5 Fakta Selfridges Birmingham, Toserba Ikonik dengan Desain Tak Biasa

- Selfridges Birmingham dibangun kontras dengan bangunan sekitarnya, mencuri perhatian publik.
- Desainnya terinspirasi dari gaun metalik Paco Rabanne yang dikenakan Audrey Hepburn, dengan fasad berkilauan dan lengkung.
- Fasadnya dilapisi ribuan cakram aluminium, mengalami masalah kebocoran, dan dikaitkan dengan gaya arsitektur blob.
Gaya hidup urban yang kian konsumtif membuat akses ke pusat pertokoan menjadi kebutuhan sehari-hari. Berbagai kota besar pun dipenuhi bangunan ritel yang saling bersaing, bukan cuma soal kelengkapan barang, tetapi juga soal daya tarik visual. Persaingan ini mendorong para pengusaha dan arsitek untuk berpikir lebih jauh, bagaimana sebuah toko bisa langsung mencuri perhatian sejak pandangan pertama.
Dari konteks inilah Selfridges Birmingham dibangun. Bangunan ini tidak hanya berfungsi sebagai tempat belanja, tetapi juga sebagai pernyataan desain yang berani. Tampilannya yang tak biasa membuatnya cepat dikenali dan dibicarakan. Berikut sejumlah fakta menarik tentang toserba Selfridges yang kini dikenal sebagai ikon arsitektur di Birmingham, Inggris.
1. Sengaja dibangun kontras dengan bangunan sekitarnya

Dilansir dari Britannica, Selfridges Birmingham dibuka pada tahun 2003 sebagai bagian dari proyek pembangunan ulang kawasan Bullring. Desainnya ditangani oleh firma arsitektur Future Systems, yang dikenal dengan pendekatan eksperimental dan inovatif. Sejak awal, Selfridges Birmingham memang dirancang untuk tampil kontras dengan bangunan di sekitarnya. Tak heran jika kehadirannya langsung mencuri perhatian publik.
2. Terinspirasi gaun metalik Paco Rabanne yang dikenakan Audrey Hepburn
Dilansir dari John Desmond Limited, desain Selfridges Birmingham terinspirasi dari estetika gaun metalik cakram karya perancang busana Paco Rabanne. Gaun tersebut mencerminkan pendekatan futuristik khas Rabanne pada era 1960-an, ketika dunia fesyen mulai bereksperimen dengan material nonkonvensional. Gaun tersebut juga cukup ikonik, bahkan British Vogue mencatat bahwa Audrey Hepburn pernah mengenakannya dalam film Two for the Road (1967). Estetika ini kemudian diterjemahkan ke dalam skala arsitektur. Fasad Selfridges Birmingham dirancang menyerupai permukaan kain berkilau yang membungkus bangunan.
3. Punya ciri khas fasad lengkung dengan ribuan cakram aluminium

Dilansir dari Archimagazine, fasad Selfridges Birmingham dilapisi sekitar 15.000 cakram aluminium anodized yang dipasang di atas permukaan bangunan berwarna biru tua. Permukaan ini dibentuk secara melengkung menggunakan teknik beton semprot yang dipadukan dengan struktur rangka baja. Bentuknya yang organik membuat bangunan ini hampir tidak memiliki sudut tajam. Cakram aluminium tersebut masing-masing berdiameter sekitar 660 milimeter, menciptakan efek visual yang berubah tergantung cahaya dan sudut pandang. Detail inilah yang membuat Selfridges Birmingham mudah dikenali dan sering dijadikan latar foto kota.
4. Pernah mengalami masalah kebocoran

Dilansir dari laporan proyek INCA Ltd., Selfridges Birmingham sempat mengalami masalah kebocoran yang dipicu oleh penurunan suhu serta kompleksitas sistem fasadnya. Permasalahan ini tidak bisa ditangani dengan perbaikan sederhana karena selubung bangunan terdiri dari banyak lapisan dan elemen individual. Proses perbaikannya pun cukup rumit, termasuk pembangunan scaffolding berskala besar yang menutup sebagian fasad. Ribuan cakram aluminium harus diturunkan satu per satu, diberi kode khusus, lalu dicatat posisinya agar bisa dipasang kembali secara presisi. Meski rumit secara teknis, renovasi ini berhasil mempertahankan tampilan ikonik bangunan.
5. Gaya arsitektur blob membuatnya jadi ikon artistik

Dilansir dari Architectuul, Selfridges Birmingham kerap dijelaskan bukan sekadar toserba biasa. Bangunan ini sering dikaitkan dengan gaya arsitektur blob, yakni gaya arsitektur dengan bentuk organik, mengalir, dan menolak geometri kaku. Pendekatan seperti ini tergolong tidak lazim untuk bangunan ritel berskala besar. Karena itu, Selfridges Birmingham berkembang menjadi ikon arsitektur kontemporer Birmingham. Kehadirannya menunjukkan bahwa bangunan komersial pun bisa memiliki nilai artistik yang kuat.
Selfridges Birmingham menjelaskan bagaimana arsitektur ritel dapat melampaui fungsi dasarnya. Dilansir dari berbagai sumber arsitektur dan desain, bangunan ini memadukan inspirasi dunia mode, eksperimen struktural, dan identitas visual yang berani. Meski sempat menghadapi tantangan teknis, Selfridges Birmingham tetap bertahan sebagai simbol transformasi urban kota. Ia bukan hanya tempat berbelanja, tetapi juga representasi pertemuan antara arsitektur, mode, dan budaya visual modern.


















