Bukan Limbah, Kulit Bawang Putih Mampu Menjadi Anti Bakterial

Bawang putih memiliki segudang manfaat, bahkan kulitnya

Tanaman herbal kerap kali dipakai untuk mengobati berbagai macam penyakit yang ditimbulkan oleh mikroorganisme patogen, salah satunya bakteri. Indonesia memiliki banyak macam tanaman yang tergolong tanaman obat dengan kemampuan menghambat pertumbuhan bakteri, salah satunya bawang putih dengan nama latin Allium sativum L.

Walaupun bawang putih memiliki segudang manfaat, pemanfaatan secara maksimal belum digiatkan pada limbah kulit bawang putih. Senyawa aktif yang terkandung pada kulit bawang putih terbukti memiliki efek antibakteri. Simak selengkapnya!

1. Morfologi bawang putih

Bukan Limbah, Kulit Bawang Putih Mampu Menjadi Anti Bakterialmorfologi bawang putih (unsplash.com/@jannerboy62)

Tanaman ini memiliki tinggi tanaman sekitar 50-70 cm, diameter batang 2,5-3,0 cm, panjang daun 45-65 cm serta lebar 2,8-4,0 cm. Bentuk daun datar, warna daun hijau tua dan jumlah daun tiap tanaman 6-10 daun.

Umbi dipanen pada 120-135 hari setelah tanam. Ukuran umbi umumnya memiliki diameter 4,5-5,3 cm dan panjang 3,2-4,5 cm. Warna umbi berwarna putih keunguan, lingkaran umbi tebal. Jumlah umbi per umbi 9-13 siung .

2. Benarkah bawang putih mampu menyembuhkan berbagai penyakit?

Bukan Limbah, Kulit Bawang Putih Mampu Menjadi Anti Bakterialkhasiat bawang putih (unsplash.com/@voyas)

Klasifikasi ilmiah dari bawang putih ialah famili Alliaceae, subfamili Alloideae, bangsa Allieae, genus Alium serta spesies Allium sativum L. Penggunaan bawang putih sebagai rempah rempah dan pengobatan alternatif herbal sangat sering dijumpai di Indonesia. Tidak hanya digunakan untuk meningkatkan aroma, rasa, dan warna makanan, namun juga digunakan dengan tujuan terapeutik ataupun pencegahan penyakit.

Menurut jurnal berjudul Extraction and antioxidant activities of polysaccharides from roots of Arctium lappa, berbagai senyawa bioaktif terkandung di dalamnya yaitu alkaloid, tanin, vitamin, diterpen fenolik, flavonoid dan polifenol. Senyawa itu dapat bersifat sebagai senyawa terapeutik, karena adanya antioksidan, antikarsinogenik, antitumorigenik, anti inflamasi serta sifat penurun glukosa dan kolesterol.

Baca Juga: Resep Camilan Ayam Bawang Putih Madu, Bikin Ketagihan 

3. Kandungan kimiawi dalam kulit bawang putih

Bukan Limbah, Kulit Bawang Putih Mampu Menjadi Anti Bakterialkandungan kimiawi (unsplash.com/@hansreniers)

Rasa khas yang diberikan bawang putih serta manfaatnya dikaitkan dengan kandungan senyawa sulfur, yaitu alliin, g-glutamylcysteine dan derifatifnya.

Berdasarkan penelitian pada jurnal yang berjudul Garlic revisited: Antimicrobial activity of allicin-containing garlic extracts against Burkholderia cepacia complex, aktivitas antimikroba bawang putih maupun bagian kulitnya didasarkan pada allicin, tiosulfat yang ada dalam bawang putih. Lebih dari 600 spesies allium, ekstrak bawang putih lah yang paling kaya akan kandungan allicin

4. Kandungan fitokimia dalam kulit bawang putih mampu menghambat bakteri

Bukan Limbah, Kulit Bawang Putih Mampu Menjadi Anti Bakterialberbagai fungsi bawang putih (unsplash.com/@sanjaidosajh)

Ekstrak kulit bawang putih positif mengandung senyawa alkaloid, fenolik, saponin dan tanin. Zat fitokimia inilah yang mampu memberi efek antibakteri pada kulit bawang putih. 

Senyawa fenolik terkandung pada kulit bawang putih memiliki keuntungan yang berkhasiat. Dilansir dari jurnal berjudul Phenolics: From chemistry to biology, fenol dapat bertindak sebagai antioksidan karena kemampuan gugus fenolik untuk berpasangan dengan radikal bebas. Selain aktivitas antioksidannya, banyak senyawa fenolik mungkin menunjukkan aktivitas antibakteri yang signifikan.

5. Mengganti antibiotik menjadi antibakteri dari bahan herbal

Bukan Limbah, Kulit Bawang Putih Mampu Menjadi Anti Bakterialbahaya resistensi antibiotik (unsplash.com/@roberto_sorin)

Meluasnya resistensi mikroba yang terjadi di Indonesia masih menjadi masalah yang perlu diperhatikan oleh pemerintah dan masyarakat. Antimikroba telah memberi kemajuan pada dunia medis selama beberapa dekade, namun maraknya resistensi antibiotik menyebabkan terbatasnya kemampuan untuk mengobati penyakit. Hingga tahun 2014, angka kematian yang disebabkan oleh resistensi bakteri mencapai 700.000 jiwa per tahun. Penyebaran infeksi bakteri sangatlah cepat. 

Penggunaan obat-obatan herbal akan sangat membantu dalam penanggulangan resistensi. Itu bisa menjadi alternatif antimikroba apabila dilakukan penelitian lebih lanjut. 

Baca Juga: 5 Fakta Bawang Putih yang Jarang Diketahui, Ada Sejarahnya!

Farah Rachmah Photo Verified Writer Farah Rachmah

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Indiana Malia

Berita Terkini Lainnya