Berakhir Tragis, 4 Tokoh Dunia ini Nekat Mengakhiri Hidupnya Sendiri

Hidup itu seperti roda yang berputar, kadang di atas tapi kadang juga di bawah. Aturan ini berlaku untuk semua orang, termasuk tokoh-tokoh sejarah penting dunia. Memiliki takhta, kekayaan, hingga dikenal banyak orang pada zamannya nyatanya juga gak menjamin mereka memiliki akhir hidup yang baik.
Banyak tokoh sejarah meninggal dunia karena dibunuh musuh atau dikhianati orang terdekat. Namun yang lebih tragis lagi, beberapa dari mereka justru nekat mengakhiri hidupnya sendiri. Bahkan cara mereka melakukannya bisa dibilang ekstrem. Siapa sajakah tokoh bersejarah yang dimaksud?
1. Adolf Hitler

Adolf Hitler berkuasa di Jerman dari tahun 1933 hingga tahun 1945. Selama Perang Dunia II, Jerman berhasil menginvasi negara-negara tetangga seperti Polandia, Belanda, Prancis, hingga Yunani. Di bawah kekuasaannya, Hitler juga membunuh 11 juta orang yang terdiri dari orang Yahudi, kaum homoseksual, dan penyandang difabel.
Dilansir Biography, meski sempat berjaya di awal perang, nyatanya Jerman harus menelan pil pahit kekalahan di akhir Perang Dunia II. Setelah berhasil merebut Prancis Utara pada tahun 1944, Tentara Sekutu dan Pasukan Soviet berhasil mengepung Berlin pada awal 1945. Menyadari kekalahannya, Hitler yang menolak menyerahkan diri, memutuskan untuk meminum satu dosis racun sianida sebelum menembak kepalanya sendiri di The Führerbunker pada 30 April 1945. Tentara musuh lantas membawa jasadnya ke Kanselir Reich untuk dibakar.
2. Cleopatra

Gak hanya pintar dan memiliki paras yang memesona, Cleopatra juga terkenal dengan petualangan cintanya bersama dua penguasa Kekaisaran Romawi, Julius Caesar dan Mark Anthony. Namun siapa sangka, kisah asmara ini jugalah yang membuat hidup Ratu Mesir Kuno ini berakhir tragis. Dilansir Biography, Cleopatra bertemu dengan Julius Caesar di tahun 48 SM.
Hubungan keduanya berlanjut hingga kematian Julius Caesar di tahun 44 SM. Alih-alih patah hati, Cleopatra justru melabuhkan hatinya pada pengganti Julius, Mark Anthony. Pada tahun 31 SM, pasangan ini harus menghadapi Octavianus yang merupakan anak angkat Mark Anthony. Pertempuran yang berlangsung di lepas pantai barat Yunani ini dimenangkan oleh Octavianus.
Gak puas dengan kemenangannya, Octavianus juga menyampaikan kabar bohong bahwa Cleopatra bunuh diri. Kabar itu jelas membuat Mark Anthony terpukul hingga nekat mengakhiri hidupnya sendiri. Sementara itu di Mesir, Cleopatra yang berduka memutuskan untuk mengumpankan diri kepada ular berbisa dan menyusul suaminya ke alam baka.
3. Vincent Van Gogh

Memiliki karya yang mendunia, tak ada yang menyangka bahwa Vincent Van Gogh melewati masa-masa sulit hampir sepanjang hidupnya. Dilansir Biography, Vincent Van Gogh harus keluar dari sekolah karena masalah biaya pada usia 15 tahun. Ia juga sempat berganti-ganti pekerjaan dari mulai pegawai di galeri seni di Den Haag, pendeta di Belgia, sebelum akhirnya memutuskan untuk menjadi seniman seutuhnya pada 1880.
Meski gak pernah mengenyam pendidikan formal di sekolah seni, Van Gogh muda adalah seniman yang senang belajar. Dia menyelesaikan 2.100 karya, tapi hanya berhasil menjual satu karya sepanjang hidupnya. Pada bulan Desember 1888, kesehatan fisik dan mentalnya mulai menurun.
Penyakit demensia dan depresi yang dialaminya membuat sang seniman melakukan berbagai hal ganjil seperti minum cat hingga memotong salah satu telinganya. Lebih lanjut, karena ia tak tahan dengan depresi dan penyakitnya, Vincent Van Gogh nekat menembak dadanya sendiri dan meninggal dunia pada 27 Juli 1890.
4. Virginia Woolf

Lahir dari keluarga berada, memiliki karya terkenal, hingga suami yang mencintai sepenuh hati nyatanya gak menjadi jaminan seseorang bisa terbebas dari depresi. Setidaknya hal itulah yang dialami oleh penulis terkenal asal Inggris, Virginia Woolf. Dilansir ThoughtCo, Virginia Woolf lahir di Inggris pada 25 Januari 1882.
Semasa hidupnya, ia menerbitkan buku-buku klasik modern seperti Mrs. Dalloway, To The Lighthouse, dan Orlando. Sayangnya, pelecehan seksual yang dilakukan oleh kedua saudara tirinya ketika masih muda membuat Virgina Woolf trauma. Di usia 13 tahun, Virginia harus kehilangan sang ibu dan saudara perempuan tertuanya, Stella, yang meninggal karena sakit.
Ditinggalkan oleh orang tersayang membuat kesehatan mental sang penulis menurun. Bertahun-tahun setelahnya, Virginia mengidap bipolar di mana suasana hatinya berubah-ubah dengan cepat. Akhirnya pada tanggal 28 Maret 1941, Virginia berjalan ke Sungai Ouse di Sussex, memenuhi saku mantelnya dengan batu-batu berat dan menenggelamkan diri disana.
Memiliki kekuasaan, dan karya yang gemilang, rupanya gak menjadi jaminan seseorang hidup bahagia. Namun terlepas dari masalah yang dihadapi, mengakhiri hidup jelas merupakan keputusan yang sangat buruk untuk dipilih.
Siapa saja bisa mengalami depresi, termasuk dirimu. Namun, ada baiknya untuk tidak menganggap bahwa bunuh diri bisa menjadi solusi atas permasalahanmu. Jika membutuhkan dukungan kesehatan mental dan psikososial, kamu bisa menghubungi nomor +628113855472 (Love Inside Suicide Awareness). Kamu juga bisa mengakses bagaimana menjaga kesehatan mental dan menghubungi layanan profesional di laman Pencegahan Bunuh Diri Into The Light Indonesia, www.intothelightid.org/tentang-bunuh-diri.