5 Fakta Burung Mandar Batu, Paruhnya Menandakan Tingkat Kesehatan

Pernah dengar burung bernama mandar batu (Gallinula chloropus)? Mereka merupakan kelompok burung semiakuatik yang punya ciri khas berupa bulu berwarna hitam keabu-abuan di hampir sekujur tubuh. Hanya bulu di dekat pangkal sayap dan bawah ekor yang terlihat berwarna putih, sementara kaki mereka berwarna kuning kehijauan. Ciri menarik lain dari burung ini terletak pada paruh mereka yang berwarna jingga kemerahan sekitar dua per tiga bagian dan berubah menjadi kuning di ujung.
Dari kerabat mereka yang lain dalam genus Gallinula, ukuran mandar batu terbilang cukup besar. Panjang tubuh mereka sekitar 30—38 cm, rentang sayap 50—62 cm, dan bobot 192—500 gram. Ada sederet fakta menarik yang sayang untuk dilewatkan dari burung mandar batu. Maka dari itu, yuk, kita kenalan dengan burung yang satu ini!
1. Peta persebaran, habitat, dan makanan favorit

Mandar batu ternyata jadi salah satu spesies burung dengan peta persebaran terluas di dunia. Bayangkan saja, mereka dapat kita temukan di Asia, Afrika, Eropa, Amerika Utara, sampai dengan Amerika Selatan. Lebih spesifik, di Asia burung ini ada hampir di seluruh wilayah, kecuali Papua, Pegunungan Himalaya, Mongolia, dan kebanyakan Timur Tengah. Di Afrika, mereka berada di barat laut, Afrika Tengah, dan Afrika Selatan (meliputi Pulau Madagaskar). Di Eropa, mereka ditemukan secara merata, kecuali wilayah Skandinavia. Sementara di Amerika, mereka ada mulai dari Amerika Serikat, Kanada, Meksiko, seluruh wilayah Amerika Tengah, hingga Brasil dan Argentina.
Luasnya peta persebaran mandar batu jelas berimplikasi pada beragamnya habitat yang bisa mereka tinggali. Dilansir Animalia, burung semiakuatik ini dapat berada di dataran banjir, danau, sungai, rawa, pesisir pantai, hingga kawasan air payau. Di habitat alami itu, mandar baru lebih banyak menghabiskan waktu untuk berenang ketimbang berjalan ataupun terbang. Kalaupun harus keluar dari air, mereka tak akan pergi jauh dari tepian.
Burung yang satu ini termasuk omnivor yang banyak mencari makan ketika siang hari (diurnal). Mandar batu akan mencari berbagai jenis tanaman air, biji-bijian, beri-berian, rumput ikan kecil, serangga, cacing, kecebong, sampai siput. Mayoritas waktu mencari makan mereka lakukan sembari berenang di air, tetapi terkadang burung ini turut mencari makanan di tepian, terutama jika banyak makanan yang bisa ditemukan di sana.
2. Warna paruh menunjukkan seberapa sehat mereka

Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, warna paruh dari mandar batu ternyata dapat jadi tanda bagi individu lain atau kita soal kondisi kesehatan mereka. Dilansir Wildfowl and Wetlands Trust, peneliti menemukan fakta kalau warna jingga kemerahan pada paruh burung ini menunjukkan tingkat infeksi bakteri pada tubuh, sementara warna kuning menunjukkan seberapa tahan darah mereka terhadap infeksi. Semakin cerah dari warna paruh individu mandar batu, maka semakin sehat pula individu tersebut
Selain untuk menilai kesehatan mandar batu, tingkat kecerahan paruh itu juga dapat berfungsi untuk menarik perhatian lawan jenis. Sebab, mandar batu umumnya lebih tertarik dengan calon pasangan dengan warna paruh yang lebih cerah. Oh iya, warna jingga kemerahan dan kuning di ujung dari mandar batu sebenarnya juga dapat dilihat di pangkal kaki mereka. Namun, sejauh ini kita belum mengetahui apa fungsi dari warna yang ada di pangkal kaki itu.
Kemudian, kalau berbicara soal warna spesifik, mandar batu masih ada keunikan lain. Ingat bulu berwarna putih yang ada di ujung sayap dan bagian belakang ekor mereka? Ternyata ada fungsi spesifik dari warna putih itu, lho. Ketika sedang merasa terancam ataupun ingin beristirahat, mandar batu akan mengembangkan dan menggerak-gerakan ekor mereka ke arah ancaman, semisal predator. Gerakan itu bertujuan supaya memperingatkan predator kalau mandar batu sedang terjaga dan tetap bisa kabur kapan saja burung ini didekati.
3. Kadang menyendiri, kadang berkelompok

