Buaya vs Kuda Nil, Siapa Raja Sungai Afrika yang Sesungguhnya?

- Buaya nil dan kuda nil sama-sama berbahaya di sungai Afrika.
- Buaya nil memiliki gigitan terkuat di dunia dengan kekuatan 5 ribu psi, sementara kuda nil mencapai 1.800 psi.
- Kuda nil dewasa cenderung menang dalam pertarungan dengan buaya nil, tetapi buaya masih bisa memburu anak kuda nil untuk makanannya.
Benua Afrika dikenal dengan alamnya yang sangat beragam sekaligus tak kenal ampun. Mulai dari padang pasir, hutan hujan tropis, sampai sabana yang membentang di sepanjang benua ini menyimpan cerita dan bahayanya masing-masing. Bahkan, kawasan sungai yang seharusnya jadi sumber kehidupan bagi berbagai macam makhluk hidup juga tak luput dari bahaya yang menanti siapa saja yang lengah.
Entah itu arus sungai yang sangat kuat ataupun kehadiran hewan-hewan mematikan di Afrika, semua bisa jadi sangat berbahaya, sekalipun untuk manusia. Nah, khusus yang terakhir itu, dua hewan yang jadi simbol betapa berbahayanya sungai-sungai di Afrika boleh dibilang adalah buaya nil (Crocodylus niloticus) dan kuda nil (Hippopotamus amphibius). Bagaimana tidak, keduanya sama-sama bertubuh besar dan tak kenal takut dengan apa saja yang ada di depannya.
Ditambah lagi, buaya nil dan kuda nil sama-sama dipersenjatai dengan rahang kuat serta gigi tajam yang bisa merobek apa saja. Menariknya, kesamaan habitat antara keduanya membuat dua hewan besar ini sering berjumpa, baik disengaja ataupun tidak. Kalau sudah seperti itu, kira-kira siapa yang akan memenangkan pertarungan antara buaya nil dengan kuda nil, ya? Yuk, cari tahu jawaban lengkapnya di bawah ini!
1. Perbandingan ukuran keduanya

Sebelum memulai pembahasan tentang pertarungan buaya nil dengan kuda nil, pastinya perlu kita ketahui dulu perbandingan ukuran antara keduanya. Buaya merupakan keluarga reptil terbesar di dunia. Akan tetapi, khusus bagi buaya nil, ukuran mereka masih sedikit kalah dari saudaranya, buaya muara (Crocodylus porosus). Sejatinya, buaya nil tetap jadi reptil terbesar yang bisa ditemukan di Afrika.
Dilansir Britannica, rata-rata panjang buaya nil sekitar 4—4,5 meter dengan bobot sekitar 410 kg. Namun, mereka bisa tumbuh lebih besar lagi hingga sepanjang 6 meter dan bobot 680 kg. Tak hanya masif secara ukuran, buaya nil juga dilengkapi dengan tubuh dengan kulit yang tebal dan sangat keras. Sebagai senjata, buaya nil memiliki rahang yang dilengkapi dengan 64—68 buah gigi taring yang sangat tajam dan kuat. Inilah yang membuat mereka tak memiliki banyak musuh di habitat alaminya.
Di sisi lain, kuda nil pun memegang rekor yang cukup impresif. Mereka merupakan mamalia darat terbesar ketiga di dunia, hanya kalah dari gajah dan badak. Britannica melansir kalau panjang tubuh mereka bisa mencapai 3,5 meter, tinggi 1,5 meter, dan bobot hingga 3,2 ton. Menariknya, herbivor ini bisa lari hingga kecepatan 30 km per jam! Ditambah lagi, di rahangnya terdapat 4 taring besar di mulutnya dan 1 gigi seri besar di tengah rahang bawah yang bisa tumbuh hingga 70 cm. Itu jadi senjata mematikan hewan tersebut.

Dari poin di atas, setidaknya kita tahu satu persamaan antara dua penguasa sungai di Afrika ini, yaitu kekuatan rahang atau gigitan. Nah, ternyata buaya nil dengan kuda nil merupakan salah dua hewan dengan kekuatan gigitan terkuat di dunia, berdasarkan pengukuran yang pernah peneliti lakukan, lho. Khusus bagi buaya nil, ia bahkan jauh lebih impresif lagi. Sebab, reptil inilah yang punya kekuatan gigitan terkuat dari seluruh hewan yang ada di dunia!
BBC Science Focus melansir kalau kekuatan gigitan buaya nil mencatatkan angka 5 ribu psi! Angka ini jauh lebih besar ketimbang saudaranya yang berukuran lebih besar, yakni buaya muara, yang "hanya" mencatatkan angka 3.700 psi. Sementara, untuk kuda nil, sekalipun angkanya lebih kecil dari buaya nil, mereka tetap jadi mamalia dengan kekuatan gigitan terbesar yang pernah dicatat. Diketahui kalau kuda nil menghasilkan kekuatan hingga 1.800 psi pada gigitan terkuatnya.
Sebagai catatan, satuan psi yang digunakan dalam pengukuran ini merupakan kependekan dari pound per square inch. Perhitungan ini menggunakan kekuatan gigitan hewan berdasarkan tekanan dalam satuan pon pada tiap inci persegi. Artinya, dalam kasus buaya nil, tiap satu inci area gigitan (sekitar 6,5 cm) yang diberikan mereka setara dengan tekanan sekuat 5.000 pon!
Hebatnya lagi, angka yang dicatatkan buaya nil dan kuda nil sebenarnya masih bisa lebih besar lagi dari itu. Sebab, perhitungan kekuatan gigitan hewan bisa dibilang cukup rumit. Itu karena pada beberapa individu yang diteliti, sampelnya hanya berupa beberapa gigitan lemah atau bahkan berdasarkan satu gigitan saja. hal tersebut sebenarnya sangat sulit untuk mengukur kekuatan gigitan hewan. Ditambah lagi, kita pun tak bisa memastikan kalau angka yang dicatatkan kedua hewan itu merupakan gigitan serius ataupun tidak.
3. Siapa pemenang jika buaya dan kuda nil bertarung?

