Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Fakta Mengejutkan tentang Ingatan, Ternyata Bukan Hanya di Otak!  

ilustrasi ingatan (pexels.com/Pixabay)

Siapa yang sangka kalau ingatan ternyata nggak cuma terbatas di otak kita? Selama ini kita selalu berpikir bahwa memori hanya “disimpan” di otak. Tapi, penelitian terbaru menemukan fakta lain yang mungkin bikin kamu tercengang.

Ternyata, memori nggak cuma disimpan di otak aja, lho! Bahkan, ada yang bilang kalau sebenarnya memori itu nggak pernah benar-benar “tersimpan” dalam arti fisik. Nah, kalau kamu penasaran soal ini dan pengin tahu lebih banyak, yuk simak 5 fakta menarik tentang cara kerja memori yang ternyata lebih kompleks dari yang kita kira!

1. Ternyata, sel-sel tubuh lain juga dapat membentuk memori.

ilustrasi sel dalam tubuh manusia (pexels.com/Monstera Production)

Kalau kamu pikir hanya otak yang bisa “mengingat,” kamu perlu tahu penemuan terbaru dari para ilmuwan New York University. Penelitian yang dipublikasikan di Nature Communications ini menemukan bahwa sel-sel tubuh lain, seperti sel ginjal dan jaringan saraf, juga mampu “belajar” dan “mengingat” dalam pola tertentu. Para peneliti melakukan eksperimen dengan memberi sinyal kimia ke sel-sel tersebut secara berkala, mirip cara otak kita menerima pola neurotransmitter ketika kita belajar sesuatu. Hasilnya? Sel-sel ini bisa mengaktifkan “gen memori” yang biasanya hanya aktif di otak.


Ini menunjukkan bahwa kemampuan memori mungkin adalah sifat fundamental dari banyak jenis sel, nggak cuma neuron di otak. Bayangkan saja, mungkin saja nanti kita perlu memahami “ingatan” tubuh lebih dalam, misalnya apa yang diingat oleh pankreas tentang pola makan kita, atau yang diingat sel kanker tentang pola kemoterapi.

2. Belajar interval itu ampuh bukan cuma buat otak, tapi juga buat sel tubuh

ilustrasi belajar (pexels.com/Ivan Samkov)

Kamu pasti sering dengar kalau belajar dalam interval, alias nggak langsung “ngerjain” semuanya dalam satu waktu, itu efektif untuk memori, kan? Teknik ini dikenal sebagai massed-spaced effect, di mana memori kita lebih kuat kalau informasi dipelajari dalam interval teratur dibandingkan sekali jalan. Nah, dalam penelitian ini, efek serupa juga ditemukan di sel non-otak.


Sel-sel ginjal dan saraf yang menerima “pembelajaran” dalam bentuk sinyal kimia yang diulang berkala ternyata juga mengaktifkan gen memori lebih lama dibanding ketika sinyal diberikan sekaligus. Ini artinya, kemampuan belajar secara teratur mungkin lebih universal di seluruh tubuh kita. Jadi, kalau kamu sering pakai teknik belajar interval buat persiapan ujian, nggak cuma otakmu yang diuntungkan—mungkin saja seluruh tubuhmu ikutan belajar!

3. Memori bukan cuma "tersimpan" di otak, tapi mungkin ada di "seluruh tubuh"

ilustrasi penelitian otak (pexels.com/Anna Shvets)

Ada satu sudut pandang menarik dari artikel di Evolution News yang bilang kalau memori itu sebenarnya bukan “hal fisik” yang disimpan di otak. Mereka berpendapat bahwa ingatan itu sifatnya psikologis, bukan objek yang bisa disimpan layaknya file di dalam folder. Ingatan, menurut mereka, adalah knowledge retained, atau pengetahuan yang tertanam dan nggak terlupakan.

Kalau kamu pikir memori disimpan di otak seperti di flashdisk, mereka menolak mentah-mentah ide itu. Bahkan, ketika otak seseorang mengalami kerusakan atau kehilangan sebagian, ingatan mereka nggak otomatis hilang begitu aja. Ini makin mendukung teori kalau memori mungkin lebih abstrak daripada sekadar sesuatu yang bisa dipotong dengan pisau bedah.

4. Hipokampus itu penting, tapi bukan segalanya buat ingatan

ilustrasi menjelaskan fungsi tubuh (pexels.com/MART PRODUCTION)

Buat kamu yang belum tahu, hipokampus adalah bagian otak yang penting buat pembentukan ingatan baru. Kalau salah satu sisi hipokampus hilang, kamu masih bisa punya ingatan yang normal. Tapi kalau kedua sisi hipokampus rusak, kamu bakal susah banget buat mengingat hal-hal baru, kondisi ini disebut Korsakoff’s syndrome.

Tapi ingat, ini bukan berarti hipokampus “menyimpan” ingatan layaknya flashdisk. Dia lebih berperan buat memproses ingatan baru. Bayangkan hipokampus sebagai “akses awal” buat merekam ingatan, tapi nggak berarti semua memori hanya ada di situ. Mungkin saja, seperti yang diyakini dalam penelitian ini, ingatan juga bisa “terekam” secara simbolis di bagian tubuh lain.

5. Ada bukti memori tetap ada saat otak "mati"

ilustrasi mengingat suatu kejadian di masa lalu (pexels.com/Suzy Hazelwood)

Hal yang nggak kalah mengejutkan dari Evolution News adalah klaim mereka tentang ingatan selama pengalaman mendekati kematian atau near-death experience (NDE). Banyak orang yang mengalami NDE melaporkan ingatan yang tajam dan jelas, bahkan ketika aktivitas otak mereka hampir nol. Ini menimbulkan spekulasi, apakah ingatan itu sebenarnya ada hubungannya dengan kesadaran kita yang lebih dari sekadar fungsi fisik otak?


Kalau benar, ini bisa memperkuat pandangan bahwa kesadaran dan memori adalah sesuatu yang lebih dari sekadar hubungan materi di otak. Ini juga menambah dimensi baru dalam memahami cara kerja memori—bisa jadi ingatan kita tetap “hidup” meski secara fisik tubuh kita dalam kondisi “mati.”


Penemuan-penemuan baru ini bikin kita sadar kalau memori itu lebih kompleks dari sekadar kumpulan neuron di otak. Jadi, lain kali kamu belajar atau mencoba mengingat sesuatu, ingat bahwa tubuhmu mungkin juga “belajar” di tingkat sel, bukan hanya otakmu. Ada kemungkinan di masa depan kita bisa lebih memahami dan memanfaatkan ingatan ini untuk kesehatan, atau bahkan untuk memahami lebih dalam tentang kesadaran kita. Bagi kamu yang penasaran dan suka berpikir kritis, penemuan ini jadi bukti bahwa ilmu pengetahuan selalu berkembang, dan ada banyak hal tentang tubuh dan pikiran kita yang masih belum terjelajahi. Jadi, siap untuk lebih mengenal “ingatan” di tubuh kita?

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Bagus Samudro
EditorBagus Samudro
Follow Us