6 Mamalia yang Jadi Mangsa Komodo, Ada Satwa Lebih Besar dari Komodo

- Komodo merupakan spesies terbesar dari famili Varanidae, beratnya mencapai 165 kg dan panjangnya lebih dari tiga meter.
- Babi hutan, rusa Timor, monyet ekor panjang, kerbau liar, tikus komodo, dan musang hitam adalah mangsa utama komodo di Taman Nasional Komodo.
- Komodo berperan penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem dengan mengontrol populasi hewan herbivora sebagai predator puncak di darat.
Komodo atau Varanus komodoensis memiliki tubuh besar dengan reputasi yang mengerikan, sehingga membuatnya terkenal di dunia. Komodo merupakan spesies terbesar dari famili Varanidae, sekaligus kadal terbesar di dunia. Beratnya mencapai 165 kg dan panjangnya lebih dari tiga meter. Tubuhnya yang kekar ditutup oleh sisik kasar secara merata. Mereka memiliki anggota tubuh dan ekor yang kuat dan berotot. Umumnya makanan utama komodo dewasa adalah bangkai, tapi mereka juga memangsa hewan lain yang lebih kecil atau bahkan hewan yang lebih besar.
Di Indonesia komodo tinggal di Taman Nasional Komodo. Tepatnya di Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai, Provinsi Nusa Tenggara Timur, yang cukup terkenal sebagai tempat perlindungan dan pelestarian komodo. Di taman nasional ini sebenarnya tidak hanya ada komodo. Ada beberapa hewan mamalia yang hidup berdampingan dan sekaligus menjadi mangsa komodo. Apa saja? Yuk, simak ulasannya di bawah ini.
1.Babi hutan

Babi hutan atau Sus Scrofa kerap ditemukan di Taman Nasional Komodo. Panjang tubuhnya berkisar antara 153 hingga 240 cm. Rambutnya tebal dan kasar hampir menutupi seluruh tubuhnya. Bulunya berwarna hitam hingga merah kecokelatan, dan putih. Di Taman Nasional Komodo, babi hutan dimasukkan sebagai spesies untuk pemburuan dan mangsa komodo.
Dilansir Animal Diversity, babi hutan cenderung hidup dalam kelompok besar yang terdiri dari 6 sampai 20 betina yang berkerabat dekat. Babi hutan mampu bereproduksi kapan saja sepanjang tahun. Betina mampu menghasilkan dua anak per tahun. Mereka bisa menghuni daerah sabana berumput, hutan, daerah pertanian, semak belukar, dan daerah rawa. Babi hutan membutuhkan sumber air dan tempat berlindung seperti tumbuhan yang lebat di dekatnya. Hal ini dilakukan untuk menyembunyikan dirinya dari pemangsa.
2.Rusa Timor

Disebut juga rusa Jawa yang memiliki bentuk tanduk seperti kecapi dengan tiga cabang. Bulunya berwarna cokelat ke abu-abuan, tubuhnya terlihat pendek dan gemuk karena kakinya yang pendek. Habitatnya suka berada di hutan dengan sinar matahari yang cukup dan sabana atau padang rumput yang terbuka. Taman Nasional Komodo dan iklim tropis Indonesia sangat cocok sebagai tempat terbaiknya dalam bertahan hidup. Rusa Timor jadi mangsa utama komodo.
Dilansir Inaturalist, spesies ini adalah hewan nokturnal, tapi mereka juga merumput di siang hari. Umumnya mereka jarang terlihat di tempat terbuka dan sangat sulit didekati, karena indranya sangat peka dan naluri mereka yang sangat hati-hati. Rusa Jawa sering ditemukan dalam kelompok kecil atau berpasangan. Sayangnya saat ini rusa Timor masuk dalam daftar hewan endemik atau dilindungi.
3.Monyet ekor panjang

Dialnsir A-Z Animals, Macaca Fasciularis atau monyet ekor panjang memiliki wajah yang berwarna cokelat. Makanannya berupa buah-buahan, daun, bunga, kepiting, dan serangga. Spesies ini sebagian besar menghabiskan waktunya dengan melintasi pepohonan atau arboreal. Hanya sedikit waktu yang dihabiskan di tanah, karena mereka sangat rentan terhadap pemangsa. Rutinitas harian mereka adalah mencari makan, bersosialisasi di siang hari, dan akan berkumpul di malam hari agar lebih hangat.
Monyet ekor panjang menempati urutan kedua sebagai mangsa komodo di Taman Nasional Komodo. Meskipun begitu, hewan ini termasuk salah satu mangsa yang cukup sulit diburu oleh komodo. Karena monyet ekor panjang hidup dalam kelompok besar, sehingga memiliki tingkat kerja sama yang baik dalam menghindari mangsa.
4.Kerbau liar

Kerbau air liar atau Bubalus arnee merupakan herbivora besar yang salah satu lokasinya berada di Taman Nasional Komodo. Ciri khasnya terletak pada bulunya yang berwarna abu-abu kehitaman dan tanduk besar berbentuk bulan sabit. Mereka termasuk satwa terbesar di Taman Nasional Komodo. Meskipun termasuk hewan berbadan besar, kerbau liar bisa menjadi mangsa komodo. Namun, sayangnya status kerbau liar saat ini masuk dalam daftar merah IUCN sebagai hewan yang terancam punah.
5.Tikus komodo

Tikus komodo atau Komodomys Rintjanus merupakan tikus yang memiliki ukuran sangat besar sekitar 30-40 cm. Tikus ini adalah hewan asli Kepulauan Sunda kecil di Indonesia, termasuk Taman Nasional Komodo yang endemik di wilayah tersebut. Tikus yang masuk dalam keluarga Muridae ini memiliki penampilan yang unik daripada tikus lainnya. Bulunya berwarna cokelat tua atau keabu-abuan yang bisa membuatnya berbaur dengan lingkungannya yang berbatu. Bulunya yang pendek dan padat bisa memberikan perlindungan saat cuaca buruk di habitatnya.
6.Musang hitam

Musang atau Paradoxurus hermaphroditus merupakan kelompok mamalia yang berukuran kecil. Beratnya hanya sekitar 3 kg dengan panjang tubuh sekitar 50 cm dan ekornya sepanjang 48 cm. Tubuhnya memanjang dan kakinya pendek. Bulunya berwarna hitam pekat dengan bagian bawahnya berwarna putih dan mata keemasan. Mereka biasa hidup di berbagai habitat.
Musang hitam merupakan salah satu hewan yang hidup di Taman Nasional Komodo. Musang juga sekaligus jadi mangsa komodo. Umumnya mereka beraktivitas di malam hari dan suka bersembunyi. Meskipun mereka suka menyendiri, musang suka berkumpul di pohon yang sama untuk beristirahat dan kawin selama satu hingga lima belas hari.
Hampir sebagian besar mamalia memang menjadi mangsa komodo. Namun, hal ini bukan tanpa alasan. Komodo berperan penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem, terutama sebagai predator puncak di darat. Sebagai pemangsa puncak di taman nasional ini, komodo dapat mengontrol populasi hewan herbivora seperti rusa, babi hutan, monyet ekor panjang, dan hewan lainnya. Tanpa adanya predasi atau predator memakan mangsa, populasi hewan herbivora bisa melimpah dan merusak tanaman serta vegetasi sehingga berdampak buruk pada ekosistem.