Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

7 Fakta Pohon Darah Naga, Tumbuhan Endemik Pulau Socotra

Pohon darah naga atau Dragon Blood Tree di Pulau Socotra (unsplash.com/Andrew Svk)

Pohon berdarah, memangnya ada? Tentu, ada! Namanya “pohon darah naga”.

Pohon darah naga (Dracaena cinnabari) atau “Dragon Blood Tree” termasuk jenis tumbuhan suji yang disebut juga sebagai Suji Socotra. Tumbuhan ini dikenal karena tekstur dan warna merah pada cairan getahnya menyerupai darah. Menariknya, pohon darah naga tumbuh di sebuah pulau yang terisolasi dari daratan utama, sehingga tidak memiliki kesempatan untuk tumbuh menyebar ke wilayah lain.

Kamu harus tahu! Pohon dengan bentuk yang unik ini menyimpan tujuh fakta menarik yang menunggu untuk dikupas. Yuk, simak!

1. Asal usul nama pohon darah naga

Pohon darah naga (Dracaena cinnabari) (pexels.com/Matteo Milan)

Pohon darah naga diperkirakan sudah ada sejak 50 juta tahun lalu. Dilansir Mongabay, pohon ini pertama kali dideskripsikan oleh James Raymond Wellsted pada 1830-an yang menamainya Pterocarpus draco. Tetapi, ahli botani Skotlandia bernama Isaac Bayley Balfour yang menggambarkan spesies tersebut dan memberikan nama ilmiahnya pada 1880. Disebut “pohon darah naga” karena pohon ini mengeluarkan cairan getah berwarna merah pekat menyerupai darah ketika bagian pohonnya disayat atau dibelah.

2. Tumbuhan endemik Pulau Socotra

Pohon darah naga, tumbuhan endemik Pulau Socotra (unsplash.com/Andrew Svk)

Pulau Socotra merupakan sebuah daerah terpencil dan terisolasi yang terletak di Samudra Hindia. Tepatnya di Laut Arab yang merupakan bagian dari Republik Yaman. Pulau dengan lingkungan unik ini telah menjadi ekosistem dan habitat dari berbagai spesies flora dan fauna langka yang tidak ditemukan di wilayah lain di dunia.

Salah satu tumbuhan endemik yang paling populer dari Pulau Socotra adalah Suji Socotra atau pohon darah naga. Habitat pohon darah naga yaitu di daerah pegunungan dan semi-gurun. Pohon unik ini dapat tumbuh subur di tanah tandus dan berbatu. Pohon darah naga mampu beradaptasi dan bertahan hidup di lingkungan yang panas dan kering dengan curah hujan rendah serta angin kencang. 

3. Memiliki anatomi unik

Anatomi unik pohon darah naga (pixabay.com/hbieser)

Pohon darah naga memiliki anatomi dan bentuk yang unik, berbeda dari bentuk pohon pada umumnya. Pohon darah naga bisa tumbuh tinggi sekitar 10 meter dengan lebar sekitar 3 meter. Akarnya tumbuh menyebar ke samping dan ke dalam tanah. Batang pohonnya tegak dengan ukuran cukup besar dan memiliki getah berwarna merah tua yang disebut "darah naga".

Cabang-cabang pohon darah naga memiliki pola unik yang disebut percabangan dikotomi, di mana batang utamanya bercabang menjadi dua bagian sama besar. Tajuk atau bagian atas pohon naga bentuknya khas menyerupai payung lebar. Bentuk daunnya runcing memanjang, tebal, dilapisi lilin, serta berwarna hijau tua atau sedikit kebiruan. Pohon darah naga memiliki bunga berukuran kecil berwarna putih atau kekuningan yang tumbuh berkelompok di ujung cabang pohon. Tumbuhan endemik ini juga menghasilkan buah berbentuk bulat kecil seperti beri berwarna kemerahan.

4. Mampu beradaptasi di lingkungan ekstrem

Habitat ekstrem pohon darah naga (unsplash.com/Yevhenii Aihubov)

Di habitat kering dan tandus, pohon darah naga tumbuh dengan adaptasi khusus. Akar pohon darah naga yang menyebar digunakan untuk mencari air jauh ke dalam tanah. Akarnya juga berguna untuk menyerap air dan nutrisi, serta menopang pohon agar tetap kokoh. Pola percabangan dikotomi memberikan struktur kuat pada pohon agar tidak mudah tumbang saat diterpa angin kencang.

