Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

10 Fakta Penembakan Donald Trump Juli 2024, Kini Jadi Presiden AS

detik-detik setelah penembakan Donald Trump (youtube.com/The Wall Street Journal)

Pada 13 Juli 2024 lalu, Donald Trump dikejutkan dengan suara tembakan saat sedang berpidato di depan pendukungnya di Butler, Pennsylvania. Trump seketika mencengkeram telinganya dan menunduk. Agen Dinas Rahasia AS atau Secret Service segera memegang erat dan mencoba melindungi sosok yang kini telah memenangkan pemilihan presiden Amerika Serikat 2024 tersebut.

Terlihat darah segar di daun telinga kanan Donald Trump. Ia pun mengangkat kepalan tangannya sambil berteriak, "Fight!". Kendati demikian, Donald Trump selamat dari upaya pembunuhan tersebut, tetapi pelaku yang menembaknya tewas di tempat kejadian, lantaran berhasil dilumpuhkan oleh sniper Secret Service. Di samping itu, tersangka penembakan Donald Trump ternyata baru berusia 20 tahun. Ia adalah Thomas Matthew Crooks.

Reuters mencatat bahwa Thomas Matthew Crooks menggunakan senapan semi otomatis AR-15 dan melakukan penembakan dari atap sebuah gudang. Atas penembakan ini, dua orang terluka dan satu orang dilaporkan meninggal dunia. Menurut beberapa informasi, Crooks adalah warga Bethel Park, Pennsylvania dan seorang anggota partai Republik. Ia lulus SMA pada 2022 silam.

Pada 2021, Thomas Matthew Crooks menyumbangkan 15 dolar AS atau setara dengan Rp232 ribu rupiah kepada ActBlue, sebuah komite aksi politik Partai Demokrat. Selain itu, senjata api yang digunakan Crooks ternyata milik ayahnya.

Meskipun demikian, ada beberapa kejanggalan terkait upaya pembunuhan itu. Pasalnya,  beberapa saksi mata sempat melihat Crooks di atap gedung. Saat mereka memberi tahu petugas polisi, polisi tersebut mundur karena mengaku diancam oleh Crooks. Berikut ini kita akan membahas beberapa kejanggalan dari aksi penembakan Donald Trump menurut beberapa ahli dan pengamat.

1. Beberapa saksi mata mencoba memberi tahu polisi setempat, karena ada orang mencurigakan di atap gedung

Ada beberapa laporan dari saksi mata yang melihat Thomas Matthew Crooks sedang merangkak di atap gedung beberapa menit sebelum penembakan. Dalam sebuah laporan dari BBC News yang diunggah ke X, salah satu saksi mata mengatakan bahwa Crooks terlihat di atap gedung yang tak jauh dari podium Donald Trump berkampanye.

Tak lama kemudian, beberapa warga lain juga melihat Crooks sambil menunjuk ke atap gedung untuk memberitahu polisi setempat dan Secret Service. Sayangnya, Secret Service dan polisi setempat seolah tak peduli. Penembakan ini mungkin saja terjadi karena keteledoran Secret Service dan polisi.

Nah, sangking ramainya di X, Elon Musk pun angkat bicara di platform tersebut dengan mengatakan, "Kepala Dinas Rahasia dan pemimpin pasukan keamanan ini harus mengundurkan diri."

2. Tersangka penembakan naik ke atap gedung yang berada di luar keamanan Secret Service

bendera bertuliskan "Trump 2024" di Tombstone, Arizona (commons.wikimedia.org/Qwexcxewq)

Salah satu saksi mempertanyakan keamanan terkait kampanye Donald Trump tersebut. Kenapa tidak ada Secret Service di setiap atap di sana, padahal podium Trump terletak di depan tiga gedung yang saling berdampingan dengan atap segitiga yang miring. Lalu, ada pabrik yang lebih besar di seberang podium Donald Trump, dengan beberapa pohon di dekatnya. Nah, di atap pabrik inilah Thomas Matthew Crooks melancarkan aksinya.

Thomas Matthew Crooks menyerang dari atap pabrik yang hanya berjarak sekitar 140 meter dari podium Donald Trump. Tembakan sedekat ini bisa sangat mematikan, lho, jika tepat sasaran. Lalu, mengapa Crooks tidak terlihat oleh sniper Secret Service yang berada di atap gedung juga, di belakang podium Donald Trump?

Nah, France 24 melaporkan bahwa Thomas Matthew Crooks diketahui mengenakan pakaian berwarna abu-abu yang mirip dengan warna atap gedung tersebut. Itu sebabnya, ia jadi tidak terlihat. Namun, setelah Crooks melepaskan beberapa tembakan, sniper Secret Service langsung menembak mati Crooks di tempat kejadian.

