5 Penemuan Arkeologi yang Awalnya Dikira Asli, Ternyata Tipuan

- Penipuan dalam sejarah arkeologi melibatkan penemuan manusia Piltdown, yang akhirnya terungkap sebagai campuran tulang manusia dan hewan.
- Tengkorak Calaveras di Amerika Utara juga palsu, dibuat oleh manusia modern dan tidak berasal dari Zaman Pliosen seperti yang diklaim.
- Raksasa Cardiff dan tengkorak kristal juga terbukti sebagai penipuan, menunjukkan bahwa ilmu arkeologi perlu verifikasi bukti yang tepat.
Ilmu arkeologi selama ini menjadi jendela bagi kita untuk memahami masa lalu—bagaimana manusia hidup, berpikir, dan berkembang dari waktu ke waktu. Namun, seperti bidang ilmiah lainnya, arkeologi juga tak luput dari jebakan kesalahan, misinterpretasi, bahkan penipuan yang disengaja.
Dalam sejarahnya, beberapa penemuan yang semula disambut dengan antusiasme dan dianggap terobosan, akhirnya terbukti hanyalah hasil rekayasa kreatif yang menipu banyak pihak. Pada ulasan ini, terdapat lima penemuan arkeologi yang sempat diyakini sebagai fakta ilmiah, tapi kemudian terungkap sebagai tipuan. Daripada penasaran, berikut adalah daftarnya.
1. Piltdown Man

Manusia Piltdown merupakan salah satu contoh paling terkenal dari penipuan dalam sejarah arkeologi. Diperkenalkan pada tahun 1912 oleh Charles Dawson, fosil ini diyakini sebagai penemuan spesies manusia purba yang belum pernah ditemukan. Melansir piltdownman, fosil tersebut disebut-sebut sebagai mata rantai yang hilang antara manusia dan kera.
Fosil ini diterima oleh komunitas ilmiah selama lebih dari empat dekade. Namun, tidak semua ilmuwan yakin, karena ada ketidaksesuaian dalam morfologi tengkorak tersebut. Melansir piltdownman, pada tahun 1953, serangkaian tes menunjukkan bahwa tengkorak itu sebenarnya terdiri dari campuran tulang manusia purba asli dan bagian tubuh hewan.
2. Calaveras Skull

Tengkorak Calaveras muncul pada tahun 1866 dan sempat diyakini sebagai bukti keberadaan manusia purba di Amerika Utara sejak Zaman Pliosen. Penemuan ini sangat kontroversial dan sempat didukung oleh tokoh penting seperti J.C. Whitney. Meskipun demikian, sejak awal sudah ada suara skeptis yang meragukan keasliannya.
Penyelidikan lebih lanjut mengungkap bahwa tengkorak tersebut kemungkinan hanyalah milik manusia modern yang sengaja dikubur oleh para penambang sebagai bagian dari lelucon. Penanggalan radiokarbon kemudian membuktikan bahwa tengkorak tersebut berusia kurang dari seribu tahun, sangat jauh dari klaim asal Pliosen.
3. Cardiff Giant

Raksasa Cardiff adalah salah satu hoaks paling terkenal dalam sejarah Amerika. Patung raksasa ini ditemukan di sebuah pertanian di Cardiff, New York, pada tahun 1869 dan segera dianggap oleh masyarakat sebagai fosil manusia raksasa zaman dahulu. Banyak orang bahkan mengaitkannya dengan kisah-kisah dalam Alkitab tentang keberadaan raksasa di masa lampau.
Sebagian ilmuwan mencium adanya kejanggalan, tapi masyarakat luas tetap antusias dan rela membayar untuk melihat raksasa ini secara langsung. Ketenarannya meledak hingga akhirnya dilakukan penyelidikan lebih lanjut. Ternyata, Cardiff Giant adalah patung batu buatan manusia yang sengaja dikubur dan digali kembali untuk menipu publik.
4. Crystal Skulls

Tengkorak kristal pertama kali muncul dalam koleksi museum pada akhir abad ke-19, dan sempat dianggap sebagai artefak peninggalan peradaban kuno Mesoamerika. Banyak pihak yakin bahwa tengkorak ini berasal dari suku Maya atau Aztec, dan kisah-kisah mistis mulai tumbuh di sekitarnya, termasuk bebagai legenda yang ada.
Museum ternama seperti British Museum dan Smithsonian memajangnya sebagai benda asli. Namun, analisis ilmiah menunjukkan bahwa tengkorak tersebut dibuat dengan alat perhiasan modern. Akhirnya, para ahli menyimpulkan bahwa tengkorak kristal tersebut kemungkinan besar dibuat di Eropa pada abad ke-19 dan dijual oleh pedagang artefak seperti Eugène Boban.
5. Drake's Plate of Brass

Pada tahun 1936, sebuah pelat kuningan ditemukan dan segera dianggap sebagai peninggalan Sir Francis Drake dari tahun 1579, saat ia diklaim mendarat di pesisir California. Penemuan ini disambut dengan gegap gempita karena dianggap sebagai bukti sejarah langsung dari eksplorasi Inggris di pantai barat Amerika.
Artefak ini bahkan mendapat pengesahan dari sejumlah akademisi, dan dipajang sebagai benda yang berharga. Namun, sejak awal sudah ada sejarawan yang mencurigai jenis logam yang digunakan. Baru pada 1970-an dilakukan analisis yang mengungkap bahwa teknik dan bahan pembuatannya terlalu modern untuk berasal dari abad ke-16.
Kisah-kisah penemuan arkeologi palsu seperti ini menjadi pengingat bahwa dunia ilmiah pun bisa keliru ketika bukti tidak diverifikasi dengan metode yang tepat. Dalam banyak kasus, semangat untuk menemukan sesuatu yang besar atau konfirmasi terhadap kepercayaan yang sudah ada, membuat orang terlalu mudah percaya.