6 Fakta Pelatuk Hijau Eropa, Kenapa Hanya Mematuk Kayu Lunak?

Pelatuk hijau Eropa merupakan spesies pelatuk besar yang tersebar luas di Eropa, kecuali beberapa area. Mereka berada dalam famili Picidae dan memiliki nama ilmiah Picus viridis. Panjang tubuhnya mencapai 30–36 sentimeter, beratnya 138–250 gram dan lebar kepakan sayapnya sekitar 45–51 sentimeter. Seperti namanya, warnanya hijau dengan kepala merah dan kumis hitam.
Pelatuk hijau Eropa suka makan semut, hanya mengonsumsi makanan lain jika semut sulit ditemukan. Gaya hidup pelatuk ini agak berbeda dari pelatuk lainnya, lho. Berikut penjelasannya!
1. Wilayah penyebaran pelatuk hijau Eropa

Penyebaran pelatuk hijau Eropa meluas di Eropa tapi tidak di beberapa bagian utara dan timur, dari Ireland, Greenland dan Macaronesian Islands. Selain di Eropa, mereka juga bisa kamu temui di bagian barat Asia. Mereka tidak bermigrasi dan jarang bepergian lebih dari 500 meter di antara musim kawin.
Animalia menginformasikan bahwa pelatuk hijau Eropa lebih suka pohon tua yang daunnya meranggas untuk bersarang dan dekat dengan tempat mencari makannya. Itu biasanya berada di area semi terbuka dengan hutan kecil, pagar tanaman, tepi hutan dan hutan dataran banjir. Mereka suka mencari makan di padang rumput, perkebunan dan halaman rumput.
2. Sering terlihat sendirian atau berpasangan

Spesies pelatuk ini sering terlihat sendirian, berpasangan atau bersama anaknya. Mereka lebih aktif di siang hari dan menghabiskan banyak waktunya untuk memburu semut di tanah. Pelatuk hijau Eropa sering mencari makan di padang rumput yang digembalakan, sehingga rumputnya pendek atau dipangkas dan banyak sarang semut di sana.
3. Selain semut, apa lagi yang dikonsumsinya?

Berdasarkan informasi dari Discover Wildlife, pelatuk hijau Eropa sering mengunjungi taman rumah untuk melihat apakah ada makanan di sana. Sebagian besar dari mereka mencari semut dewasa, larva dan bahkan telurnya. Selain itu, pelatuk hijau Eropa juga mengonsumsi invertebrata kecil, biji pinus dan buah-buahan.
Akan tetapi, makanan tambahan itu dimakannya hanya saat musim dingin ketika semut sulit ditemukan. Menariknya lagi, pelatuk ini bisa mendeteksi sarang semut di bawah salju, lho. Satu pelatuk hijau Eropa pernah diamati menggali sedalam 85 sentimeter untuk mencapai sarang semut.
4. Tidak banyak mematuk kayu seperti pelatuk lainnya

Berbeda dengan pelatuk lainnya, pelatuk hijau Eropa tidak banyak mematuk kayu. Ketika menggali lubang pohon untuk sarangnya, mereka biasanya hanya memahat kayu lunak dan bahkan jarang menggunakan ketukan untuk berkomunikasi. Mengapa demikian? Karena paruhnya lemah dan hanya digunakan memahat kayu lunak.
5. Bagaimana cara berkomunikasinya?

Walaupun pelatuk hijau Eropa sangat pemalu dan selalu waspada, mereka bisa menyuarakan vokalisasi keras yang dikenal sebagai yaffling. Seperti yang dijelaskan sebelumnya, mereka jarang melakukan suara dentuman karena paruh lemahnya. Tapi, pelatuk hijau Eropa mengeluarkan suara 'kyu-kyu-kyuck' saat terbang.
Ada pula rangkaian suara keras 'klu' yang diulang sebanyak 10 sampai 18 kali. Saat melakukannya, seruannya menjadi lebih cepat menjelang akhir dan nadanya menjadi lebih rendah. Betina juga memiliki vokalisasi yang terdengar seperti 'pu-pu-pu-pu-pu-pu-pu'.
6. Sistem perkawinan pelatuk hijau Eropa

Sistem perkawinan pelatuk hijau Eropa adalah monogami, hanya kawin dengan satu pasangan seumur hidupnya. Musim kawinnya terjadi di bulan April dan Juni. Sarang yang dibangunnya biasa dihuni untuk berkembang biak selama lebih dari 10 tahun, tapi tidak harus dari pasangan yang sama. Betina menghasilkan 4–6 telur yang dierami oleh keduanya selama 19–20 hari, bergantian setiap 1–2,5 jam.
Sekarang kamu tahu mengapa pelatuk hijau Eropa hanya mematuk kayu lunak! Itu karena paruhnya lemah, bahkan tidak menggunakan suara ketukan untuk berkomunikasi. Saat ini, mereka diklasifikasikan sebagai Least Concern oleh IUCN dan tren populasinya mengalami peningkatan.