Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi burung Jalak Bali (commons.wikimedia/Pierre Marie Epinery)

Intinya sih...

  • Populasi Jalak Bali terus menurun karena penangkapan liar, hilangnya habitat, dan infeksi penyakit seperti coryza dan bumble foot
  • Coryza menyebabkan bengkak di muka burung, sementara bumble foot menyerang kaki. Penyakit cacing juga mengancam dengan gejala seperti bulu kusam dan penurunan berat badan
  • Diare dan kutu burung juga menjadi ancaman bagi Jalak Bali, mempengaruhi sistem pencernaan dan kesehatan bulu. Pencegahan perlu dilakukan untuk menjaga populasi burung ini

Burung Jalak Bali turut menjadi pusat perhatian wisawatan dari berbagai negara yang tengah berlibur di Bali. Selain memamerkan keindahan bulu dan visualnya, Jalak Bali juga dikenal sebagai burung yang setia dan romantis. Bagaiaman tidak, jika sudah mendapatkan pasangan, maka mereka akan tetap bersama satu pasangannya kemana saja.

Sayangnya seiring bertambahnya tahun, populasi burung Jalak Bali justru terus menurun. Beberapa hal yang menjadi penyebab menurunnya populasi adalah penangakapan liar demi kepentingan pribadi, hilangnya habitat akibat musim kemarau, dan infeksi penyakit yang tidak mendapatkan perawatan khusus. Berikut ini adalah penjelasan mengenai penyakit yang berisiko menyerang burung Jalak Bali!

1. Coryza

ilustrasi burung Jalak Bali (commons.wikimedia/Pc1878)

Coryza atau disebut penyakit snot merupakan masalah kesehatan yang disebabkan virus Hemophillus gallianarum. Virus tersebut menyebabkan infeksi pada bagian muka burung, akibatnya bagian yang terinfeksi akan bengkak dan muncul benjolan berwarna merah di hidung, mata, dan telinga.

Jalak Bali yang sudah terinfeksi coryza harus segera ditangani karena virus ini berpotensi menular. Penularan terjadi melalui burung lain sebagi agen pembawa penyakit, debu, dan udara, bahkan dari makanan dan minuman yang sudah terkontaminasi.

Virus yang sudah menyerang kekebalan tubuh Jalak Bali akan menunjukkan gejala klinis seperti, muka bengkak disertai hidung berlendir, sesak napas, dan nafsu makan menurun. Coryza tidak dapat dibiarkan begitu saja, jika terlambat menangani maka kemungkinan burung akan mati.

2. Bumble foot

ilustrasi burung Jalak Bali (commons.wikimedia/Irhanz)

Bumble foot menjadi penyakit yang seringkali menyerang burung Jalak Bali. Dikenal sebagai penyakit bubul, bumble foot biasanya menyerang permukaan kulit atau telapak kaki. Penyakit ini berkaitan dengan kebersihan sangkar, tepatnya pada tempat di mana burung bertengger.

Gejala umum yang mudah terlihat seperti pembengkakan pada kaki dan telapak, kuku tampak memanjang, juga sisik kaki yang melebar. Jika tidak segera mendapat perawatan, bisa saja infeksi semakin menyebar ke bagian tubuh yang lain. Untuk mengobati infeksi ini biasanya dilakukan operasi guna mengambil bubul dan memberikan obat antibiotik.

3. Parasit cacing

ilustrasi burung Jalak Bali (commons.wikimedia/David J. Stang)

Burung juga berisiko besar terserang penyakit cacing. Penyakit infeksi parasit cacing yang dibiarkan begitu saja bisa mengakibatkan kerusakan pada saluran penceranaan dan hati. Infeksi parasit cacing dapat disebabkan oleh cacing tambang, cacing hati, cacing pita, dan cacing cambuk. Beberapa gejala yang akan terlihat, seperti bulu tampak kusam, kurang bergairah atau jarang bergerak, tekstur kotoran cair, dan penurunan berat badan.

Jika burung Jalak Bali telah menunjukkan gejala seperti di atas, maka sebaiknya segera dilakukan pemeriksaan. Pengobatan biasanya dilakukan berdasarkan hasil temuan dari pemeriksaan kotoran burung dan pemberian obat anthelmentika.

4. Diare

ilustrasi burung Jalak Bali (commons.wikimedia/JJ Harrison)

Diare turut menjadi penyakit yang sering menyerang sistem pencernaan burung Jalak Bali. Penyakit ini disebabkan bakteri yang menyerang saluran pencernaan ataupun karena makanan yang kurang higienis sehingga menimbulkan intoksikasi dan infeksi parasit cacing yang berujung pada diare.

Cukup mudah untuk melihat gejala diare pada burung yang satu ini. Pemilik hanya perlu memperhatikan kotoran burung mulai dari tekstur, warna, dan bau. Jika tekstur kotoran tampak cair, berwarna keruh, dan baunya busuk, maka dipastikan burung Jalak Bali mengalami diare.

Demi mencegah penularan ke burung lain, maka burung yang sudah terinfeksi harus dipisahkan dari burung yang lain. Pengobatan burung yang sudah diare dapat dilakukan dengan pemberian obat khusus, mengganti makanan dan minuman yang lebih bersih, serta membersihkan tempat makannya.

5. Kutu burung

ilustrasi burung Jalak Bali (commons.wikimedia/David J. Stang)

Beberapa burung tidak lepas dari gangguan serangga yang satu ini. Termasuk burung Jalak Bali yang seringkali mengalami penyakit kutu burung. Gangguan burung sebagai ektoparasit sering terjadi dan menyebabkan penurunan proses produksi karena pengeraman telur yang terganggu oleh serangan kutu.

Tentu gangguan kutu menyebalkan ini akan mempengaruhi kicuan burung jantan. Jalak Bali yang sudah terinfeksi biasanya menunjukkan respon gatal-gatal dengan menggigit bagian tubuhnya. Jika diamati lebih dalam, akan terlihat jelas kutu yang bersarang di balik putihnya bulu Jalak Bali. Beberapa hal yang bisa dilakukan sebagai bentuk pencegahan adalah dengan rutin memandikan Jalak Bali, membersihkan kandang, dan mengganti air minum di dalam sangkar.

Informasi seputar penyakit pada burung Jalak Bali di atas semoga dapat menambah wawasan kita semua, ya. Burung penghuni Pulau Dewata ini menawarkan keindahan visual yang memesona dengan bulunya yang putih bersih. Namun, di balik keindahannya, ada beberapa penyakit yang mengintai kesehatan Jalak Bali.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team