Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Mengapa Venus Lebih Panas dari Merkurius padahal Jauh dari Matahari?

ilustrasi planet Venus (commons.wikimedia.org/Burkhard Mücke)

Planet sering kali menjadi topik yang menarik dalam pelajaran sains, terutama saat membahas suhu ekstrem di Tata Surya. Banyak yang mengira bahwa semakin dekat sebuah planet ke Matahari, maka suhunya otomatis akan lebih tinggi. Padahal kalau dipikir secara logika, Merkurius harusnya jadi planet terpanas karena jaraknya paling dekat dengan pusat tata surya.

Kenyataannya justru Venus yang memegang rekor sebagai planet dengan suhu permukaan tertinggi di Tata Surya. Bisa dikatakan fakta ini cukup mengejutkan, apalagi ketika mengetahui bahwa Venus berada satu posisi lebih jauh dari Matahari dibandingkan Merkurius itu sendiri. Perbedaan suhu ini memunculkan pertanyaan menarik yaitu apa yang menyebabkan kondisi tersebut bisa terjadi? Berikut lima alasan ilmiah yang menjelaskan mengapa Venus bisa lebih panas dari Merkurius.

1. Atmosfer Venus menjebak panas secara ekstrem

Planet venus (commons.wikimedia.org/NASA Goddard Space Flight Center)

Venus diselimuti atmosfer yang sangat tebal. Lapisan ini terdiri hampir seluruhnya dari karbon dioksida yang merupakan gas rumah kaca paling kuat dalam menjebak panas. Radiasi matahari yang masuk ke Venus memang tidak sebanyak yang diterima Merkurius, tapi hampir semua panas yang masuk terperangkap dan sulit keluar karena atmosfernya yang sangat padat.

Sebaliknya, Merkurius memiliki atmosfer yang sangat tipis, bahkan nyaris tidak ada. Akibatnya, panas yang masuk ke permukaannya dari Matahari sangat cepat kembali dipantulkan atau menghilang ke ruang angkasa. Jadi, meskipun Merkurius lebih dekat ke Matahari, ia tidak bisa menyimpan panas dengan baik seperti Venus.

2. Permukaan Venus lebih mampu memantulkan radiasi panas

ilustrasi permukaan Venus (commons.wikimedia.org/NASA/JPL)

Permukaan Venus memang tertutup awan tebal yang penuh asam sulfat, tapi awan ini memantulkan sebagian cahaya Matahari sambil tetap menyerap panas yang cukup besar di bawahnya. Awan ini bukan sekadar kabut, melainkan sistem penutup permanen yang memperkuat efek rumah kaca berlapis-lapis. Radiasi inframerah yang seharusnya keluar kembali ke luar angkasa justru terpantul berulang kali di dalam atmosfernya.

Kondisi yang sangat berbeda dialami Merkurius. Permukaannya berbatu dan tandus, serta tidak memiliki mekanisme penahan panas yang seefektif Venus. Karena tidak ada awan tebal atau gas rumah kaca, panas mudah masuk, tetapi juga sangat mudah keluar, menyebabkan suhu permukaan Merkurius turun drastis saat malam tiba.

3. Tekanan udara di Venus membuat suhu tetap tinggi

Planet venus (commons.wikimedia.org/Kevin Gill)

Tekanan atmosfer di permukaan Venus hampir 92 kali lipat dari tekanan udara di Bumi, menciptakan kondisi yang luar biasa ekstrem. Dalam kondisi seperti ini, gas-gas di atmosfer menjadi sangat padat dan semakin mampu menahan energi panas. Tekanan ini tidak hanya membuat atmosfer lebih tebal, tetapi juga meningkatkan efektivitas proses pemanasan dari dalam ke permukaan.

Merkurius, sebaliknya, tidak memiliki tekanan atmosfer yang signifikan. Atmosfernya sangat tipis sehingga tidak memberi kontribusi besar pada distribusi atau penahanan panas. Akibatnya, tidak ada mekanisme alami di Merkurius untuk mempertahankan suhu tetap tinggi sepanjang waktu.

4. Rotasi planet mempengaruhi distribusi panas

ilustrasi tata surya (pexels.com/Zelch Csaba)

Venus berotasi dengan sangat lambat, bahkan 1 hari di Venus lebih lama dari 1 tahunnya. Ini membuat sisi yang menghadap Matahari mengalami pemanasan terus-menerus dalam jangka waktu yang sangat panjang. Karena atmosfer juga terus menyebarkan panas ini ke seluruh planet, suhu Venus menjadi relatif stabil dan tetap tinggi baik siang maupun malam.

Sebaliknya, Merkurius memiliki rotasi yang lebih cepat meski tetap lambat dibanding Bumi. Ini menyebabkan sisi siang dan malam berganti lebih sering, sehingga permukaannya mengalami fluktuasi suhu yang sangat besar. Siang hari sangat panas, tapi malamnya bisa sangat dingin, karena panas tidak tersimpan dengan baik di permukaan maupun atmosfer.

5. Komposisi kimia membentuk iklim yang unik

ilustrasi planet Venus (commons.wikimedia.org/Burkhard Mücke)

Kandungan utama atmosfer Venus, yaitu karbon dioksida, menjadi salah satu faktor penentu utama dalam menciptakan iklim yang panas dan stabil. Ditambah lagi dengan kehadiran awan asam sulfat, Venus menjadi contoh ekstrem dari efek rumah kaca alami. Gas-gas tersebut bukan hanya menjebak panas, tetapi juga menyerap energi dari radiasi Matahari dan memanaskannya kembali ke permukaan.

Sementara Merkurius didominasi oleh unsur-unsur seperti helium dan hidrogen dalam jumlah sangat kecil, yang tidak cukup kuat untuk menciptakan efek pemanasan. Perbedaan komposisi ini membuat Venus jauh lebih efisien dalam mempertahankan panas di permukaannya meskipun posisinya lebih jauh dari pusat tata surya.

Meski berada lebih jauh dari Matahari, Venus justru menjadi planet terpanas karena faktor atmosfer, tekanan, rotasi, dan komposisi gas yang bekerja secara bersamaan. Fenomena ini jadi bukti bahwa jarak dari Matahari bukan satu-satunya faktor penentu suhu sebuah planet. Inilah mengapa memahami planet tidak bisa hanya mengandalkan urutan letaknya, tetapi juga harus melihat bagaimana setiap elemen bekerja dalam sistem planet tersebut.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Izza Namira
EditorIzza Namira
Follow Us