3. Polisi setempat sempat mencurigai keberadaan Thomas Matthew Crooks sebelum kejadian

potret Thomas Matthew Crooks sewaktu SMA (youtube.com/The Wall Street Journal)

Ada video di sosial media yang memperlihat Thomas Matthew Crooks di atap gedung. Video ini dimulai 2 menit 2 detik sebelum tembakan pertama dilepaskan, dan 86 detik setelah saksi mata memperingatkan pihak berwenang sebelum terjadinya penembakan. Sejak itu juga, polisi setempat langsung menyadari keberadaan seseorang yang dianggap mencurigakan.

Selain itu, ada video lain yang memperlihatkan Thomas Matthew Crooks sedang mondar-mandir dan berperilaku tidak biasa, sebelum acara kampanye dimulai. Pihak berwenang setempat bahkan sempat mengikuti Crooks dan memberi tahu Secret Service. Sayangnya, laporan itu tidak segera ditindaklanjuti.

4. Donald Trump dibiarkan naik ke atas podium di tengah-tengah banyaknya laporan mencurigakan

Mantan Presiden AS Donald Trump saat sedang berkampanye di Butle, Pennsylvania, detik-detik sebelum terjadi penembakan. (youtube.com/Fox News)

Seperti yang telah kita bahas di poin sebelumnya, Secret Service sudah diberi tahu bahwa ada orang mencurigakan di atap gedung yang sedang mengintai kampanye umum tersebut. Dua agen Secret Service menyampaikan informasi tersebut melalui radio pada pukul 17.52, sekitar 20 menit sebelum tersangka menembak Donald Trump. Di tempat lain, Kepolisian Negara Bagian Pennsylvania mengetahui keberadaan Crooks satu jam sebelum penembakan, tetapi butuh waktu 30 menit bagi otoritas setempat untuk menyampaikan informasi ini kepada Secret Service di lapangan.

"Dia membawa alat pengintai jarak dan ransel. Dinas Rahasia kehilangan jejaknya." kata Senator John Barrasso dalam sebuah pernyataan setelah kampanye tersebut usai.

Dikutip laman Fox News, beberapa jam sebelum Thomas Matthew Crooks melakukan penembakan, orangtuanya menelepon polisi untuk melaporkan bahwa putra mereka hilang dengan membawa senapan milik ayahnya. Anehnya, mengapa polisi tidak segera mencari Crooks dan mengapa Donald Trump tetap dibiarkan naik ke atas podium, mengingat banyaknya laporan mencurigakan tersebut? Hal-hal inilah yang masih dipertanyakan publik.

5. Gedung tempat Thomas Matthew Crooks menembak sebenarnya diidentifikasi sebagai ancaman, tetapi diabaikan

peta 3D yang menggambarkan percobaan pembunuhan Donald Trump di Butler, Pennsylvania (commons.wikimedia.org/MediaGuy768)

Ada pertanyaan krusial mengapa tidak ada penjagaan di area sekitar gedung AGR International atau tempat di mana Thomas Matthew Crooks melakukan penembakan dari atap gedung tersebut. Padahal, jaraknya hanya 140 meter dari podium tempat Donald Trump akan berpidato. Nah, inilah yang membingungkan.

Secret Service sebenarnya sudah mengidentifikasi bahwa gedung AGR International itu punya potensi ancaman. Secret Service juga sudah meminta polisi setempat untuk mengamankan gedung tersebut. Bahkan, petugas kepolisian berada di dalam gedung itu saat penembakan terjadi.

Beberapa minggu setelah penembakan, banyak media berita yang masih belum mendapat jawaban konkret, seperti bagaimana Thomas Matthew Crooks bisa naik ke atap gedung tanpa terdeteksi. Lalu, mengapa gedung tersebut tidak masuk dalam perimeter pengamanan Secret Service. Dalam sebuah wawancara dengan ABC News, Direktur Secret Service, Kimberly Cheatle, mengakui bahwa polisi setempat sudah ditugaskan untuk mengamankan sejumlah gedung di sekitar lokasi kampanye.

6. Direktur Secret Service mengaku, polisi setempat ada di dalam gedung, tempat di mana Thomas Matthew Crooks menembak dari atapnya

potret Kimberly Cheatle, Asisten Direktur Kantor Operasi Perlindungan Dinas Rahasia di bawah Presiden Donald Trump (commons.wikimedia.org/United States Department of Homeland Security)

Direktur Secret Service, Kimberly Cheatle, menegaskan bahwa gedung yang digunakan untuk menargetkan Donald Trump sebenarnya memiliki atap yang sangat miring. Jadi, kepolisian tidak mungkin berjaga di atap tersebut demi keamanan polisinya sendiri. Itu sebabnya, kepolisian hanya mengamankan gedung itu dari dalam.