Batang yang tebal dan kokoh akan membantu pohon darah naga untuk menyimpan cadangan makanan, terutama air dan menyokong tajuk pohon yang lebar. Bentuk tajuknya yang seperti payung ini berguna untuk menaungi akar dan bibit pohon agar tidak terkena sinar matahari langsung. Lapisan lilin pada daun tumbuhan langka ini berfungsi sebagai pengunci alami kandungan air di dalamnya agar tidak menguap. Maka tidak heran jika pohon unik ini mampu bertahan hidup di lingkungan yang ekstrem dalam jangka waktu lama.

5. Umur panjang hingga seribu tahun

Pohon darah naga memiliki umur panjang (unsplash.com/Andrew Svk)

Pohon darah naga ternyata memiliki umur sangat panjang yang bisa mencapai ratusan tahun. Rata-rata umur tumbuhan langka ini berkisar antara 400 hingga 500 tahun, bahkan bisa hidup lebih dari 600 tahun. Namun, beberapa ahli memperkirakan bahwa ada pohon darah naga yang mungkin telah hidup selama lebih dari 1000 tahun.

Umur panjang pohon darah naga dipengaruhi oleh adaptasi khusus, habitat ideal, serta laju pertumbuhan yang lambat. Pengaruh ini membuat pohon darah naga memiliki ketahanan yang kuat terhadap kondisi lingkungan yang ekstrem. Kondisi ini juga memungkinkan pohon darah naga menghemat energi dan sumber daya untuk membantunya bertahan hidup dalam waktu yang lama.

6. Kenapa getahnya berwarna merah?

ilustrasi getah pohon berwarna merah (unsplash.com/Christian Bass)

Resin atau getah pohon darah naga berwarna merah karena mengandung senyawa fenolik, flavonoid, dan proantosianidin yang bersifat antibakteri dan kaya antioksidan. Resin ini juga mengandung senyawa dracorubine yang berfungsi sebagai pewarna alami. Selama berabad-abad, getah pohon darah naga telah digunakan dalam pengobatan tradisional.

Beberapa penelitian menunjukkan sifat antimikroba dan anti-inflamasi ini dapat membantu mengobati infeksi kulit, mengatasi masalah pencernaan, hingga gangguan pernapasan. Selain itu getah pohon darah naga juga digunakan sebagai pewarna alami tekstil, pernis kayu, tinta, hingga pewarna makanan. Meskipun memiliki banyak manfaat, namun penelitian lebih lanjut masih dibutuhkan untuk menjamin keamanannya.

7. Status konservasi

Pohon darah naga berstatus konservasi rentan (unsplash.com/Andrew Svk)

Dilansir San Diego Zoo, pohon darah naga mengalami penurunan jumlah di habitat liar aslinya dan dikategorikan sebagai "Rentan" dalam Daftar Merah Spesies Terancam Punah oleh International Union for Conservation of Nature. Ancaman penurunan jumlah ini disebabkan oleh perubahan iklim di Pulau Socotra yang mengalami kekeringan parah. Penebangan hutan serta alih fungsi lahan untuk pertanian dan pembangunan juga menyebabkan hilangnya habitat asli. Belum lagi, eksploitasi yang menyebabkan penurunan populasi pohon darah naga.

Upaya konservasi pun gencar dilakukan. Pemerintah Yaman telah menetapkan kawasan lindung di Socotra untuk melindungi habitat pohon darah naga. Upaya pengelolaan berkelanjutan dilakukan untuk memastikan getah tumbuhan langka ini tidak dieksploitasi. Pohon darah naga kini juga sudah dibudidayakan secara luas oleh masyarakat setempat untuk mengurangi ancaman kepunahan.

Tumbuhan endemik Suji Socotra atau pohon darah naga termasuk jenis flora istimewa dengan bentuk yang unik, kemampuan adaptasi yang baik, serta manfaat yang beragam. Meskipun memiliki banyak manfaat, bukan berarti sumber daya dari pohon ini bisa diambil secara berlebihan. Mengingat laju pertumbuhan pohon ini sangat lambat dan sudah masuk dalam Daftar Merah Spesies Terancam IUCN, dikhawatirkan dapat mengganggu keseimbangan ekosistem di habitat aslinya. Maka sudah seharusnya dilestarikan agar kekayaan alam ini tidak punah.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Fitria Madia
EditorFitria Madia
Follow Us