Tunisia punya destinasi wisata yang mirip banget sama destinasi-destinasi Eropa Selatan. Pantai-pantai di Hammamet, Sousse, dan Djerba dipenuhi resor dengan arsitektur Mediterania dan nuansa Santorini mini. Tapi bedanya, semua itu bisa dinikmati dengan harga yang jauh lebih terjangkau. Menurut data dari Travel Off Path, Tunisia jadi salah satu tujuan liburan paling hemat bagi turis Eropa karena mata uangnya (Tunisian dinar) lebih murah dan biaya hidupnya rendah.
Buat pecinta sejarah, reruntuhan Romawi di Dougga dan Carthage juga gak kalah keren dibandingkan situs serupa di Italia atau Yunani. Belum lagi desa Sidi Bou Said yang putih-biru seperti desa di Yunani, lengkap dengan kafe mungil dan pemandangan laut biru. Semua ini jadi daya tarik utama Tunisia, apalagi buat turis yang cari pengalaman ala Eropa dengan nuansa Arab dan harga bersahabat. Gabungan ini membuat Tunisia cocok disebut hidden gem-nya Afrika Utara.
Tunisia adalah bukti nyata bahwa batas geografis gak selalu sejalan dengan batas budaya. Negara ini membaurkan unsur Arab dan Eropa tanpa kelihatan maksa atau kehilangan jati diri. Dari bahasa, arsitektur, sampai gaya hidup, semuanya berjalan beriringan dan menciptakan keunikan tersendiri. Tunisia gak cuma indah dipandang, tapi juga kaya cerita buat dinikmati.
Di mana letak Tunisia sehingga memiliki perpaduan budaya yang unik? | Tunisia terletak di Afrika Utara, yang secara strategis menjadikannya titik temu antara budaya Arab, Afrika, dan Eropa (Mediterania). |
Apa ciri khas arsitektur yang dominan di Medina (kota tua) Tunisia? | Medina di Tunisia memiliki arsitektur yang kental dengan gaya Andalusia (inspirasi seni Islam Spanyol zaman kekhalifahan Umayyah). |
Apa bahasa yang sangat umum digunakan di Tunisia selain bahasa resminya (Arab)? | Bahasa Prancis, karena Tunisia pernah menjadi protektorat Prancis (1881–1956). Bahasa ini masih digunakan dalam pendidikan, administrasi, dan percakapan sehari-hari. |