Namun, seorang perwakilan dari kepolisian setempat mengatakan kepada The New York Times bahwa pernyataan Kimberly Cheatle itu tidak benar. Petugas polisi setempat hanya berjaga di gedung yang berdekatan, bukan di gedung dimana Thomas Matthew Crooks melakukan penembakan. Hal ini tentunya bertentangan dengan apa yang dikatakan direktur Secret Service tersebut.

Selain itu, sniper Secret Service ditempatkan di dua gedung lain dan secara khusus hanya diinstruksikan untuk mengawasi kerumunan, bukan untuk mengawasi gedung-gedung sekitar. Sementara itu, mantan agen Secret Service mempertanyakan alasan Kimberly Cheatle yang tidak mau menempatkan petugas keamanan di atap gedung AGR International, dengan alasan atapnya miring. Padahal, dua sniper Secret Service juga ditempatkan di atap gedung yang atapnya jauh lebih miring dan curam. Alasan ini pun dianggap tidak masuk akal.

7. Sniper Secret Service butuh waktu hampir setengah menit untuk melumpuhkan Thomas Matthew Crooks setelah Crooks melepaskan tembakan

Penembak Jitu Kontra Dinas Rahasia AS saat memberikan keamanan jarak jauh untuk mendukung kunjungan Presiden di Konvensi Nasional Partai Republik, di Charlotte, N.C., 24 Agustus 2020. (commons.wikimedia.org/Carlos Guerra/United States Secret Service)

ABC News melansir kabar bahwa sniper Secret Service sudah mengunci keberadaan Thomas Matthew Crooks 11 detik setelah tembakan pertama yang dilakukan Crooks, dan 15 detik kemudian, sniper Secret Service langsung menembaknya hingga tewas. Namun, Secret Service melihat tersangka di atap gedung pada pukul 17.52 waktu setempat, 20 menit sebelum serangan.

Nah, karena gedung itu berada di luar zona keamanan Secret Service, mereka malah menyerahkan lokasi tersebut ke tangan polisi setempat. Anehnya, tidak ada petugas polisi yang ditempatkan di atap.

Setelah Thomas Matthew Crooks melepaskan tembakan pertamanya, salah satu sniper Secret Service yang berada di utara tersentak karena kaget dan mengalihkan pandangannya dari teropong, sebelum akhirnya mengatur ulang posisinya. Namun, sebelum Crooks melepaskan tembakan, sniper kedua dari Secret Service yang berada di selatan, mengubah posisinya. Ini menandakan bahwa mereka menyadari adanya ancaman.

Pakar audio mendengar 10 tembakan di banyak rekaman yang menampilkan insiden tersebut. Nah, ada 8 tembakan yang dilepaskan dalam waktu enam detik. Setelah terdengar rentetan tembakan ini, tembakan lain datang dari lokasi yang berbeda, diikuti oleh tembakan terakhir selama 16 detik setelah Crooks mulai menembak.

Dua suara tembakan ini memiliki karakteristik yang berbeda dari delapan tembakan pertama. Meskipun analisis tersebut tidak 100 persen akurat, hal ini menunjukkan bahwa sniper Secret Service sudah mengunci Crooks sekitar 6 detik setelah Crooks mulai menembak.

8. Agen Secret Service mengizinkan Donald Trump memakai sepatunya disituasi genting

detik-detik setelah penembakan Donald Trump (youtube.com/The Wall Street Journal)

Foto ketika Donald Trump mengangkat kepalan tangannya ke atas ketika telinganya berlumuran darah, sangatlah viral di sosial media. Foto itu diambil setelah Trump memakai kembali sepatunya yang lepas. Secret Service dianggap lamban membawa Trump pergi dari podium. Pasalnya, agen Secret Service dilatih untuk tetap waspada setelah terjadinya suatu insiden penembakan, karena bisa saja pelakunya masih melancarkan serangan.

"Biarkan saya memakai sepatu saya," kata Donald Trump di tengah-tengah kekacauan. "Tuan, kita harus pindah ke mobil," kata seorang agen Secret Service kepada Trump. "Biarkan saya memakai sepatu saya dulu," pintanya.

Tindakan itu dianggap sembrono oleh para ahli dan pakar. "Saat Anda (agen Secret Service) tahu ada tembakan, Anda pegang dan lindungi bos Anda, lalu masukkan dia ke dalam mobil dan keluar dari sana secepat mungkin," Richard Aitch, pakar perlindungan jarak dekat Inggris dan mantan anggota Polisi Militer Kerajaan Inggris berpendapat melalui NBC News.

