5 Hewan yang Dinyatakan Terancam Punah pada 2025

Tahun 2025 bisa dibilang masih jadi tahun yang campur aduk bagi dunia hewan. Di satu sisi, umat manusia berhasil menemukan banyak spesies baru dan memperbaiki populasi hewan yang terancam. Namun, di sisi lain, kita juga masih menerima banyak berita buruk soal kepunahan dan turunnya populasi beberapa spesies hewan.
Pada kesempatan kali ini, kita akan membahas soal beberapa hewan yang mengalami penurunan populasi sampai status konservasi mereka turun ke tingkat Endangered (terancam punah) pada tahun 2025 ini. Sayangnya, ternyata ada pula hewan yang sudah masuk dalam kategori ini dan tinggal di negara kita, Indonesia. Agar kita makin paham siapa saja dan apa penyebab hewan-hewan terancam punah ini bisa ada di posisi yang sekarang, yuk, simak pembahasan di bawah ini sampai selesai!
1. Mauritius cuckooshrike

Pertama, ada seekor burung bernama mauritius cuckooshrike (Lalage typica). Sesuai dengan nama mereka, burung yang satu ini adalah hewan endemik dari Pulau Mauritius, sebelah timur Madagaskar. Area yang jadi rumah bagi mauritius cuckooshrike tak lebih dari 200 km persegi. Sementara itu, habitat paling sesuai bagi mereka terdiri atas hutan hujan tropis dengan elevasi antara 250—824 mdpl.
Soal status konservasi, IUCN Red List melabeli burung ini dalam kategori terancam punah berdasarkan survey yang dilakukan pada 13 Desember 2024 dan dipublikasi tahun 2025 ini. Dalam data yang dihimpun, disebutkan kalau populasi mauritius cuckooshrike tak lebih dari 420 individu saja dan jumlah tersebut terbilang terus menurun. Adapun, penyebab turunnya populasi burung ini diakibatkan karena introduksi spesies predator baru oleh manusia dan sulitnya tumbuhan asli Mauritius berkembang di sana, padahal tanaman-tanaman asli Mauritius itu adalah sumber makanan mauritius cuckooshrike.
2. Anjing laut bertudung

Anjing laut bertudung (Cystophora cristata) adalah spesies mamalia akuatik yang menghuni kawasan Arktik. Lebih spesifik lagi, mereka ditemukan mulai dari Samudra Atlantik bagian utara, Norwegia, dan berakhir di kutub utara. Rentang persebaran itu terbilang luas sampai-sampai ada perbedaan konsentrasi populasi, dimana individu yang lebih tua dan siap kawin cenderung berada di utara, sementara individu yang lebih muda lebih di area selatan, tepatnya sekitar pesisir Eropa.
Berdasarkan data yang dirilis 9 Mei 2025, IUCN Red List resmi memasukkan anjing laut bertudung dalam kategori hewan terancam punah. Sayangnya, belum diketahui secara pasti berapa individu yang tersisa. Hanya saja, sekitar tahun 1990-an, diperkirakan masih ada sekitar 600 ribu anjing laut bertudung. Diperkirakan bahwa populasi yang ada saat ini hanya tersisa 7 persen dari populasi 78 tahun yang lalu.
3. Yellow-banded ringlet

Tak hanya hewan bertubuh besar, makhluk sekecil kupu-kupu pun mengalami nasib yang sama. Kali ini ada yellow-banded ringlet (Erebia flavofasciata), sosok kupu-kupu dengan sayap yang didominasi warna hitam atau cokelat dengan corak kuning disertai bintik-bintik di dekat ujungnya. Mereka tinggal Eropa, tepatnya sekitar Pegunungan Alpen beserta negara-negara yang ada di sekitar. Padang rumput dengan elevasi 1.400—2.800 mdpl jadi rumah paling disukai oleh kupu-kupu ini.
Sayangnya, data yang dihimpun IUCN Red List pada 17 April 2023 dan dirilis resmi pada tahun 2025 ini menunjukkan bahwa yellow-banded ringlet sudah masuk dalam kategori hewan terancam punah. Tidak diketahui populasi mereka secara pasti karena habitat yang cukup terfragmentasi, sekalipun hanya ada di sekitar Pegunungan Alpen. Selain itu, penyebab penurunan populasi belum dapat dipastikan, tapi kuat dugaan kalau ada kaitannya dengan kehilangan habitat untuk alih fungsi lahan serta perubahan iklim yang sedang terjadi di seluruh dunia.
4. Hiu paus

Masuk ke dunia air, kali ini ada sosok ikan terbesar di Bumi dengan ukuran yang mampu mencapai 18—20 meter, yaitu hiu paus (Rhincodon typus). Persebaran ikan laut ini meliputi perairan tropis yang hangat di sepanjang Bumi. Artinya, mereka berenang bebas di Samudra Atlantik, Samudra Hindia, dan Samudra Pasifik. Bahkan, perairan Indonesia yang tepat berada di zona tersebut jadi salah satu spot favorit bagi hiu paus, lho.
Soal status terancam punah yang disematkan IUCN Red List, hiu paus menerimanya berdasarkan pendataan pada 31 Maret 2025 silam. Diperkirakan masih ada sekitar 100—240 ribu individu di seluruh dunia. Jumlah itu memang terlihat banyak. Namun, dari data 3 generasi (sekitar 120 tahun terakhir), populasi mereka sudah turun sekitar 50—79 persen sehingga status terancam punah sudah harus disematkan sejak sedini mungkin. Adapun, penyebab rusaknya populasi hiu paus disebabkan oleh perburuan, tertabrak kapal, kerusakan laut, dan perubahan iklim.
5. Pari air tawar sungai branco

Selain hewan air laut, nasib yang sama juga diterima oleh sosok ikan air tawar bernama pari air tawar sungai branco (Potamotrygon adamastor). Ikan yang satu ini adalah hewan endemik Hutan Hujan Amazon dan hanya ditemukan secara eksklusif di Sungai Branco, Brasil. Diperkirakan kalau area yang jadi distribusi mereka sekitar 724 km persegi karena kuat dugaan kalau ikan ini turut tersebar di beberapa sungai lain di sekitar Sungai Branco.
Dalam pencatatan yang dilakukan pada 20 November 2024 dan dirilis resmi tahun ini, pari air tawar sungai branco sudah masuk dalam kategori terancam punah. Tren populasi mereka terbilang menurun, meski tak diketahui jumlah secara pasti. Faktor penurunan populasi ditenggarai karena kerusakan sungai akibat aktivitas tambang yang semakin masif. Padahal tingkat pertumbuhan populasi pari air tawar sungai branco itu terbilang rendah, yakni sekitar 0,2—0,3 ekor per tahunnya.
Kamu pasti sadar, kan, kalau penyebab turunnya status konservasi hewan-hewan di atas banyak disebabkan oleh aktivitas manusia? Ya, proses ekstraksi alam sampai pencemaran yang sudah berlangsung dalam waktu panjang memang menggerus keanekaragaman hayati di seluruh dunia, baik secara sadar maupun tidak.
Kalau tidak ada tindakan yang dilakukan semua lini sesuai dengan kapabilitasnya masing-masing dari sekarang, pasti daftar ini akan bertambah banyak di tahun-tahun yang akan datang. Malahan, bisa saja hewan yang ada di daftar ini semakin menurun populasinya sampai masuk dalam tingkat kritis (Critically Endangered) seperti ratusan spesies hewan lain di seluruh dunia.


















