5 Tanaman Asli Indonesia yang Cocok untuk Restorasi Lahan Gambut

- Jelutung rawa (Dyera polyphylla) menjadi spesies prioritas dalam program rehabilitasi lahan gambut karena kemampuannya mengikat karbon tinggi serta toleran terhadap kondisi asam.
- Ramin (Gonystylus bancanus) dapat menstabilkan tanah dan mencegah abrasi di lahan gambut, menjadikannya bagian penting dari upaya memulihkan keseimbangan alam di kawasan gambut Indonesia.
- Sagu (Metroxylon sagu) tumbuh subur di daerah tergenang air, menyimpan pati dalam jumlah besar, menjaga cadangan air tanah, dan membentuk jaring padat yang mampu menahan erosi.
Lahan gambut Indonesia menyimpan peran besar sebagai penyimpan karbon dan penyangga kehidupan. Namun, banyak di antaranya kini rusak akibat pengeringan dan kebakaran yang terus berulang. Untuk memulihkannya, diperlukan tanaman yang bukan sekadar bisa tumbuh di tanah basah, tapi juga mampu memperbaiki keseimbangan ekosistem. Nah, berikut lima tanaman asli Indonesia yang cocok untuk memulihkan lahan gambut dan menjaga napas hijau bumi kita tetap berlanjut.
1. Jelutung rawa (Dyera polyphylla)

Jelutung rawa bisa dibilang bintang utama dalam restorasi gambut. Pohon tinggi ini tumbuh alami di Sumatera dan Kalimantan, bahkan sanggup hidup di tanah dengan genangan air yang dalam. Akar jelutung menembus jauh ke tanah, membantu menjaga kelembapan dan memperkuat struktur gambut. Daunnya yang rimbun juga menciptakan naungan yang menahan penguapan air di permukaan.
Menurut laporan CIFOR (Center for International Forestry Research), jelutung rawa menjadi salah satu spesies prioritas dalam program rehabilitasi karena kemampuannya mengikat karbon tinggi serta toleran terhadap kondisi asam. Getahnya bisa diolah untuk industri kabel, alat-alat kesehatan, dan permen karet. Sedangkan resin yang diekstrak dari getah jelutung dapat digunakan dalam industri pernis, kosmetik hingga bio-farmasi. Menanam jelutung berarti menjaga keseimbangan lingkungan sekaligus membuka peluang ekonomi berkelanjutan bagi masyarakat lokal.
2. Ramin (Gonystylus bancanus)

Ramin dulu dikenal sebagai kayu mewah yang banyak diekspor karena teksturnya halus dan warnanya cerah. Namun, karena penebangan berlebihan, populasinya menurun tajam hingga masuk daftar spesies langka oleh IUCN Red List. Kini, ramin termasuk tanaman kunci untuk menghidupkan kembali lahan gambut.
Penelitian yang terbit dalam Journal of Multidisciplinary Inquiry in Science, Technology and Educational Research menjelaskan bahwa ramin dapat menstabilkan tanah dan mencegah abrasi di lahan gambut. Guguran daunnya menambah lapisan organik yang memperkaya tanah serta mendukung tumbuhan lain tumbuh di sekitarnya. Perannya yang besar membuat ramin dipandang sebagai bagian penting dari upaya memulihkan keseimbangan alam di kawasan gambut Indonesia.
3. Sagu (Metroxylon sagu)

Sagu adalah tanaman asli lahan basah Nusantara yang punya banyak manfaat. Ia tumbuh subur di daerah tergenang air, baik di rawa maupun di lahan gambut. Batangnya menyimpan pati dalam jumlah besar, menjadikannya sumber karbohidrat lokal yang penting. Lebih dari itu, sagu juga berperan besar menjaga cadangan air tanah dan mencegah kekeringan.
Dikutip dari berbagai sumber (Flach, M., 1997; Joosten dkk., 2012; Bintoro dkk., 2018; Asano dkk., 2021), sistem perakaran sagu membentuk jaring padat yang mampu menahan erosi dan memperlambat aliran air permukaan. Tajuknya yang lebat membantu menjaga kelembapan dan menurunkan suhu mikro di area sekitarnya. Di Papua dan Maluku, tanaman ini bukan hanya bagian dari alam, tapi juga dari budaya dan ketahanan pangan masyarakat. Menanam sagu berarti menumbuhkan hutan sekaligus melestarikan tradisi.
4. Gelam (Melaleuca leucadendra)

Gelam merupakan pohon tangguh yang mampu hidup di tanah lembap maupun kering. Spesies ini tumbuh alami di Sumatera dan Kalimantan, terutama di kawasan dengan lapisan gambut dangkal. Kulit batangnya yang tebal membuatnya tahan terhadap api ringan—kemampuan penting di wilayah yang rawan kebakaran.
Penelitian yang terbit dalam Jurnal Manusia dan Lingkungan, menjelaskan bahwa gelam sering digunakan sebagai tanaman pionir dalam tahap awal restorasi. Selain kuat, daunnya menghasilkan minyak kayu putih bernilai ekonomi tinggi, sementara akarnya membantu memperbaiki struktur tanah dan menahan kelembapan. Beberapa proyek percontohan di Kalimantan Tengah bahkan menunjukkan keberhasilan tinggi dalam menumbuhkan gelam di lahan bekas terbakar, menjadikannya simbol ketahanan dan harapan baru bagi gambut yang pulih.
5. Mahang (Macaranga pruinosa)

Mahang adalah spesies cepat tumbuh yang sering muncul alami di lahan gambut yang baru pulih. Pohon ini mudah beradaptasi di kondisi basah maupun agak kering. Batangnya ringan, daunnya lebar, dan tajuknya rimbun—membuatnya efektif dalam menahan penguapan atau menambah kesuburan tanah.
Selain itu, mahang juga berperan penting dalam pembentukan mikrohabitat baru. Batangnya sering dihuni semut yang justru membantu melindungi pohon dari serangan hama, menciptakan simbiosis alami yang menarik. Kolaborasi kecil antara tanaman dan hewan ini mempercepat proses pemulihan ekosistem. Dengan menanam mahang, kawasan gambut yang rusak bisa kembali menjadi hutan hidup yang dinamis dan penuh interaksi alami.
Menanam kembali tanaman asli seperti jelutung, ramin, sagu, gelam, dan mahang adalah langkah nyata untuk menghidupkan kembali ekosistem gambut Indonesia. Setiap pohon yang tumbuh membawa harapan baru: air yang tersimpan, udara yang bersih, dan kehidupan yang lebih seimbang. Dengan dukungan masyarakat, peneliti, serta pemerintah, Indonesia berpeluang besar menjadi contoh dunia dalam menjaga dan memulihkan lahan gambut. Karena ketika gambut kembali hidup, alam pun ikut bernapas lega.


















