8 Tokoh Muslim Kulit Hitam yang Berpengaruh di Amerika Serikat

Ella Little-Collins adalah perempuan kelahiran Georgia, Amerika Serikat. Ia merupakan seorang pengusaha properti dan aktivis hak-hak sipil terkemuka. Ia aktif dalam memberikan pengajaran dan dukungan dalam program studi kulit hitam dan etnis di perguruan tinggi. Ia juga merupakan pendiri Sarah A. Little School of Preparatory Art di Boston, Amerika Serikat.

Pada pertengahan tahun 50-an, ia bergabung dengan organisasi islam bernama Nation of Islam (NOI). Namun, ia berpindah ke islam ortodoks setelah merasa ragu dengan NOI dan pemimpinnya, Elijah Muhammad. Setelah hijrah ke Islam, Collins mendirikan masjid di Boston sebelum kepergiannya pada tahun 1959.

Malcolm X adalah adik tiri dari Ella Little-Collins. Pada saat usianya 14 tahun, Collins mengundangnya untuk tinggal bersama. Pada saat inilah, Collins mengenalkan Malcom pada Islam dan mengajaknya bergabung dengan NOI.

Sama seperti kakak tirinya, Malcolm juga aktif menyuarakan hak-hak sipil. Malcolm sangat lantang dan berani menyuarakan hak-hak orang Afrika-Amerika bahkan di hadapan orang kulit putih Amerika. Karena hal inilah, ia dikenal sebagai aktivis revolusioner Amerika Serikat dan menjadi tokoh kunci dalam gerakan hak-hak sipil pada era 1950-an dan 1960-an.

Elijah Muhammad adalah tokoh islam kulit hitam terkemuka yang memimpin organisasi National of Islam (NOI). Ia dilahirkan di pedesaan Georgia pada tahun 1897 dengan nama Elijah Poole. Elijah menggantikan posisi WD Fard sebagai pendiri NOI karena Fard sempat dipenjara dan menghilang.

Elijah bertemu Fard ketika ia meninggalkan Georgia dan pergi ke Utara untuk menghindari rasisme yang terjadi di Selatan. Ia kemudian mendapat pengaruh keislaman dari Fard, seperti yang memperkenalkannya pada Tuhan dan mengembangkan narasi kebanggaan ras kulit hitam dan kebencian pada ras kulit putih. Elijah menyebut dirinya sebagai Utusan Tuhan, dan inilah awal mula ia meneruskan organisasi NOI.

Yusef Salaam adalah seorang muslim kulit hitam yang pernah dipenjara karena rasisme dan ketidakadilan. Ia bersama empat pemuda kulit hitam dan latin lainnya dipenjara atas tuduhan pemerkosaan yang tidak dilakukannya dalam kasus Central Park Jogger pada tahun 1989.

Pada tahun 2002, sekitar 13 tahun setelahnya, ia bersama keempat pemuda tersebut dibebaskan karena tuduhannya tidak terbukti. Ia dan keempat tahanan yang menyebut dirinya dengan “The Exonerated Five”, akhirnya mendapat ganti rugi dari pemerintah AS. Kasus Central Park Jogger ini kemudian menjadi histeria massal dan kisahnya banyak diprofilkan dalam film-film pemenang penghargaan, seperti film dokumenter The Central Park Five (2012) dan When They See Us (2019).

Selama 2 dekade terakhir ini, Salaam aktif menjadi aktivis dan pembicara inspiratif. Ia kerap membagikan kisahnya dan mendidik masyarakat tentang dampak penahanan. Ia juga aktif mengadvokasi reformasi peradilan pidana dan penjara.

Su'ad Abdul Khabeer adalah seniman dan aktivis muslim yang banyak membuat karya-karya tentang muslim, kulit hitam, dan perempuan dari kacamata kehidupan ibunya. Dalam salah satu bukunya yang berjudul Muslim Cool: Race, Religion, dan Hip Hop in the United States, ia menulis tentang muslim dan hip hop dan melahirkan makna ras di AS. Karya ini juga disertai dengan pertunjukan solo seorang perempuan yang mewakili dan merepresentasikan tulisannya tersebut.

Selain menjadi seniman, ia juga banyak menulis di media barat ternama, seperti Washington Post, The Atlantic, Ebony Magazine, Huffington Post, dan Al Jazeera Inggris. Pada tahun 2018,  Su’ad diprofilkan sebagai salah satu muslim Amerika berpengaruh oleh CNN dan menerima Soros Equality Fellowship pada tahun 2019.

Sherman Jackson adalah seorang profesor dari Universitas Pennsylvania. Ia mengajar di beberapa perguruan tinggi dan menulis banyak buku tentang islam. Beberapa bukunya di antaranya:

• Hukum Islam dan Negara: Fikih Konstitusional Shihâb al-Dîn al-Qarâfî (EJ Brill, 1996)
• Tentang Batasan Toleransi Teologis dalam Islam: Faysal al-Abû Hâmid al-Ghazâlî Tafriqa (Oxford, 2002)
• Islam and the Blackamerican: Looking Toward the Third Resurrection (Oxford, 2005).
• Islam dan Masalah Penderitaan Kulit Hitam (Oxford, 2009)
• Sufisme untuk Non-Sufi? Taj al-'Arus karya Ibn 'Ata' Allah al-Sakandari (Oxford, 2012)

Berkat kiprahnya dalam dunia pendidikan dan islam, ia kemudian menjadi anggota Dewan Pengawas American Learning Institute for Muslim (ALIM). Ini merupakan lembaga akademis tempat para cendekiawan, profesional, aktivis, seniman, penulis dan tokoh masyarakat berkumpul untuk mengembangkan strategi terkait masa depan Islam di dunia modern.

Siraj Wahhaj adalah muslim pertama yang pernah membacakan Doa Pembuka Al-Quran (Al-Fatihah) di Dewan Perwakilan Rakyat AS. Ia merupakan imam besar Masjid Al-Taqwa di Brooklyn dan merupakan seorang dosen yang aktif dan produktif. Selain itu, Siraj Wahhaj juga merupakan pemimpin Aliansi Muslim di Amerika Utara.

Berkat pencapainnya yang luar biasa tersebut, ia mendapatkan penghargaan dari presiden Brooklyn Borough, Marty Markowitz. Setiap tanggal 15 Agustus dicanangkan sebagai hari Siraj Wahhaj.

Ilhan Umar adalah pengungsi Afrika pertama yang menjadi Anggota Kongres. Ia juga merupakan perempuan kulit hitam pertama yang mewakili Minnesota di Dewan Perwakilan Rakyat AS.

Sebelumnya, ia adalah warga Somalia yang melarikan diri saat terjadi perang saudara di negaranya. Ia kemudian mengungsi di Kenya dan datang ke Amerika Serikat pada tahun 1990-an. Sebelum menjadi anggota Kongres, Umar merupakan pendidik komunitas di Univeritas Minnesota, Anggota Kebijakan di Humphrey Scholl of Public Affairs, dan menjabat sebagai Pembantu Kebijakan Senior di Dewan Kota Minneapolis.

Di Amerika, kelompok kulit hitam memang kerap mendapatkan diskriminasi ras. Namun, berkat kegigihan dan keberaniannya, mereka akhirnya mampu mendapatkan hak-hak sipilnya yang dulunya “dirampas”. Kini, mereka banyak berkiprah dan menjalankan peran sentral di pemerintahan maupun bidang lainnya.