Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Bagaimana Korea Utara Mengembangkan Senjata Nuklir? Ini Sejarahnya!

Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un saat mengamati uji tembak bawah air dari rudal balistik yang diluncurkan kapal selam (dok. KCNA)

Republik Rakyat Demokratis Korea Utara dipimpin oleh Kim Jong-un. Seperti kebanyakan diktator, ia memiliki banyak gelar, antara lain sekretaris pertama Partai Buruh, ketua Komisi Militer Pusat partai, dan panglima tertinggi Tentara Rakyat Korea.

Beberapa gelar dipegang oleh mendiang anggota keluarganya dan dianggap simbolis, dengan maksud untuk meningkatkan otoritasnya atas negara. Namun, Kim "berbagi" kekuasaan dengan ayah dan kakeknya, meskipun mereka sudah meninggal. "Kim Jong-il tetap 'sekretaris jenderal abadi' dan Kim Il Sung adalah 'presiden abadi'," lapor CNBC.

Sebagai pemimpin Korea Utara, Kim memiliki kekuasaan atas semua aspek operasinya, termasuk senjata nuklir. Bagaimana hal itu bisa diperoleh? Berikut adalah kisah yang sulit dipercaya terkait sejarah senjata nuklir di Korea Utara.

1. Korea Utara mengalami kehancuran yang mengerikan selama perang

Pembom B-26 Invader AS melepaskan bom ke gudang pasokan dan fasilitas dermaga di kota pelabuhan Wonsan, di tenggara Korea Utara, pada tahun 1951. (commons.wikimedia.org/National Archives and Records Administration)

Setelah Kekaisaran Jepang menyerah pada tahun 1945, ia menyerahkan bekas wilayah kekaisaran Korea kepada Amerika Serikat dan Uni Soviet untuk dikelola. Namun, AS dan Uni Soviet membagi wilayah itu menjadi dua negara, memisahkan pemerintahan secara de facto di kedua sisi.

Pada tahun 1948, perpecahan itu resmi, dan Republik Korea (selatan) dan Republik Rakyat Demokratis Korea (utara) lahir. Permusuhan antara kedua Korea segera dimulai.

Mata-mata Korea Utara dan penyabot melakukan pembunuhan di Korea Selatan. Sementara itu, tentara Korea Selatan membantai desa-desa di perbatasan, dan pasukan dari kedua negara sering bentrok di perbatasan.

Perang sebenarnya dimulai pada tahun 1950 ketika Korea Utara menginvasi Korea Selatan, yang meminta bantuan internasional. Korea Utara memulai bentrokan, tetapi selama periode Perang Korea, AS dan sekutunya membunuh hingga 20 persen dari populasi Korea Utara. 

Meskipun tidak terjadi penembakan lagi, Perang Korea secara teknis masih aktif. Ditambah lagi, Korea Utara masih mengingat masa lalunya yang kelam, dan menyimpan dendam dengan Korea Selatan dan Amerika Serikat.

2. Presiden AS Harry Truman berniat untuk menggunakan senjata nuklir di Korea

Presiden Harry Truman dalam konferensi pers, di mana dia mengatakan bahwa Amerika Serikat akan mempertimbangkan untuk menggunakan senjata nuklir dalam Perang Korea. (newyorker.com)

Perang Korea adalah intervensi militer besar pertama bagi Perserikatan Bangsa-Bangsa. Dua puluh satu negara berkontribusi pada pertahanan Korea Selatan.

Militer AS mendikte jalannya perang, dan Jenderal Douglas MacArthur bertanggung jawab atas pasukan PBB. MacArthur dipecat oleh Presiden Harry Truman karena menentangnya dan menuntut agar diizinkan untuk membuat nuklir China.

Pembom nuklir ditempatkan di Samudra Pasifik pada bulan pertama perang. Mengutip kabar dari Air & Space Magazine, sejarawan Roger Dingman mengatakan bahwa pendekatan itu dirancang untuk melawan ketidakefektifan dari hasil pemboman Amerika di Korea. 

Pada perang November kedua, Presiden Truman mengatakan dalam konferensi pers bahwa AS sedang mempertimbangkan untuk menggunakan senjata nuklir di Korea. Ini ternyata hanya gertakan, karena para pengebom tidak pernah dikerahkan ke Korea.

