Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Pelatuk Tutul Besar
pelatuk tutul besar (commons.wikimedia.org/caroline legg)

Intinya sih...

  • Tiap subspesies punya kolorasi yang berbeda

  • Pelatuk tutul besar bisa hidup di dataran rendah hingga dataran tinggi

  • Punya banyak adaptasi untuk hidup di pepohonan

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Membahas soal burung memang gak ada habisnya. Pasalnya, burung memiliki banyak spesies, penyebarannya sangat luas, bahkan hewan tersebut memiliki segudang kemampuan unik. Lebih lanjut, Dendrocopos major atau pelatuk tutul besar merupakan salah satu spesies burung yang menarik untuk dibahas. Sebab, ia termasuk burung pelatuk yang cukup berbeda dari kerabat-kerabatnya.

Contohnya, burung ini memiliki beberapa subspesies yang punya kolorasi yang berbeda. Kemudian, pelatuk tutul besar juga mengembangkan berbagai adaptasi untuk hidup di pepohonan yang tinggi. Ia juga adaptif, bahkan bisa ditemukan di dataran rendah hingga dataran tinggi yang dingin. Nah, mari kita bahas semua hal tersebut secara rinci dan mendalam.

1. Tiap subspesies punya kolorasi yang berbeda

pelatuk tutul besar (commons.wikimedia.org/caroline legg)

Secara umum, pelatuk tutul besar merupakan burung berukuran kecil. Tercatat, panjang maksimalnya sekitar 24 centimeter, bobotnya mencapai 98 gram, dan bentang sayapnya sekitar 34 - 39 centimeter. Badannya ramping, paruhnya tidak terlalu besar, dan kepalanya membulat. Namun, ukuran bukan ciri khas burung ini. Sebaliknya, kolorasi dan variasi warnalah yang membuatnya terkenal.

Dilansir JungleDragon, tiap subspesies memiliki kolorasi atau perpaduan warna yang berbeda. Contohnya, Dendrocopos major major punya warna putih yang dominan. Kemudian, Dendrocopos major hispanicus dan Dendrocopos major harteri dicirikan dari sayapnya yang berwarna putih. Selain itu, ada juga Dendrocopos major numidus dengan paruh yang panjang dan bagian perut berwarna cokelat.

2. Bisa hidup di dataran rendah hingga dataran tinggi

pelatuk tutul besar (commons.wikimedia.org/caroline legg)

Data dari BirdLife DataZone menerangkan kalau burung ini bisa dijumpai di Eropa, sebagian Afrika Utara, Asia Tengah, Asia Timur, hingga sebagian Asia Tenggara. Secara umum, burung ini merupakan hewan yang sangat adaptif. Sebab, ia bisa hidup di dataran rendah, hutan, area pertanian, area pemukiman, area pesisir, hutan pegunungan, area berkayu, hingga dataran tinggi yang ketinggiannya mencapai 2,500 meter di atas permukaan laut. Nah, karena adaptasi yang baik dan penyebaran yang luas, populasi hewan ini juga terus meroket. Tercatat, masih ada sekitar 73 - 110 juta individu di alam liar.

3. Punya banyak adaptasi untuk hidup di pepohonan

pelatuk tutul besar (commons.wikimedia.org/caroline legg)

Pelatuk tutul besar merupakan hewan arboreal yang hidup di pepohonan. Dilansir iNaturalist, unggas ini mengembangkan berbagai adaptasi dan kemampuan untuk mendukung gaya hidup tersebut. Pertama, ia punya kaki bertipe zygodactyl. Jadi, ia punya dua jari kaki yang menghadap depan dan dua jari yang menghadap belakang yang memudahkannya memanjat pohon.

Gak cuma itu, ia juga memiliki bulu ekor kaku yang mampu menyangga tubuhnya saat berada pepohonan. Tulang ekornya juga lebih panjang dan besar dari burung lain. Nah, hal tersebut membuat otot ekornya semakin kuat. Terakhir, tulang dan otot kepala burung ini sudah beradaptasi untuk menahan benturan yang keras. Lebih lanjut, hal tersebut membuatnya bisa melatuk dengan tenang.

4. Bisa memakan serangga hingga bangkai

pelatuk tutul besar (commons.wikimedia.org/Andy Morffew)

Sejatinya, pelatuk tutul besar merupakan omnivor atau pemakan segala. Dilansir Birda, pelatuk tutul besar bisa memakan serangga, biji-bijian, telur, hingga burung lain yang lebih kecil. Tak cuma itu, di beberapa kesempatan ia juga terlihat memakan moluska, krustasea, hingga bangkai hewan besar seperti rusa. Umumnya, burung ini akan mencari mangsa di pepohonan dengan cara melubangi pohon dan mencari hewan yang ada di dalam pohon. Walau begitu, ia juga bisa mencari makanan di daratan atau di perairan jika memungkinkan.

5. Merupakan hewan yang sangat teritorial

pelatuk tutul besar (commons.wikimedia.org/caroline legg)

Saat musim kawin, pelatuk tutul besar bisa menjadi sangat teritorial. Dilansir Avibase, teritori atau wilayah kekuasaannya punya luas sekitar 5 ha. Nah, sifat teroritorial tersebut ditunjukan oleh individu jantan. Jadi, saat ada individu jantan lain yang memasuki wilayah kekuasaannya, maka ia tak segan untuk mengusir, menyerang, hingga bertarung dalam rangka menjaga wilayahnya.

Uniknya, sifat teritorial tersebut juga menarik perhatian individu betina. Lebih lanjut, burung ini akan mencapai kematangan seksual pada usia satu tahun. Setelah kawin, pelatuk tutul besar akan membangun sarang dengan cara melubangi pohon. Setelah menetas, anakan burung ini akan dijaga oleh induknya selama beberapa minggu. Terakhir, pelatuk tutul besar bisa hidup hingga mencapai usia 11 tahun.

Bukan sekadar burung pelatuk biasa, ternyata pelatuk tutul besar merupakan spesies yang beragam, punya banyak kemampuan, dan sangat adaptif. Nah, perpaduan semua hal tersebut membuat pelatuk tutul besar bisa hidup dengan tenang dan tanpa ancaman yang berarti. Walau begitu, kita tetap harus melindungi hewan ini. Dalam hal ini, kita gak boleh mengusik, mengganggu, atau merusak habitatnya.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team