5 Hewan dan Makhluk Tak Terduga di Balik Natal, Dramatis tapi Filosofis

- Kumbang kulit pohon, pemahat tak terlihat pohon Natal
- Lichen Arktik, makanan sunyi rusa Natal
- Zooplankton bioluminesens, cahaya Natal di bawah es
Natal kerap dirayakan sebagai pesta cahaya, mulai dari lampu berkilauan, pohon cemara menjulang, hingga kisah-kisah hangat tentang harapan di tengah dingin. Namun, di balik gemerlap tersebut, ada dunia satwa yang bekerja ‘sunyi’—ragam makhluk kecil nan asing, bahkan nyaris tak terlihat, justru menopang simbol Natal sejak berabad-abad lalu.
Ulasan di bawah ini mengajak kita menuruni lapisan Natal yang jarang dibahas. Bukan rusa kutub, bukan domba palungan, melainkan serangga, mikroorganisme, dan makhluk ekstrem yang secara ekologis, historis, dan simbolik berkelindan dengan musim dingin, solstis, dan kelahiran makna yang kita sebut Natal. Yuk, kita simak!
1. Kumbang kulit pohon, pemahat tak terlihat pohon Natal

Menurut jurnal BioScience kulit pohon (Dendroctonus spp.) dikenal sebagai hama perusak hutan. Namun dalam intensitas rendah, serangga ini justru memicu respons pertahanan pohon cemara dan pinus, termasuk produksi resin dan penebalan jaringan kayu. Proses ini memengaruhi bentuk batang dan percabangan pohon.
Dalam ekologi hutan boreal, interaksi antara kumbang dan pohon berkontribusi pada struktur hutan yang lebih beragam. Beberapa penelitian kehutanan menunjukkan bahwa tekanan biologis ringan dapat menghasilkan pohon dengan pertumbuhan lebih simetris dan padat, karakteristik yang kemudian dianggap ‘ideal’ sebagai pohon Natal—dilansir dari jurnal Nature.
Ironisnya, pohon Natal yang kita hias dan anggap murni alami itu adalah hasil dialog panjang antara pohon dan serangga. Kumbang ini bekerja tanpa sorotan, tetapi meninggalkan jejak estetika yang kini dirayakan setiap Desember.
Secara simbolik, ini sejalan dengan makna Natal. Keindahan tidak lahir dari sterilitas, melainkan dari ketegangan, luka kecil, dan adaptasi diam-diam. Kumbang kulit pohon menjadi metafora biologis tentang bagaimana makna tumbuh dari gangguan yang tak kita sadari.
2. Lichen Arktik, makanan sunyi rusa Natal

Berdasarkan jurnal Microorganisms, lichen bukan tumbuhan tunggal, melainkan simbiosis jamur dan alga, atau sianobakteri. Di wilayah Arktik dan sub-Arktik, lichen—terutama spesies Cladonia rangiferina—menjadi sumber makanan utama rusa kutub selama musim dingin.
Ketika tanah tertutup salju tebal dan tumbuhan lain mati, lichen tetap bertahan dan menyediakan energi. Tanpa lichen, secara biologis, rusa kutub tidak akan mampu bertahan hidup di musim dingin panjang—dan mitos Santa dengan kereta rusanya akan runtuh di tingkat ekologi.
Lichen juga memiliki kemampuan fotosintesis pada suhu ekstrem dan kondisi cahaya rendah. Studi fisiologi menunjukkan bahwa organisme ini dapat ‘bangun’ dari dormansi hanya dalam hitungan menit setelah mendapat kelembapan, bahkan di suhu mendekati nol derajat—dikutip dari buku bertajuk Physiological Ecology of Lichens.
Dalam konteks Natal, lichen adalah simbol kehidupan yang bertahan di ambang beku. Ia mengajarkan bahwa harapan sering kali hadir bukan dalam bentuk megah, melainkan sebagai jaringan sunyi yang menopang kehidupan lain.
3. Zooplankton bioluminesens, cahaya Natal di bawah es

Dilansir dari Annual Review of Marine Science, ternyata di laut dingin dan perairan kutub banyak zooplankton, seperti dinoflagellata yang memiliki kemampuan bioluminesens—memancarkan cahaya biru kehijauan saat terganggu.
Fenomena ini tetap terjadi di musim dingin, bahkan ketika permukaan laut tertutup es dan cahaya matahari nyaris tidak ada. Cahaya kecil dari organisme mikroskopis ini menjadi satu-satunya sumber kilau di kedalaman laut gelap.
Catatan penjelajah Nordik dan ilmuwan awal menyebut laut bercahaya ini sebagai fenomena mistis, sering dikaitkan dengan masa solstis musim dingin—periode yang kemudian diserap ke dalam kalender Kristen sebagai Natal.
Secara ilmiah, bioluminesens berfungsi sebagai mekanisme pertahanan. Namun secara simbolik, ia menjelma jadi metafora Natal paling purba—cahaya kecil yang lahir di tengah kegelapan absolut.
4. Ngengat musim dingin, lahir tanpa sayap

Ngengat musim dingin (Operophtera brumata) memiliki siklus hidup yang tidak lazim. Betinanya lahir tanpa sayap dan hanya dapat merayap di batang pohon untuk bertelur, tepat di musim dingin—dilansir dari jurnal Entomologist’s Gazette.
Ketika banyak serangga mati atau hibernasi, ngengat ini justru aktif. Ia menolak kemewahan terbang dan memilih keberlangsungan hidup yang minimalis, beradaptasi dengan kondisi ekstrem.
Dalam catatan Journal of the Entomological Research Society, alam Eropa abad pertengahan, kemunculan serangga musim dingin sering dimaknai sebagai simbol ketekunan dan kerendahan hati—nilai yang kemudian dilekatkan pada masa Adven menjelang Natal.
Dari perspektif biologi evolusioner, kehilangan sayap adalah strategi efisiensi energi. Dari perspektif simbolik, ia mengingatkan bahwa tidak semua kelahiran membawa keistimewaan visual—sebagian hanya membawa ketahanan.
5. Bakteri pembentuk es, arsitek salju Natal

Beberapa bakteri, seperti Pseudomonas syringae, memiliki protein khusus yang memicu pembentukan kristal es. Protein ini memungkinkan air membeku pada suhu yang lebih tinggi dibandingkan tanpa kehadiran bakteri—dilansir dari jurnal Environment International.
Penelitian lain dari jurnal Science, justru menunjukkan bahwa bakteri ini berperan sebagai inti kondensasi es di awan, memengaruhi pembentukan salju dan hujan es. Dengan kata lain, ‘salju Natal’ sangat mungkin bergantung pada aktivitas mikroorganisme.
Bakteri ini ditemukan di daun, tanah, hingga atmosfer. Mereka bepergian melalui angin dan awan, menghubungkan biosfer dan cuaca dalam satu sistem yang kompleks.
Natal yang identik dengan salju ternyata tidak hanya urusan cuaca, tetapi juga hasil kerja makhluk mikroskopis. Di titik ini, sains dan simbol bertemu menjadi sebuah mukjizat, yang sering kali berukuran tak kasatmata.
Natal, jika dibaca ulang melalui sains, bukan sekadar perayaan manusia. Ia adalah peristiwa ekologis, biologis, dan kosmik yang ditopang oleh makhluk-makhluk kecil yang jarang kita sadari keberadaannya.
Dari kumbang hingga bakteri, dari lichen hingga cahaya plankton, Natal mengajarkan satu hal penting, yakni makna terbesar sering kali dijaga oleh yang paling sunyi. Dan mungkin, di sanalah esensi Natal sesungguhnya berdiam.


















