.

Kalaupun manusia bisa bertahan, untuk bisa tinggal di sana kita benar-benar harus memulai segalanya dari awal, mulai dari menghasilkan udara untuk dihirup, membangun rumah yang bisa melindungi kita dari hantaman meteoroid, mencari cara untuk mendapatkan air, hingga menciptakan sesuatu untuk dimakan secara berkelanjutan. Masalahnya, tanah Bulan gak sama seperti tanah Bumi. Tanah di sana berbentuk seperti pasir halus berdebu dan mengandung banyak logam beracun yang berbahaya bagi tanaman. Manusia bisa saja membawa sumber daya sendiri dari Bumi, tetapi semua sumber daya itu akan membuat roket jadi terlalu berat dan membahayakan perjalanan.

Manusia memang pernah berkunjung ke Bulan dan kembali dengan selamat. Namun, tinggal secara permanen dan hanya berkunjung merupakan dua hal yang berbeda. Membangun kehidupan di Bulan bukan hanya mahal, tetapi juga sangat berisiko. Dengan semua risiko itu, gak heran kalau NASA dan badan antariksa lainnya lebih memilih mengirimkan pesawat tanpa awak untuk meneliti Bulan.

Referensi
“Atmosphere”. National Geographic. Diakses Oktober 2025.
“Facts About the Moon”. NASA. Diakses Oktober 2025.
“How Could We Live on the Moon?”. Institute of Physics. Diakses Oktober 2025.
“How Many Meteorites Hit the Moon?”. Live Science. Diakses Oktober 2025.
“How to Live on the Moon”. Space.com. Diakses Oktober 2025.
“Is There Water on the Moon? We Asked a NASA Scientist”. NASA. Diakses Oktober 2025.
“Moon Exploration”. NASA. Diakses Oktober 2025.
“Meteor Impacts on the Moon”. NASA. Diakses Oktober 2025.
“Size of Earth”. Space.com. Diakses Oktober 2025.
“Size of the Moon”. Space.com. Diakses Oktober 2025.
“Temperature and Atmosphere of the Moon”. NASA. Diakses Oktober 2025.
“Weather on the Moon”. NASA. Diakses Oktober 2025.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Yudha ‎
EditorYudha ‎
Follow Us

Latest in Science

See More

Apakah Manusia Bisa Tinggal di Bulan?

29 Okt 2025, 21:04 WIBScience