"Mereka tetap di panggung itu selama lebih dari satu menit," katanya. "Apa yang sebenarnya mereka lakukan? Itu mengejutkan. Jika itu saya, saya tidak akan melakukan hal itu," Jeffrey James, pensiunan veteran Dinas Rahasia saat ditanyai pendapatnya oleh The New York Times.

"Kami akan pergi, dan kami akan pergi sekarang. Jika itu saya, saya akan membelikannya sepasang sepatu baru," tekannya kembali.

9. Kepolisian setempat dan Secret Service kekurangan personel

agen Dinas Rahasia AS di Pusat Pelatihan Dinas Rahasia (commons.wikimedia.org/U.S. Department of Homeland Security)

Polisi setempat menghubungi Secret Service sebelum kampanye Donald Trump dilaksanakan untuk memberi tahu bahwa kepolisian setempat kekurangan personel polisi yang akan ditempatkan di gedung yang digunakan Thomas Matthew Crooks untuk membidik Donald Trump. Namun, Secret Service tidak mengatasi masalah tersebut atau menerjunkan agennya sendiri.

"Secret Service memiliki sumber daya yang tidak terbatas, terutama agen-agennya yang dapat mereka tempatkan di mana-mana," kata Jason Russell, mantan agen Secret Service kepada BBC News.

Dalam surat kepada Direktur FBI, Christopher Wray, Perwakilan dari Kepolisian Ohio, Jim Jordan, menyatakan, "Pelapor telah mengungkapkan kepada Komite bahwa Secret Service AS tidak memiliki sumber daya (agen Secret Service) untuk acara kampanye Presiden Trump di Butler, Pennsylvania, karena adanya pertemuan North Atlantic Treaty Organization (NATO) dan acara Ibu Negara, Jill Biden, di Pittsburgh," tulisnya.

Nah, kelalaian seperti ini harusnya tidak terjadi di acara kampanye besar sekelas pemilu. Pasalnya, Roll Call melaporkan bahwa Secret Service menerima anggaran 9 persen lebih tinggi pada 2024. Anggarannya bahkan mencapai 3,1 miliar dolar AS atau setara dengan Rp48 triliun, melebihi permintaan Presiden Joe Biden yang hanya sebesar 78 juta dolar AS atau setara dengan Rp1,2 triliun.

10. Thomas Matthew Crooks berhasil menyelinapkan senapan serbu tanpa terdeteksi sebelumnya

senapan dan ransel milik Thomas Matthew Crooks yang digunakan saat penembakan (commons.wikimedia.org/FBI)

Menurut FBI, Thomas Matthew Crooks menggunakan senapan AR-style 556 dengan amunisi 5,56 mm dalam percobaan pembunuhannya. Senjata serupa digunakan dalam penembakan massal San Bernardino pada 2015, yang menewaskan 14 orang dan melukai 22 orang, serta penembakan Sandy Hook pada 2012, yang menewaskan 20 anak-anak dan 6 orang dewasa.

Model pasti senapan tersebut tidak diketahui, tetapi Ruger AR-556 memiliki panjang laras sekitar 0,4 meter dan panjang keseluruhannya 0,7 sampai 1 meter, dengan berat sekitar 3 kilogram. Lalu, bagaimana Crooks bisa membawa senjata yang cukup besar itu ke sebuah kampanye tanpa menarik perhatian petugas keamanan?

Dikutip CBS News, pihak berwenang yakin bahwa Thomas Matthew Crooks mungkin menyembunyikan senjata itu sebelumnya atau menyelundupkan senjata tersebut ke dalam ranselnya. Crooks sendiri naik ke atap gedung dengan menginjak unit AC. Para pejabat pun yakin, Crooks menyembunyikan senjata itu di dekat unit AC tersebut. Seorang agen Secret Service mengatakan bahwa Crooks memang menyembunyikan senjata itu sebelum acara kampanye, meskipun disimpan di mana, masih belum jelas.

Seperti yang mungkin kamu tahu, di balik insiden dan peristiwa dunia pasti selalu diikuti dengan spekulasi, fakta, maupun teori konspirasi. Banyak yang beranggapan bahwa penembakan ini dilakukan oleh Partai Republik sendiri demi membangun citra dan reputasi Donald Trump.

Namun sebaliknya, Partai Republik menuduh Partai Demokrat yang ingin menyingkirkan Donald Trump. Teori ini berkembang lantaran lambannya penanganan dan keamanan dari Secret Service maupun kepolisian setempat. 

Sementara itu, Donald Trump kini telah memenangkan pemilihan presiden Amerika Serikat dan akan mulai menjabat pada Januari 2025 mendatang. Ia unggul dari Kamala Harris, capres dari Partai Demokrat. 

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Izza Namira
EditorIzza Namira
Follow Us