3. Korea Utara memiliki tambang uraniumnya sendiri untuk mengembangkan senjata nuklir

fasilitas konsentrasi uranium Pyongsan di Provinsi Hwanghae Utara, Korea Utara yang terlihat dari satelit (sputniknews.com)

Pada saat itu, Amerika Serikat menjadi satu-satunya negara di dunia dengan kemampuan senjata nuklir yang ofensif. Uni Soviet telah menguji senjata pertamanya setahun sebelumnya dan belum memiliki pembom nuklir, sementara China tidak akan memulai pengujiannya selama beberapa tahun.

Tentu saja, mereka semua akan menyusul pada akhirnya. Korea Utara dikelilingi oleh senjata nuklir, yaitu senjata nuklir Rusia, senjata nuklir China, dan senjata nuklir Amerika di Korea Selatan. Hal ini sangat mengisolasi Korea Utara.

Perpecahan Tiongkok-Soviet pada akhir 1950-an dan détente yang dipimpin AS dengan China pada 1972, mendukung aspirasi Korea Utara untuk mengembangkan senjata nuklir, ungkap Pacific Forum. Pendiri Korea Utara, Kim Il-sung, mengatakan bahwa senjata nuklir diperlukan untuk melindungi kedaulatannya dari musuh internal dan eksternal.

Rusia mulai mengimpor bahan radioaktif dari Korea Utara pada tahun 1947. Menurut sebuah studi di Universitas Stanford, meskipun hanya satu tambang yang diakui secara publik, tapi kemungkinan ada 18 tambang uranium di Korea Utara.

4. Rusia membantu pengembangan nuklir di Korea Utara

Marinir Angkatan Laut Merah Soviet membebaskan Korea Utara pada 1945 (commons.wikimedia.org)

Berada di antara kekuatan nuklir dan penghasil bahan bakar nuklir, wajar saja jika pada tahun 1956, Korea Utara menjadi anggota pendiri Institut Bersama untuk Penelitian Nuklir.

Selama beberapa dekade, fasilitas penelitian Soviet ini menyambut fisikawan Korea Utara, universitas Soviet melatih insinyur Korea Utara, dan keahlian Soviet membangun infrastruktur nuklir Korea Utara.

Dilansir Nuclear Threat Initiative, Korea Utara membangun "Pusat Pelatihan Senjata Atom" dengan bantuan Soviet. Tahun berikutnya, Uni Soviet setuju untuk memberikan bantuan teknis dalam pendirian pusat penelitian nuklir di Korea Utara.

Pada tahun 1964, teknisi Soviet merancang dan membangun reaktor riset nuklir pertama di Korea Utara, serta digunakan untuk penelitian medis dan industri.

Selama tahun 1960-an, Uni Soviet membangun atau menyumbangkan beberapa reaktor, rakitan reaktor, laboratorium penelitian, dan berbagai komponen nuklir di Korea Utara.

Pada pertengahan dekade, Teknisi Korea Utara mempelajari teknik pemrosesan ulang plutonium sembari menerima pelatihan di fasilitas dan laboratorium pemisahan plutonium Soviet.

Para pembelot mengklaim bahwa Pyongyang melengkapi fasilitas Pakch'ŏn-kun dengan kemampuan nuklir berkat bantuan Prancis dan Austria. Pada akhir dekade, pembelot lain mengatakan bahwa Kim Il-sung memerintahkan militer Korea Utara untuk secara aktif mengejar produksi senjata nuklir dalam negeri. 

5. Hubungan China dan Korea Utara

bendera China dan Korea Utara (dok. Reuters/Joseph Campbell)

Perbatasan China diperluas dan dikontrak beberapa kali selama ribuan tahun. Ketidakpastian ini memperumit hubungan internasional China saat ini, apalagi ketika mereka membuat klaim "bersejarah" atas wilayah yang diakui sebagai milik belasan negara lain.

Selain itu, dua pemimpin Korea Utara meminta dua pemimpin China untuk mengakui kedaulatan Korea di timur laut China.

Seperti dilansir Asian Nikkei, sejarawan China Shen Zhihua mengatakan bahwa mantan pemimpin Korea Utara, Kim Jong-il pernah menuntut untuk memeriksa sisi perbatasan China.

Korea Utara belum menekan klaim ini dengan keras karena kedua negara secara resmi adalah sekutu. Namun demikian, hubungan tegang tetap ada di antara mereka.

Dikutip laman majalah Korea Hankyoreh, Ketua Mao keberatan dengan senjata nuklir yang dikembangkan Kim Il-sung. China akhirnya melibatkan Korea Selatan secara diplomatis pada tahun 1992. Pada tahun 2017, Profesor Shen mengatakan bahwa Korea Utara sekarang menjadi musuh potensial China.