Menjelang musim kawin, mandar batu ternyata menampilkan perilaku menyendiri dan teritorial. Uniknya, sisi teritorial bagi mandar batu lebih banyak ditampilkan oleh para betina, khususnya ketika musim kawin. Pada saat itu, betina akan saling "bertarung" lewat postur agresif untuk memperebutkan jantan di sekitar, meski cukup jarang menghasilkan pertarungan fisik.
Diluar itu, mandar batu, khususnya jantan, dapat membentuk kelompok dalam jumlah yang lumayan. Dilansir Sea World, satu kelompok mandar batu dapat berisi 15—30 individu, dimana jantan paling tua biasanya jadi pemimpin kelompok. Selain itu, ada pula keluarga yang terdiri atas pasangan mandar batu beserta anak-anak mereka. Kelompok mandar batu melakukan aktivitas berupa mencari makan, beristirahat, berkomunikasi, sampai saling menjaga dari kehadiran predator.
4. Sistem reproduksi

Betina memang akan selalu memperebutkan jantan menjelang musim kawin, tapi bukan berarti betina atau jantan akan kawin dengan beberapa individu berbeda. Malahan, mandar batu termasuk hewan monogami, dimana satu pasangan akan selalu bersama selama beberapa tahun atau sampai salah satu mati. Musim kawin bagi burung ini berbeda tergantung di mana kita melihat mereka. Di kawasan tropis atau dekat dengan garis khatulistiwa, mandar batu dapat kawin sepanjang waktu, tetapi di daerah agak ke utara dan selatan, musim kawin mereka dimulai saat musim panas.
Proses perkawinan dilakukan di daratan dan ada ritual khusus antar pasangan mandar batu berupa saling menggigit bulu sampai mematuk-matuh paruh ke dalam air. Setelah itu, pasangan mandar batu akan membuat sarang yang terbuat dari sisa tanaman air yang mati, ranting, daun, hingga semak yang dibentuk seperti mangkuk. Usai kawin, mandar batu betina akan mengeluarkan telur dalam jumlah 2—12 butir dalam satu musim kawin, Animal Diversity melansir.
Pasangan mandar batu pun terbilang kompak. Sebab, keduanya akan bergantian mengerami telur dan menjaga sarang dari predator. Telur burung ini menjalani masa inkubasi selama 17—22 hari sebelum menetas dan tinggal bersama induk mereka selama 42—70 hari. Kedua induk mandar batu akan bergantian mencari makan untuk diri sendiri, pasangan, dan anak mereka selama masa perawatan tersebut. Butuh waktu selama satu tahun sebelum anak mandar batu dapat dikatakan dewasa secara seksual.
5. Status konservasi

Mengingat peta persebaran mandar batu yang sangat luas, maka sangat tergambar jelas soal status konservasi mereka. IUCN Red List mencatat kalau burung ini masih masuk dalam kategori risiko rendah (Least Concern) dengan tren populasi yang stabil. Diperkirakan kalau populasi mandar batu secara global masih ada pada angka 4,9—8,4 juta individu.
Malahan, burung yang satu ini terbilang cukup adaptif dengan kehadiran manusia. Buktinya, mandar batu diketahui dapat bertahan hidup dengan baik di kawasan pertanian manusia. Hanya saja, akibat adaptasi ini, dilaporkan kalau mandar batu sering dianggap sebagai hama karena selalu memakan tanaman pertanian, semisal beras, dilansir Animal Diversity.
Oh iya, ada satu hal menarik lain dari burung ini yang masih berkaitan dengan perawatan anak mereka. Anak mandar batu ternyata dapat "menunggangi' induk mereka ketika mendeteksi keberadaan predator di sekitar. Setelah anak-anak naik ke atas tubuh mereka, kedua induk mandar batu akan segera terbang sambil membawa anak mereka di punggung.