6 Fakta Burung Pelatuk Tutul Tengah, Menjadi Indikator Kesehatan Hutan

Burung pelatuk tutul tengah adalah salah satu spesies burung yang memiliki peran penting dalam ekosistem hutan. Dikenal dengan kebiasaannya mematuk batang pohon, burung ini memiliki adaptasi unik yang membantunya bertahan hidup di alam liar.
Meskipun ukurannya tidak terlalu besar, kehadiran burung pelatuk tutul tengah memberikan manfaat ekologis yang besar, terutama dalam mengendalikan populasi serangga dan menjaga keseimbangan ekosistem hutan. Burung ini juga memiliki suara khas yang sering digunakan untuk berkomunikasi dengan sesamanya.
Ingin mengetahui informasi dan fakta menarik lainnya terkait burung pelatuk tutul tengah? Yuk, simak 5 faktanya berikut!
1. Dapat ditemukan di hutan tropis dan subtropis

Burung pelatuk tutul tengah umumnya ditemukan di hutan-hutan tropis dan subtropis dengan pepohonan yang cukup rapat. Mereka lebih menyukai wilayah yang memiliki banyak pohon tua karena lebih mudah untuk mencari makanan dan membuat sarang. Selain itu, burung ini juga bisa ditemukan di daerah hutan mangrove, perkebunan, serta taman kota yang memiliki banyak pepohonan besar.
Dilansir laman BirdLife DataZone, keberadaannya tersebar di berbagai wilayah, termasuk Asia Tenggara, India, dan beberapa bagian di Cina. Burung pelatuk ini biasanya hidup di ketinggian rendah hingga sedang, tetapi beberapa individu juga dapat ditemukan di dataran tinggi.
2.Memiliki ukuran tubuh yang relatif kecil

Dilansir laman Animalia, burung pelatuk tutul tengah memiliki ukuran tubuh yang relatif kecil hingga sedang, dengan panjang sekitar 20 hingga 22 cm. Ciri khasnya adalah pola tutul atau bercak putih di sayap dan punggungnya yang kontras dengan warna dasar cokelat atau hitam.
Burung ini juga memiliki paruh yang kuat dan tajam yang memungkinkan mereka untuk melubangi kayu dengan mudah saat mencari makanan atau membuat sarang. Ekornya cukup kaku dan sering digunakan sebagai penyangga saat burung ini menempel pada batang pohon. Matanya tajam dan mampu mendeteksi gerakan kecil dari serangga di balik kulit kayu.
Jantan dan betina memiliki sedikit perbedaan dalam penampilan. Dimana jantan biasanya memiliki bercak merah kecil di bagian kepalanya, sedangkan betina tidak.
3.Memakan serangga, buah, hingga biji-bijian

Dilansir laman Birds Wiki, makanan utama burung pelatuk tutul tengah adalah serangga kecil yang bersembunyi di dalam kulit kayu atau batang pohon. Mereka menggunakan paruhnya yang kuat untuk mematuk dan mengupas kulit kayu guna menemukan larva dan semut. Selain serangga, burung ini juga mengonsumsi buah-buahan kecil dan biji-bijian sebagai sumber makanan tambahan.
Mereka memiliki teknik berburu yang sangat khas, yaitu dengan mendengarkan suara serangga yang bergerak di dalam kayu sebelum mulai mematuk. Cara ini memungkinkan mereka menemukan makanan dengan lebih efisien dibandingkan burung pemakan serangga lainnya.
Dalam beberapa kasus, mereka juga terlihat mengunjungi pohon yang mengeluarkan getah untuk mengisap cairannya. Kebiasaan makan burung pelatuk ini mampu membantu mengendalikan populasi hama di hutan.
4.Musim kawin terjadi ketika awal musim hujan dan melimpahnya sumber makanan

Melansir Journal of Ornithology, musim kawin burung pelatuk tutul tengah biasanya terjadi saat awal musim hujan, ketika sumber makanan melimpah. Jantan akan menarik perhatian betina dengan suara ketukan khas yang dihasilkan dari paruhnya yang memukul batang pohon. Setelah pasangan terbentuk, mereka akan mulai mencari pohon yang cocok untuk dijadikan sarang.
Proses pembuatan sarang dilakukan dengan melubangi batang pohon menggunakan paruh mereka yang kuat. Lubang ini berfungsi sebagai tempat bertelur sekaligus melindungi anak-anak burung dari predator. Betina biasanya bertelur sekitar 3 hingga 5 butir yang akan dierami selama kurang lebih dua minggu. Setelah menetas, anak burung akan tinggal di dalam sarang selama beberapa minggu sebelum akhirnya mulai belajar terbang dan mencari makan sendiri.
5.Hidup teritorial dan memiliki suara yang khas

Dilansir laman JSTOR, burung pelatuk tutul tengah umumnya hidup sendiri atau bersama pasangan, tetapi kadang-kadang mereka juga terlihat dalam kelompok kecil. Mereka sangat teritorial dan akan mempertahankan wilayahnya dari burung pelatuk lain dengan cara mematuk batang pohon lebih keras sebagai tanda peringatan.
Selain menggunakan paruh untuk berkomunikasi, burung ini juga mengeluarkan suara khas berupa siulan atau ketukan berirama. Suara ini tidak hanya digunakan untuk menarik pasangan, tetapi juga untuk menandai wilayah kekuasaan mereka.
Saat merasa terancam, mereka akan mengeluarkan suara keras sebagai bentuk peringatan kepada burung lain. Dalam beberapa kasus, mereka juga bekerja sama dengan burung lain untuk mengusir predator yang mendekati sarang mereka.
6.Memiliki peran penting bagi lingkungan

Burung pelatuk tutul tengah memiliki peran ekologis yang sangat penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem hutan. Dengan kebiasaannya memakan serangga yang hidup di dalam batang pohon, mereka membantu mengurangi populasi hama yang bisa merusak pepohonan.
Proses pematukan pohon yang dilakukan burung ini juga membantu dalam proses sirkulasi udara dalam batang pohon, sehingga mencegah pembusukan dari dalam. Selain itu, lubang sarang yang mereka buat sering kali dimanfaatkan oleh burung lain seperti burung hantu kecil atau burung pipit setelah ditinggalkan.
Melansir ScienceDirect.com, di beberapa ekosistem, keberadaan burung pelatuk menjadi indikator kesehatan hutan karena mereka sangat bergantung pada pohon yang sehat untuk bertahan hidup. Tanpa mereka, hutan bisa mengalami ketidakseimbangan akibat meningkatnya populasi serangga perusak.
Burung pelatuk tutul tengah memiliki peran penting dalam ekosistem hutan, tetapi keberadaannya semakin terancam akibat hilangnya habitat dan perubahan lingkungan. Deforestasi yang masif mengurangi ketersediaan pohon tua yang mereka butuhkan untuk bersarang dan mencari makan. Selain itu, perburuan liar serta polusi juga dapat mengganggu populasi burung ini di alam liar. Oleh karena itu, konservasi burung pelatuk tutul tengah harus menjadi perhatian utama, baik melalui pelestarian hutan, rehabilitasi habitat, maupun kampanye edukasi kepada masyarakat agar populasi burung ini tetap terjaga.