6. Korea Utara memiliki filosofi tersendiri

para siswa di Menara Ide Juche (koryogroup.com/Austin Andrews)

"Ideologi Juche," menurut situs resmi pemerintah Korea Utara, didasarkan pada prinsip filosofis bahwa manusia adalah penguasa segalanya.

Vox mewawancarai cendekiawan Korea Utara, David Kang, ia menjelaskan bahwa istilah tersebut umumnya diterjemahkan menjadi "kemandirian" dan merupakan istilah umum yang mencakup nilai-nilai nasionalis, sosialis, dan Konfusian "yang dapat diterapkan sesuai keinginan pemimpin".

Rakyat Korea sangat menghargai kemerdekaan negara, dan di bawah tekanan imperialis dan dominasi, mereka telah menerapkan prinsip kemerdekaan, kemandirian, dan pertahanan diri.

Seperti yang dilaporkan Associated Press, Korea Utara bahkan menyebut senjata nuklir sebagai "pedang berharga" Juche, atau "cangkang Juche".

7. Masyarakat Korea Utara sangat bangga dengan senjata nuklir milik negaranya

poster propaganda yang dirilis oleh Korean Central News Agency (dok. AP Photo/Jon Chol Jin)

Orang Korea Utara direndam dalam propaganda dan indoktrinasi. Dalam sebuah wawancara dengan Vox, profesor filsafat Korea Don Baker mengatakan bahwa Juche pada dasarnya adalah agama negara. Dan ekspresi dari Ideologi Juche ini melalui kekuatan nuklir Korea Utara.

Anak-anak terutama menjadi sasaran indoktrinasi rezim, dan para siswa di Korea Utara diajarkan untuk membenci Amerika. Bahkan, dinding taman kanak-kanak menampilkan mural bergambar tank dan rudal, serta anak-anak sangat antusias dengan hal-hal semacam itu.

Propaganda ini menunjukkan bahwa memiliki nuklir adalah bukti yang telah dipenuhi oleh keluarga Kim atas janjinya. Senjata juga digunakan sebagai cara untuk membangun rasa bangga dan persatuan di antara penduduk Korea Utara yang sudah lama menderita.

8. Pakistan membantu Korea Utara mengembangkan senjata nuklir

Duta besar Korea Utara untuk Pakistan Kim Thaesop dengan utusan China dan Rusia, menteri Khurram Dastagir Khan dan pejabat tinggi lainnya merayakan Hari Nasional Korea Utara di Islamabad. (dawn.com)

Pakistan memiliki cadangan nuklir dengan pertumbuhan tercepat di dunia pada tahun 2011. India dan Pakistan secara resmi bergabung dengan kelompok nuklir pada tahun 1998. Namun, India meledakkan perangkat uji pertamanya pada tahun 1974.

Seperti yang ditulis Outrider, Dr. Abdul Qadeer Khan adalah seorang ilmuwan nuklir Pakistan yang bekerja di Amsterdam pada saat itu, dan saat India meledakkan nuklirnya, ia menawarkan keahliannya kepada pemerintah Pakistan.

Khan menghabiskan tiga puluh tahun hidupnya untuk membangun infrastruktur nuklir di negaranya, ia juga memberi Iran, Korea Utara, dan Libya bangunan untuk membuat senjata nuklir.

Hal itu menguntungkan bagi kedua negara, Pakistan berbagi teknologi sentrifugal kepada Korea Utara, dan Korea Utara dapat memiliterisasi uraniumnya dengan imbalan teknologi rudal untuk bom nuklir Pakistan. Pada tahun 2004, Dr. Khan dihukum karena menyebarkan senjata teknologi pemusnah massal dengan lima tahun tahanan rumah.

9. Korea Utara menandatangani Perjanjian Nonproliferasi Nuklir

penandatanganan Traktat Non-Proliferasi Senjata Nuklir, London, 1968 (dok. AP Photo/IAEA)

Dalam upaya untuk mengurangi pertumbuhan, penyebaran, penggunaan, dan keberadaan senjata nuklir sudah dimulai sejak dini. Pada tahun 1968, Perjanjian tentang Nonproliferasi Senjata Nuklir (NPT) diperkenalkan di PBB untuk ditandatangani oleh negara-negara anggota.

Sayangnya, NPT belum terlalu efektif. Ketika dirancang, hanya ada lima negara dengan senjata nuklir (AS, Inggris, Rusia, Cina, dan Prancis), tetapi sekarang, meskipun 191 negara menandatangani Perjanjian, jumlahnya hampir dua kali lipat.