Oke, jadi antara buaya nil dan kuda nil sama-sama memiliki kelebihannya masing-masing. Dalam berbagai rekaman yang berhasil diperoleh tim peneliti ataupun dokumenter, ada pula banyak pertarungan yang terjadi antara dua penguasa sungai di Afrika ini. Dari rekaman-rekaman itu, siapa yang lebih unggul?
Kalau pertarungan terjadi antara buaya nil dewasa dan kuda nil dewasa, sayangnya sang buaya hanya akan menelan pil pahit dari pertarungan itu. Dilansir Field & Stream, ukuran kuda nil yang sangat masif membuat buaya nil tak punya kesempatan untuk menerkamnya secara tiba-tiba, layaknya taktik berburu reptil ini. Ditambah lagi, kuda nil sangat agresif pada apa pun yang mencoba masuk ke wilayahnya. Tak jarang, justru buaya yang akan dilumat habis oleh kuda nil dengan rahang besar ataupun tubuh besar yang bisa menindih buaya kapan saja.
Kalaupun buaya sempat menggigit kuda nil lebih dulu, hasilnya pun tak akan berubah banyak. Sebab, kulit kuda nil termasuk kebal dan mustahil bagi buaya untuk menyeret kuda nil dewasa ke dalam air untuk menenggelamkannya. Dilansir AZ Animals, bagian kaki mungkin dapat jadi area lemah bagi kuda nil. Sekalipun buaya nil menggigitnya, mereka bisa langsung menindih sang lawan berkat bobotnya yang sangat masif tersebut.
Sebaliknya, pertarungan antara buaya nil dewasa dengan kuda nil dewasa justru merupakan ajang bertahan hidup bagi si reptil. Dalam banyak pertarungan intens, buaya kebanyakan akan mati di tangan kuda nil, entah karena digigit ataupun ditindih. Jadi, jika buaya nil merasa tak bisa memenangkan pertarungan, kebanyakan ia akan memilih lari dari herbivor darat terbesar ketiga di dunia tersebut.
4. Buaya tetap punya kesempatan menang, tapi dengan sejumlah syarat
Meski tak bisa menang dari kuda nil dewasa, bukan berarti buaya tak pernah mencoba memburu herbivor yang satu ini. Sebab, sebenarnya buaya pun jadi satu dari sedikit sekali predator alami bagi kuda nil. Hanya saja, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan pada fakta yang satu ini.
Dilansir Field & Stream, buaya masih bisa memburu anak kuda nil untuk jadi menu makanannya. Akan tetapi, memburu anak kuda nil pun bukan tanpa tantangan karena biasanya mereka selalu dekat dengan induk dan kelompoknya. Untuk itu, buaya nil harus mengendap-endap secara perlahan dari dalam air sampai mendeteksi keberadaan anak kuda nil yang lengah atau terpisah cukup jauh dari induknya.
Sejumlah risiko bisa saja dihadapi buaya nil saat mencoba memburu anak kuda nil. Hanya saja, jika berhasil, mereka pun dapat memperoleh santapan yang relatif besar. Pasalnya, anak kuda nil yang baru lahir saja sudah berbobot antara 23—50 kg. Selain itu, kalau sedang beruntung pun kadang buaya nil bisa menemukan mayat kuda nil dewasa yang sudah mati karena alasan tertentu. Kalau sudah begitu, biasanya kawanan buaya nil akan memakan mayat kuda nil dewasa itu hingga tak tersisa.
Dengan demikian, sudah jelas kalau pemenang pertarungan antara dua raja sungai di Afrika ini akan jatuh pada kuda nil. Meski begitu, buaya nil juga bisa memperoleh kesempatan menang jika berhadapan dengan kuda nil berukuran kecil. Menariknya, meski kadang mereka jadi musuh di sekitar sungai ataupun badan air di Afrika, pada banyak kesempatan justru kedua hewan ini hidup berdampingan tanpa perlu takut terancam dengan lawannya, lho.