5 Hasil Peninggalan Kebudayaan Zaman Mesolitikum, Banyak di Indonesia 

Mayoritas ditemukan di gua-gua yang ada di Jawa

Mesolitikum atau sering disebut juga sebagai zaman batu pertengahan adalah periode waktu yang berada di antara Paleolitikum dan Neolitikum. Zaman ini terjadi kira-kira dari 10.000 SM hingga 8.000 SM.

Beberapa peninggalan pada zaman Mesolitikum berhasil ditemukan di beberapa tempat, khususnya di Indonesia. Dilansir laman Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan serta berbagai sumber lainnya, berikut adalah hasil penemuan tersebut. Yuk, simak langsung!

1. Abris sous roche 

5 Hasil Peninggalan Kebudayaan Zaman Mesolitikum, Banyak di Indonesia ilustrasi manusia tinggal di dalam gua (commons.wikimedia.org/Charles R. Knight)

Manusia pada zaman Mesolitikum sudah mulai memiliki tempat tinggal, meskipun belum menetap (semisedenter). Manusia pada zaman ini tinggal di dalam gua batu yang ada di tebing pantai. Gua ini juga berfungsi sebagai tempat perlindungan dari cuaca panas dan hujan serta serangan dari binatang buas.

Kebiasaan manusia purba untuk tinggal di dalam gua ini disebut dengan kebudayaan Abris Sous Roche. Bukti peninggalan ini dapat ditemukan di dalam gua tersebut, yaitu berupa perkakas batu yang sudah diasah dan peralatan dari tulang dan tanduk.

Perkakas tersebut banyak ditemukan di gua Lawa, Sampung, Ponorogo, Jawa Timur, sehingga dinamakan Sampung Bone Culture. Selain itu, Abris Sous Roche juga ditemukan di daerah Besuki, Bojonegoro, dan Sulawesi Selatan.

2. Serpih-bilah (flakes)  

5 Hasil Peninggalan Kebudayaan Zaman Mesolitikum, Banyak di Indonesia peninggalan flakes dari Mesolitikum (commons.wikimedia.org/Vaneiles)

Penyelidikan pertama pada Abris Sous Roche dilakukan oleh Dr. Van Stein Callenfels antara tahun 1928 hingga tahun 1931. Tempat penyelidikannya adalah di gua Lawa dekat Sampung, Ponorogo, Jawa Timur. Alat-alat yang ditemukan pada gua tersebut antara lain berupa alat-alat dari batu. Contohnya seperti ujung panah, flakes, dan batu pipisan.

Kapak yang sudah diasah yang berasal dari zaman Mesolitikum, serta alat-alat dari tulang dan tanduk rusa juga berhasil ditemukan pada gua-gua tersebut. Tradisi serpih-bilah (flakes) terutama berlangsung dalam kehidupan di gua Sulawesi Selatan, seperti di Leang Karassa dan pulau-pulau di Nusa Tenggara Timur. Adapun di gua yang ada di Jawa, serpih-bilah tidak memainkan peran penting dalam konteks tradisi tulang.

Baca Juga: Sejarah Museum Manusia Purba Gilimanuk, Awalnya Tempat Penguburan  

3. Kjokkenmoddinger 

5 Hasil Peninggalan Kebudayaan Zaman Mesolitikum, Banyak di Indonesia potret kjokkenmoddinger (twitter.com/kenzie_sr)

Ciri-ciri kehidupan Mesolitikum tidak jauh berbeda dengan kebudayaan Paleolitikum. Perbedaannya, manusia yang hidup pada zaman Mesolitikum sudah ada yang menetap, sehingga kebudayaan yang ciri khasnya adalah Kjokkenmoddinger dan Abris Sous Roche.

Manusia purba yang tinggal dekat dengan pantai mencari makanan di laut yang kemudian meninggalkan sampah dapur bekas sisa-sisa makanan. Inilah yang disebut dengan Kjokenmoddinger.

Secara etimologis, kata “Kjokkenmoddinger” berasal dari bahasa Denmark, yaitu kjokken yang memiliki arti 'dapur' dan modding yang berarti 'sampah'. Jadi, Kjokkenmoddinger memiliki arti sampah dapur.

Dalam kenyataannya, Kjokkenmoddinger adalah timbunan kulit kerang dan siput yang mencapai ketinggian kurang lebih 7 meter dan sudah membatu atau telah menjadi fosil. Kjokkenmoddinger banyak ditemukan di sepanjang pantai timur Sumatra.

4. Alat tulang (pebble) 

5 Hasil Peninggalan Kebudayaan Zaman Mesolitikum, Banyak di Indonesia contoh alat-alat pebble (researchgate.net/Grzegorz-Osipowicz)

Ciri-ciri alat yang digunakan pada zaman Mesolitikum adalah permukaannya yang dihaluskan, terutama pada bagian yang dipakai. Namanya adalah pebble atau alat yang terbuat dari tulang. Mereka banyak ditemukan di daerah Jawa Timur. Sosok berjasa yang menemukan pebble adalah seorang arkeolog bernama L.J.C van Es.

Tempat ditemukannya alat-alat tulang tersebut adalah di daerah Jawa, yakni di Gua Lawa, dekat Sampung, Jawa Timur. Di tempat itu juga ditemukan serpih-bilah sederhana, alat-alat tulang yang terdiri dari dua macam bentuk sudip tulang dan semacam belati dari tanduk, mata panah batu yang bersayap dan berpangkal konveks, hematit (besi oksida), lesung batu, serta perhiasan dari kulit kerang.

5. Kapak genggam Sumatra (Sumatralith)  

5 Hasil Peninggalan Kebudayaan Zaman Mesolitikum, Banyak di Indonesia potret sumatralith (dok. Wikimedia Commons/Museumdaerah.deliserdang)

Pada zaman Mesolitikum berkembang tiga tradisi pokok pembuatan alat-alat di Indonesia, yaitu tradisi serpih-bilah, alat tulang, dan kapak genggam Sumatra. Tradisi pembuatan alat pada zaman ini mendapat pengaruh kuat dari kebudayaan Bacson dan Hoabinh (kurang lebih pada 12.000--8000 SM) dari Vietnam utara, yang diduga merupakan daerah asal pendatang baru ras Australomelanesoid.

Sejumlah alat batu yang di Indonesia dikenal dengan istilah "Sumatralith" atau kapak genggam Sumatra. Mereka berasal dari Asia Tenggara dan ditemukan di Tiongkok Selatan, Vietnam, Kamboja, Annam, Thailand, serta di Semenanjung Malaya. Melalui daerah Semenanjung Malaya, tradisi ini menyebar ke Indonesia dan ditemukan di daerah pantai Sumatra Utara yang berhadapan dengan semenanjung.

Bisa terlihat kehidupan manusia pada zaman Mesolitikum sudah jauh lebih baik dari zaman sebelumnya. Sudah memiliki tempat tinggal, meski hanya di gua, dan juga sudah memiliki kemampuan untuk menggunakan sejumlah perkakas untuk bertahan hidup. Semoga informasi ini dapat menambah pengetahuan kamu ya!

Baca Juga: 12 Tugas Militer Paling Berbahaya Sepanjang Sejarah

Malika Nabilla Larasati Photo Verified Writer Malika Nabilla Larasati

Senang dengan berita unik dan menarik? Jadilah penulis!

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Izza Namira

Berita Terkini Lainnya