Menurut Arms Control Association, tiga negara (India, Pakistan, dan Israel) belum menandatangani NPT. Ketiganya diketahui memiliki senjata nuklir.

Pada tahun 1985, karena tekanan Soviet, Korea Utara menandatangani Perjanjian Nonproliferasi Nuklir dan secara publik berkomitmen pada semenanjung Korea yang didenuklirisasi tujuh tahun kemudian.

Namun, mereka mengancam untuk menarik diri dari NPT hanya satu tahun kemudian atas kemarahan inspeksi oleh Badan Energi Atom Internasional, dan akhirnya menarik diri dari perjanjian itu pada tahun 2003.

10. Presiden Bush menempatkan Korea Utara sebagai poros kejahatan

Dalam pidato State of the Union tahun 2002, Presiden Bush menggunakan frasa 'poros kejahatan' untuk menggambarkan Korea Utara, Iran dan Irak. (dok. The Washington Post/Robert A. Reeder)

Setelah peristiwa 11 September 2001, Presiden Bush mengatakan bahwa negara-negara seperti Korea Utara, Iran, dan Irak, serta sekutu teroris mereka, merupakan poros kejahatan yang mengancam perdamaian dunia, seperti yang dikutip laman The Washington Post.

Belum genap setahun, Korea Utara secara resmi menarik diri dari Perjanjian Nonproliferasi Nuklir terkait pernyataan Presiden Bush, dan menuduh bahwa AS menyatakan Korea Utara sebagai target serangan nuklir pre-emptive, secara terbuka mendeklarasikan serangan nuklir.

Hal ini membuat banyak orang, termasuk para sarjana di Middlebury Institute of International Studies, mengamati bahwa Kim Jong-il berargumen bahwa Korea Utara memerlukan persediaan senjata nuklir untuk mencegah kemungkinan serangan dari AS.

11. Korea Utara resmi menguji senjata nuklir pertamanya pada tahun 2006 setelah melanggar kesepakatan

Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un saat mengamati uji tembak bawah air dari rudal balistik yang diluncurkan kapal selam (dok. KCNA)

Dalam deklarasi penarikan Korea Utara dari Perjanjian Nonproliferasi Nuklir pada tahun 2003, pemerintah Korea Utara mengatakan bahwa mereka tidak berniat untuk memproduksi senjata nuklir dan kegiatan nuklir mereka akan dibatasi hanya untuk produksi listrik.

Namun, Global News melaporkan bahwa CIA mencurigai Korea Utara "mungkin" memiliki beberapa hulu ledak plutonium pada saat itu.

Pada tahun 2005, lebih dari 25 juta dolar AS atau setara Rp359 miliar aset Korea Utara disita oleh Departemen Keuangan AS, menciptakan ketegangan lebih lanjut antara keduanya.

Di tahun 2006, sebuah kesepakatan tercapai, AS berjanji untuk tidak menyerang Korea Utara karena berjanji untuk berhenti mengembangkan senjata nuklir. Namun demikian, Korea Utara menguji bom nuklir pertama mereka tak lama kemudian.

12. Korea Utara menggunakan hacker dan scammer untuk mendanai senjata nuklir mereka

ilustrasi hacker Korea Utara (bbc.com)

Hanya dalam tiga tahun, dari 2013-2016, Kim Jong-un telah memerintahkan dan menyelesaikan lebih banyak uji coba rudal jarak pendek, menengah, dan panjang daripada di masa kepemimpinan ayah dan kakeknya.

Selama beberapa dekade, Korea Utara berhasil membiayai dan mengembangkan program senjata nuklir dalam negeri, meskipun dikenai berbagai sanksi dari berbagai negara.

Menurut laporan PBB tahun 2021 yang diperoleh Associated Press, Korea Utara telah melakukan diversifikasi lebih lanjut menggunakan serangan siber untuk membantu membiayai programnya dan terus mencari bahan dan teknologi di luar negeri untuk persenjataannya termasuk di Iran.

Laporan tersebut menuduh Korea Utara mencuri lebih dari 316 juta dolar AS hanya dalam satu tahun melalui "aktivitas siber yang berbahaya", yang memungkinkan mereka untuk menghindari sanksi internasional dan terus membangun persenjataan nuklir mereka.

Faktanya, senjata nuklir tentu sangat mengkhawatirkan bagi dunia, karena senjata nuklir sangat amat berbahaya dan mengancam kehidupan umat manusia jika sampai disalahgunakan, ya.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Albin Sayyid Agnar
Bayu Aditya Suryanto
Albin Sayyid Agnar
EditorAlbin Sayyid Agnar
Follow Us