Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
gouldian finch (commons.wikimedia.org/Kym Nicolson)

Pipit pelangi, yang juga disebut dengan nama gouldian finch, adalah spesies burung pipit yang berasal dari Australia. Berbeda dengan kerabatnya yang banyak ditemukan di Indonesia, spesies ini memiliki warna bulu yang mencolok, dengan kombinasi warna hitam, hijau, kuning, merah, biru, dan ungu. Hanya saja, jantan dan betina memiliki warna yang berbeda di bagian dada; di mana dada jantan berwarna ungu tua, sedangkan betina berwarna ungu muda.

Pipit pelangi memiliki nama ilmiah Chloebia gouldiae dari famili Passeridae. Mereka juga dikenal sebagai burung pengicau dengan ukuran yang relatif kecil, panjangnya hanya sekitar 12—14 cm dan beratnya 14 gram. Penasaran dengan fakta menariknya? Mari kita telusuri apa saja yang ada pada burung pengicau berbulu cantik ini beserta kehidupannya di alam liar.

1. Dinamai berdasarkan nama istri dari seorang ahli burung asal Inggris

gouldian finch (commons.wikimedia.org/Auckland Museum Collections)

Pipit pelangi pertama kali ditemukan oleh seorang ahli burung asal Inggris bernama John Gould. Ia sangat terkesan dengan keindahan bulunya, sehingga ia memberi nama burung ini dengan sebutan Lady Gouldian finch, yang diambil dari nama mendiang istrinya. Hingga pada akhirnya, nama ini disingkat menjadi gouldian finch. Dalam bahasa Indonesia kita menyebutnya sebagai pipit pelangi.

Sebetulnya burung pipit pelangi memiliki dua genus, yakni Chloebia dan Erythrura. Laman AZ Animals mengulas bahwa Lady Gouldian finch atau pipit pelangi ini terkadang ditempatkan dalam genus Erythrura bersama burung pipit beo lainnya atau dalam genusnya sendiri, yakni Chloebia. Burung ini juga termasuk dalam famili burung pipit tropis Asia dan Australia yang dikenal sebagai Estrildidae.

2. Persebarannya terbatas di wilayah tertentu dengan habitat padang rumput

gouldian finch (commons.wikimedia.org/Renang)

Pipit pelangi dulunya ditemukan di sebagian besar wilayah utara Australia. Namun dikarenakan mengalami penurunan populasi, sebaran pipit pelangi kini hanya terbatas dan terisolasi di Teritori Utara, wilayah Kimberley di Australia Barat, dan sebagian kecilnya di wilayah timur Queensland.

Dilansir AZ Animals, burung ini lebih suka hidup di padang rumput dan dataran terbuka dengan sumber air di dekatnya dan cukup banyak pohon eucalyptus berkulit halus untuk ditinggali. Laman San Diego Zoo mengulas bahwa tidak seperti kebanyakan burung pipit lainnya, pipit pelangi membangun sarang rumput yang dibangun dengan longgar di dalam rongga pohon. Beberapa dari mereka yang berpasangan terkadang tinggal dalam satu sarang.

3. Jantan dan betina dimorfik seksual, pun warna bulunya yang cantik difungsikan untuk mendapatkan pasangan

gouldian finch (pexels.com/William Warby)

Bulu pipit pelangi umumnya ditandai dengan warna hitam, hijau, kuning, merah, biru, dan ungu. Dilansir laman Australian Government, burung pipit pelangi mudah dikenali dari dadanya yang berwarna ungu, perut berwarna kuning, dan punggungnya berwarna hijau. Di samping warna bulu, wajah burung ini memiliki tiga varian warna, ada yang berwarna merah, hitam, dan kuning. Pipit yang berwajah kuning adalah yang paling langka.

Meskipun warna bulu jantan lebih cerah daripada betina, keduanya memiliki kaki dengan telapak berwarna kuning, ekornya panjang dan runcing. Terlihat jelas bahwa spesies pipit ini menunjukkan sifat dimorfisme seksual.

Warna bulunya dimaknai lebih dari sekadar fungsi estetika. Setiap warna memainkan peran dalam identitas mereka, terutama sebagai alat untuk menarik perhatian calon pasangan. Semakin cerah bulu jantan, semakin besar peluangnya untuk mendapatkan pasangan betina.

