Mengenal Rongorongo, Aksara Misterius yang Belum Terpecahkan

Rongorongo adalah aksara tradisional Pulau Paskah, Chile yang merupakan sistem glif yang diukir ke dalam tablet kayu atau benda lainnya. Glif adalah sebuah simbol grafis yang digunakan untuk mewakili sebuah karakter dalam sistem tulisan.
Bahasa yang ditulis dalam aksara ini belum dipahami dengan baik, dan ada perdebatan di antara para peneliti tentang apakah itu adalah sistem penulisan yang sepenuhnya berkembang atau bentuk proto sistem penulisan. Proto sistem penulisan adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan awal atau permulaan dari penggunaan simbol-simbol grafis untuk menuliskan bahasa.
Beberapa peneliti percaya bahwa bongkahan-bongkahan tersebut berisi campuran informasi religius, historis, dan praktik kehidupan sehari-hari, tetapi arti sebenarnya dari teks-teks tersebut masih menjadi misteri. Tanpa basa-basi lagi, yuk simak informasinya!
Apa arti rongorongo?

Rongorongo adalah sistem glif yang ditemukan di Pulau Paskah, Chile yang tampaknya mewakili suatu bentuk tulisan atau proto-tulisan. Glif ini telah ditemukan pada sejumlah objek, termasuk bongkahan kayu dan patung batu. Namun arti dari glif itu hingga kini belum diuraikan. Nama 'rongorongo' sendiri berarti 'melafalkan, mendeklamasikan, atau melantunkan' dalam bahasa Rapa Nui, bahasa Pulau Paskah.
Bentuk rongorongo

Rongorongo ditemukan dalam bentuk tablet, yang terbuat dari kayu dan dihiasi dengan ukiran yang rumit. Tablet-tablet ini diyakini berasal dari abad ke-13 hingga abad ke-19, dan beberapa di antaranya mengandung pola simbol yang mirip dengan yang ditemukan pada patung Moai yang terkenal di pulau itu. Tablet-tablet tersebut diyakini dibuat oleh orang-orang Rapa Nui, yang telah mendiami Pulau Paskah selama ribuan tahun.
Meskipun telah dilakukan berbagai upaya, belum ada yang mampu menguraikan arti dari glif rongorongo. Beberapa peneliti telah menyatakan bahwa rongorongo mungkin mewakili bentuk tulisan, sementara yang lain percaya bahwa rongorongo mungkin murni dekoratif atau bahkan bentuk simbolisme agama.
Penemu pertama

Orang Eropa pertama yang diketahui melihat glif rongorongo adalah seorang pendeta Katolik bernama Pastor Sebastian Englert, yang mengunjungi Pulau Paskah pada awal abad ke-20. Dia mencatat keberadaan glif tersebut, tetapi tidak dapat menguraikan maknanya.
Pada tahun-tahun berikutnya, berbagai ahli dan peneliti telah berusaha untuk memecahkan kode glif rongorongo, tetapi dengan sedikit keberhasilan. Dalam beberapa tahun terakhir, sejumlah peneliti telah mulai mempelajarinya secara lebih rinci.
Terlepas dari upaya yang sedang berlangsung untuk menguraikan glif rongorongo, namun maknanya tetap menjadi misteri. Banyak peneliti percaya bahwa kunci untuk membuka maknanya mungkin terletak pada pemahaman yang lebih baik tentang bahasa dan budaya Rapa Nui.
Beberapa peneliti yang lain mengatakan bahwa glif itu mungkin berhubungan dengan sistem penulisan lain yang ditemukan di wilayah Pasifik, seperti aksara Indus atau tulisan peradaban Maya kuno.
Fakta terbaru penelitian

Bagaimanapun, glif rongorongo terus menarik perhatian para peneliti dan publik, dan maknanya tetap menjadi salah satu misteri abadi Pulau Paskah dan wilayah Pasifik. Namun tak lama ini, dilansir dari Heritage Daily, para peneliti telah menciptakan model tiga dimensi dari sebuah tablet yang dilapisi tulisan tangan rongorongo, mengungkapkan simbol-simbol yang tak terlihat oleh mata telanjang.
Dr. Rafał Wieczorek dari Universitas Warsawa mengatakan, "di sisi lain tablet dan di tepinya, kami berhasil melihat simbol-simbol tak terlihat yang sejauh ini luput dari para peneliti, serta alur yang mirip dengan yang ada di tablet rongorongo lainnya. Mereka berfungsi sebagai garis yang membatasi teks dan untuk memudahkan penulisan."