Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Selain Cacing, ini 5 Makrofauna yang Hidup di Tanah

ilustrasi tanah (pexels.com/@toulouse)

Tanah yang biasanya hanya dianggap hanya sebagai media tanam sesungguhnya memiliki kehidupan tersendiri. Terdapat berbagai macam jenis organisme hidup dalam tanah, dan dari keberagaman organisme itu dapat terlihat sebaik apa kualitas tanahnya. Umumnya, mikroorganisme tanah seperti bakteri, fungi, dan sebagainya memiliki peran penting untuk menjaga kualitas tanah. Namun, keberadaan makhluk makrofauna tanah juga ternyata berperan penting dalam menjaga ekosistem lingkungan tanah.

Makrofauna tanah merupakan kelompok fauna yang hidup di tanah, baik di permukaan maupun di dalamnya. Ukuran makrofauna tanah berkisar antara 0,5 mm hingga 5 cm. Dilansir dari FAO, makrofauna tanah dapat dikelompokkan atas berbagai aspek, namun berdasarkan jumlah dan aktivitasnya dalam tanah, berikut 6 jenis makrofauna terbesar dalam tanah.

1.Cacing tanah

ilustrasi cacing tanah (unsplash.com/@sippakorn)

Cacing tanah merupakan jenis makrofauna yang paling umum ditemukan di tanah. Cacing tanah biasanya memakan sampah yang membusuk dan sisa tanaman di tanah. Kemudian, mereka akan mendeposit kotorannya di dalam dan permukaan tanah, sehingga menambah unsur hara tanah. 

Mereka juga berfungsi untuk membantu aerasi tanah. Pergerakan cacing tanah yang masuk-keluar permukaan tanah dapat mencampur lapisan tanah yang tidak merata, juga kotoran dan sisa-sisa tanaman. Pencampuran ini akan membantu menyediakan unsur hara untuk pertumbuhan tanaman juga meningkatkan infiltrasi air dan sirkulasi udara di dalam tanah.

2. Rayap

ilustrasi rayap (pexels.com/@jimbear)

Meskipun dianggap mengganggu karena suka merusak lemari kayu di rumah, ternyata rayap memiliki peran penting di dalam tanah. Dilansir dari Annals Microbiology, rayap sering disebut sebagai "insinyur ekosistem" karena kemampuannya dalam menjaga, mengubah, dan membantu kesuburan tanah. Rayap dapat menjaga parameter kimia dan fisik tanah dengan menggali dan menguraikan bahan organik saat membangun sarangnya. Proses ini dapat mempengaruhi tekstur serta siklus nutrisi di dalam tanah.

3. Semut

ilustrasi semut (pexels.com/@michael-willinger-1878169)

Semut hidup dalam jumlah besar di tanah. Semut merupakan hewan predator yang aktif, sehingga mempengaruhi populasi herbivora dan produktivitas tanaman. Seperti rayap, semut juga dapat mengubah sifat kimia dan fisik tanah dalam proses mengangkut makanan dan material tanah selama pembangunan sarangnya. Aktivitas ini juga mempengaruhi porositas tanah, aerasi, infiltrasi dan drainase serta menciptakan habitat untuk organisme yang lebih kecil. Aktivitas ini juga mempengaruhi kondisi kimia tanah dengan meningkatkan jumlah bahan organik, seperti unsur N, P, dan K di dalam tanah.

4. Myriapoda

ilustrasi kaki seribu (unsplash.com/@rashidrashid)

Kelompok Myriapoda adalah semua invertebrata tanah yang memiliki lebih dari tujuh pasang kaki, seperti kaki seribu dan kelabang. Hewan-hewan ini umumnya ditemukan di permukaan tanah, di lapisan sampah, di bawah pangkal pohon atau batang kayu yang membusuk, di mana terdapat kelembapan yang tinggi dan sumber makanan. Mereka umumnya memakan sisa-sisa tanaman yang telah membusuk, kemudian kotorannya akan berkontribusi terhadap humus dan formasi tanah. Mereka juga aktif berburu dan memakan invertebrata lainnya.

5. Larva lalat

ilustrasi larva lalat (unsplash.com/@jamestiono)

Larva lalat (Diptera) adalah kelompok yang sangat beragam, juga menjadi jenis pemakan yang luas. Mereka biasanya memakan bagian tanaman yang telah membusuk, tetapi tak jarang pula mereka memakan sisa-sisa tumbuhan dan hewan yang telah mati. Terkadang, populasinya hampir mendominsasi tanah, dan dapat menjadi faktor penting dalam mengurangi jumlah massa sampah organik di tanah.

6. Kumbang

ilustrasi kumbang (unsplash.com/@weronikam)

Kumbang (Coleoptera) adalah salah satu kelompok organisme dengan spesies yang paling beragam. Dilansir dari FAO, kumbang memiliki jumlah spesies sekitar 3–5 juta di dunia. Umumnya, kumbang tanah dapat memakan jamur, akar tanaman, invertebrata lainnya, kayu lapuk, kotoran, jasad hewan mati dan bahan organik membusuk lainnya. Dilansir dari Sustainable Agriculture Research and Education, kumbang memberikan kontribusi yang signifikan terhadap kondisi kesehatan tanah melalui perannya sebagai dekomposer, predator, dan penggali tanah.

Itu tadi merupakan makrofauna yang hidup di tanah. Meskipun kecil, keberadaannya tetap berperan sangat penting untuk keberlangsungan ekosistem tanah.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Ane Hukrisna
EditorAne Hukrisna
Follow Us