Menariknya, warna bulu pipit pelangi juga dapat menjadi indikator kesehatan. Pipit pelangi yang sehat akan menunjukkan warna bulu yang intens atau cerah, sementara burung yang kurang sehat mungkin tampak lebih kusam atau pudar.

4. Makanan utamanya mencakup biji-bijian, namun akan sangat bervariasi saat mereka dipelihara di penangkaran

gouldian finch (commons.wikimedia.org/naturalis gurun)

Bentuk paruh setiap burung sering kali didesain berdasarkan pola makannya. Sebagaimana bentuk paruh pada burung ini yang merupakan pemakan biji-bijian. Selama musim kemarau, pipit pelangi akan memakan biji rumput apa pun yang ditemukannya di tanah. Makanan favoritnya sendiri adalah biji sorgum matang atau setengah matang yang didapatkannya selama musim hujan.

Mereka juga memiliki cara unik saat memakan biji-bijian. Kakinya digunakan untuk memegang biji-bijian sambil mereka patuk biji tersebut menggunakan paruhnya. Kehidupan burung ini di habitat alaminya memang menentukan pola makannya. Namun pola makannya akan sangat bervariasi saat mereka dipelihara di penangkaran.

Banyak orang memelihara burung pipit pelangi dan memberinya pola makan yang mencakup tidak hanya biji-bijian, tapi juga sayuran hijau, wortel dan timun, serangga, buah-buahan, hingga telur yang dimasak. Dilansir PangoVet, mereka akan membutuhkan lebih banyak makanan seperti protein hewani dan nabati, baik itu selama bersarang, membesarkan anak, dan berganti bulu.

5. Saat memasuki musim kawin pejantan akan menari untuk mendapatkan betina

gouldian finch (commons.wikimedia.org/N Lindsay)

Burung pipit pelangi sering kali menunjukkan perilaku sosial. Mereka secara bersama-sama mencari makanan dan bermain lompat-lompatan di habitat alaminya. Terlebih lagi saat memasuki musim kawin yang terjadi antara bulan April dan Desember.

Saat di bulan-bulan tersebut, burung jantan biasanya melakukan pertunjukan yang memukau, dengan mengembangkan dadanya beserta bulu-bulu cantiknya. Lalu menggoyangkan kepalanya ke atas dan ke bawah. Setelah pejantan selesai menari, betina yang tertarik akan membalas rayuan tersebut dengan menyeka paruhnya.

Mengutip laman AZ Animals, setelah mereka berpasangan, burung betina akan menghasilkan satu butir telur per hari hingga ia bertelur sebanyak empat hingga delapan butir. Kedua induk burung tersebut memegang peranan penting dalam mengerami telur dan membesarkan anak-anaknya.

6. Anak-anak burung yang baru menetas akan sangat bergantung pada induknya

gouldian finch (commons.wikimedia.org/Kym Nicolson)

AZ Animals mengulas lebih lanjut bahwa setelah sekitar dua minggu mengerami, anak-anak burung menetas dari telur tanpa bulu dan memiliki bintil-bintil biru di sudut paruhnya. Bintil-bintil ini biasanya membantu induk burung untuk menemukan mulut anak-anaknya, terutama saat di malam hari yang gelap.

Meskipun sangat bergantung pada induknya untuk mendapatkan makanan dan perlindungan, anak-anak burung ini akan mendapatkan bulu yang cukup saat memasuki usia 3 hingga 4 minggu. Pada tahap ini, anak-anak burung yang berjenis kelamin jantan maupun betina memiliki warna bulu abu-abu kehijauan yang lebih kusam. Baru setelah usianya cukup dewasa mereka akan mendapatkan warna-warna bulu yang mulai terang.

Populasi burung pipit pelangi dulunya memang sangat melimpah meskipun saat ini sebarannya hanya terbatas di wilayah tertentu. Hanya saja, IUCN kini mengklasifikasikan pipit pelangi sebagai spesies yang hampir terancam. Meski demikian, masih banyak orang yang memeliharanya di penangkaran, terlepas dari apakah para penjual mendapatkan burung ini dengan cara menangkapnya di alam liar atau secara budidaya. Namun, untunglah beberapa lembaga konservasi terkait kini melindungi populasi dan habitat alaminya.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team