Kenapa Beberapa Hewan Memakan Feses? Ini Penyebabnya

- Hewan seperti kelinci dan marmut memakan kotoran untuk mendapatkan nutrisi yang tersisa setelah melewati sistem pencernaan mereka.
- Anak hewan, seperti anak gajah dan kuda nil, memakan kotoran induknya untuk membangun komunitas bakteri yang sehat di dalam usus mereka.
- Beberapa hewan, termasuk anjing dan burung, melakukan coprophagy sebagai strategi evolusioner untuk bertahan hidup dan menjaga kebersihan lingkungan mereka.
Pernahkah kamu melihat hewan memakan kotorannya sendiri? Mungkin hal ini terdengar aneh dan menjijikkan bagi kita sebagai manusia, tetapi tahukah kamu bahwa perilaku ini memiliki alasan yang sangat penting di baliknya? Fenomena ini disebut coprophagy, dan ternyata cukup umum terjadi di dunia hewan.
Ada berbagai alasan mengapa hewan melakukan coprophagy, beberapa hewan bahkan bergantung pada kebiasaan ini untuk bertahan hidup dan menjaga keseimbangan tubuh mereka. Jika kamu penasaran kenapa perilaku ini bisa begitu penting, simak penjelasan lebih lanjutnya. Mungkin setelah membaca ini, pandanganmu terhadap kebiasaan ini akan sedikit berbeda!
1. Memperoleh nutrisi yang tidak terserap sempurna

Beberapa hewan, seperti kelinci dan marmut, memiliki sistem pencernaan yang kurang efisien dalam mencerna makanan. Makanan yang mereka konsumsi sering kali masih mengandung nutrisi penting setelah melewati sistem pencernaan mereka. Dengan memakan kembali kotorannya, hewan-hewan ini bisa mendapatkan nutrisi yang tersisa, seperti vitamin B dan protein, yang belum diserap sepenuhnya.
Pada kelinci, proses ini dikenal sebagai cecotropes, di mana mereka memproduksi dua jenis kotoran: feses biasa dan kotoran khusus yang mengandung nutrisi ekstra. Mereka secara naluriah memakan cecotropes ini langsung dari anus mereka untuk memaksimalkan penyerapan nutrisi.
2. Transisi dari konsumsi susu induk ke makanan padat

Banyak bayi hewan, seperti anak gajah dan kuda nil, memakan kotoran dari induknya atau sesama anggota kawanan saat mereka beralih dari minum susu induknya ke makan makanan padat. Memakan kotoran ini membantu bayi membangun komunitas bakteri yang sehat di dalam usus mereka, yang pada gilirannya membantu pencernaan normal.
Bahkan bayi mamooth diyakini memakan kotoran induknya. Otopsi bayi mamooth betina berusia 42.000 tahun bernama Lyuba mengungkapkan bahwa ia telah menelan kotoran mamooth dewasa. Temuan tersebut menunjukkan bahwa bayi mamooth menelan kotoran induknya untuk menginokulasi sistem pencernaan mereka dengan mikroba yang akan memecah tanaman yang mereka makan.
3. Meningkatkan kesehatan usus

Spesies burung tertentu juga mempraktikkan coprophagy untuk meningkatkan kesehatan usus dengan memperkenalkan bakteri yang bermanfaat. Bakteri sehat dari feses dapat meningkatkan flora usus pada individu dengan masalah kesehatan tertentu.
Burung yang bermigrasi mungkin mengonsumsi kotoran burung lokal saat tiba di daerah baru untuk memperoleh bakteri yang membantu mereka mencerna makanan yang tidak dikenal. Anak burung coot Eurasia dan anak burung unta juga mendapat manfaat dari mengonsumsi feses induknya, yang meningkatkan keragaman mikrobioma usus mereka. Penelitian pada anak burung unta menemukan bahwa mereka yang mengonsumsi feses induknya tumbuh lebih cepat, memiliki kesehatan usus yang lebih baik, dan kurang rentan terhadap penyakit dibandingkan dengan mereka yang tidak melakukan coprophagy.
4. Melindungi dari parasit

Beberapa hewan, seperti anjing, mungkin memakan kotoran karena alasan evolusioner. Di alam liar, nenek moyang anjing seperti serigala akan membersihkan sarang dengan memakan kotoran anak-anaknya untuk mencegah penyebaran parasit. Meski anjing peliharaan hidup di lingkungan berbeda, perilaku ini masih bisa terlihat, meskipun tidak selalu berbahaya.
5. Menghilangkan bau dan menghindari predator

Anjing dan kucing liar terkadang memakan kotorannya sendiri untuk menghilangkan jejak bau yang bisa menarik perhatian predator. Dalam lingkungan liar, menjaga agar bau tubuh dan jejak kotoran tidak terdeteksi adalah salah satu cara penting untuk bertahan hidup. Predator dapat dengan mudah melacak mangsanya melalui penciuman, sehingga mengurangi atau menghilangkan jejak bau menjadi strategi bertahan hidup yang efektif. Dengan memakan kotorannya, hewan-hewan ini berusaha untuk menyembunyikan keberadaan mereka dan menghindari bahaya dari pemangsa yang lebih besar.
6. Menjaga kebersihan sarang

Beberapa spesies hewan, terutama yang tinggal di sarang atau liang, seperti tikus, memiliki kebiasaan memakan kotoran mereka sendiri atau kotoran anak-anaknya untuk menjaga kebersihan sarang. Sarang yang bersih sangat penting untuk melindungi bayi-bayi mereka dari penyakit yang dapat ditularkan melalui kotoran. Kotoran yang dibiarkan menumpuk bisa menjadi tempat berkembang biaknya bakteri atau parasit, yang bisa membahayakan seluruh koloni. Dengan memakan kotoran, hewan-hewan ini memastikan lingkungan sarang tetap steril dan aman bagi generasi berikutnya.
7. Perilaku sosial

Pada beberapa anjing domestik, coprophagy bisa muncul sebagai hasil dari masalah perilaku atau kebutuhan perhatian. Anjing yang merasa bosan atau stres mungkin melakukan tindakan ini sebagai bentuk pelarian atau untuk mendapatkan perhatian dari pemiliknya. Beberapa anjing mungkin juga memakan kotoran karena kurangnya nutrisi dalam makanan mereka, yang mendorong mereka mencari sumber nutrisi alternatif, meskipun tidak sehat. Selain itu, perilaku ini juga bisa terjadi karena anjing meniru tindakan hewan lain yang mereka lihat, terutama dalam lingkungan sosial yang padat.
Secara keseluruhan, coprophagy adalah perilaku alami yang cukup umum pada banyak hewan. Bagi manusia, perilaku ini mungkin tampak aneh, tetapi dalam konteks dunia hewan, ini adalah adaptasi penting untuk bertahan hidup.
Referensi
Live Science. Diakses pada November 2024. Why Do Some Animals Eat Their Own Poop?National Geographic. Diakses pada November 2024. Why do animals eat their own poop—and other animals’ too?
Smithsonian. Diakses pada November 2024. Everyone Poops. Some Animals Eat It. Why?