Ilustrasi citra satelit (pixabay.com/Wikilmages)
Penelitian oleh lembaga riset dan lembaga survei lingkungan, termasuk Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), menunjukkan bahwa citra satelit, khususnya dari instrumen radar seperti Sentinel-1A, berhasil mendeteksi 118 Daerah Aliran Sungai (DAS) yang terkena dampak banjir di Aceh dan Sumatera Utara.
Gambar satelit di area sebelum dan sesudah bencana menunjukkan perubahan drastis yaitu pantai yang keruh, sungai yang melebar, wilayah kota dan pemukiman berubah warna, kawasan hijau bertransformasi menjadi kecoklatan, dan laut di tepi pantai menjadi keruh kecoklatan dari sebelumnya biru kehijauan.
Citra satelit menjadi alat penting pasca-bencana karena saat terjadi hujan deras atau badai, banyak area terhalang awan, namun satelit radar seperti Sentinel-1A bisa “menembus” awan sehingga tetap dapat menangkap kondisi permukaan tanah.
Bencana November 2025 menunjukkan skala yang luar biasa. Prof. Dr. Kuswaji Dwi Priyono, M.Si., ahli bencana dari UMS, dalam analisis terpisah menyoroti bahwa bencana ini telah melampaui batas administrasi beberapa provinsi, menyebabkan kerusakan fisik masif dan mengganggu ketahanan sosial jangka panjang bagi jutaan jiwa.
Dengan membandingkan citra sebelum dan sesudah, para ahli menerapkan teknik “deteksi perubahan” untuk mengidentifikasi wilayah yang mengalami transformasi, seperti dari warna hijau vegetasi menjadi cokelat lumpur, dari daerah permukiman yang padat menjadi genangan air, atau dari garis pantai yang normal menjadi bercampur sedimen dan lumpur.
Analisis dilakukan terhadap perubahan piksel yang dihasilkan untuk mengukur luas genangan, area yang terdampak longsor, dan jalur aliran air, analisis citra satelit pasca bencana tidak hanya menunjukkan air dan lumpur di hilir, tetapi juga perubahan tutupan lahan di hulu.
Penelitian mengungkapkan bahwa beberapa wilayah yang saat ini terendam banjir dulu pernah mengalami pembukaan lahan, aktivitas pertambangan, atau deforestasi yang menyebabkan lereng bukit dan hutan kehilangan kemampuan menyerap air.
Banjir bandang bukan hanya disebabkan oleh curah hujan yang sangat tinggi atau badai, tetapi juga ada peran manusia terkait pengelolaan lahan, izin usaha pertambangan atau perkebunan, serta pengawasan lingkungan yang kurang efektif. Citra satelit berperan dalam menunjukkan pola ini dengan jelas, sehingga dapat dijadikan bukti untuk audit lingkungan, penegakan hukum, dan kebijakan mitigasi bencana di masa yang akan datang
Dr. Ir. Hatma Suryatmojo peneliti Hidrologi Hutan dan Konservasi DAS UGM menegaskan, bencana ini hendaknya menjadi titik balik. Upaya ke depan harus menyeimbangkan pendekatan struktural (infrastruktur) dengan pendekatan ekologis yang menjadi prioritas utama seperti perlindungan ketat sisa hutan, rehabilitasi lahan kritis di hulu, dan penegakan aturan tata ruang berbasis mitigasi bencana. Kini kamu sudah mengetahui dampak tersembunyi alih fungsi gambut bagi banjir Sumatra. Dengan begitu, kamu bisa lebih memahami bahwa pentingnya keberadaan lahan gambut di Indonesia.
Referensi
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK). (2024). Statistik Lingkungan Hidup dan Kehutanan 2023. Diakses pada Desember 2025.
Miettinen, J., Hooijer, A., Wang, J., Shi, C., & Liew, S. C. (2012). Peatland degradation and conversion sequences and interrelations in Sumatra. Regional Environmental Change, 12(4), 729-737. Diakses pada Desember 2025.
Tulbure, M. G., Broich, M., Stehman, S. V., & Kommareddy, A. (2016). Surface water extent dynamics from three decades of seasonally continuous Landsat time series at subcontinental scale in a semi-arid region. Remote Sensing of Environment, 178, 142-157. Diakses pada Desember 2025.
World Resources Institute (WRI). (2025). Global Forest Watch. Diakses pada Desember 2025.
Abdillah, M. R., & Andreas, H. (2025). Ahli ITB ungkap interaksi atmosfer–geospasial di balik banjir bandang dan longsor Sumatera. Institut Teknologi Bandung. Diakses pada Desember 2025.
Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan UNESA. (2025). Citra satelit ungkap skala kerusakan sebelum dan sesudah banjir bandang Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat 2025. Jurnal Pendidikan Sains FMIPA UNESA. Diakses pada Desember 2025.
Sasmi, A. T., & Priyono, K. D. (2025, 4 Desember). Banjir Sumatera: Kombinasi faktor alam dan ulah manusia. Universitas Muhammadiyah Surakarta. Diakses pada Desember 2025.
Suryatmojo, H. (2025, 1 Desember). Bencana banjir bandang Sumatra, pakar UGM sebut akibat kerusakan ekosistem hutan di hulu DAS. Universitas Gadjah Mada. Diakses pada Desember 2025.
Suryatmojo, H. (2025, 15 Desember). Pakar UGM sebut bencana Sumatera akibat dosa ekologis yang berulang. Spatial Highlights. Diakses pada Desember 2025.
Pakar hukum lingkungan ini sebut banjir Sumatera sudah memenuhi kriteria bencana nasional. (2025). Hukumonline.com. Diakses pada Desember 2025.