ilustrasi raja (pexels.com/Mike)
Raja Dewa Singha memiliki putra bernama Liswa. Ketika memimpin menggantikan ayahnya, Liswa diberi gelar Gajayana. Tertulis pada prasasti tersebut bahwa Kerajaan Kanjuruhan mengalami perkembangan pesat dan pemerintahan baik, sosial, ekonomi maupun seni, serta tradisi di masa Raja Gajayana.
Pada masa pemerintahannya, Raja Gajayana menciptakan tempat suci sebagai lokasi pemujaan untuk memuliakan Resi Agastya. Sang raja juga menitahkan pembuatan arca sang Resi Agastya dari batu hitam yang sangat bagus. Pembuatan ini sebagai pengganti arca Resi Agastya yang terbuat dari kayu oleh nenek Raja Gajayana.
Raja Gajayana hanya memiliki seorang putri yang bernama Uttejana. Ketika dewasa, Uttejana dijodohkan dengan seorang pangeran dari Paradeh bernama Pangeran Jananiya. Keduanya melanjutkan tampuk kepemimpinan begitu Raja Gajayana mangkat.
Seperti leluhurnya, Uttejana dan Pangeran Jananiya memerintah Kerajaan Kanjuruhan dengan penuh keadilan. Rakyat Kanjuruhan sangat mencintai rajanya. Dari catatan yang ada, Kerajaan Kanjuruhan dipimpin oleh garis keturunan Raja Dewa Singha. Seluruh raja itu terkenal akan pemimpin yang baik, keadilan, serta kemurahan hati.
Setelah berganti menjadi Kanuruhan, pejabat yang menduduki tampuk kepemimpinan tidak hanya memegang pemerintahan Kanuruhan. Mereka juga mendapat posisi di dalam Kerajaan Mataram Kuno.