Ketahui 7 Fakta Eating Disorder pada Laki-laki yang Jarang Dibicarakan

Dilansir dari National Institute of Health’s MedlinePlus menyatakan bahwa setidaknya satu dari sepuluh laki-laki mengalami eating disorder. Studi di tahun 2019 dari National Eating Disorder Association (NEDA) menunjukkan 10 juta laki-laki di Amerika Serikat mengalaminya. Itu tergolong cukup besar mengingat angka tersebut hanya berasal dari satu negara. 

Biasanya perempuan ingin memiliki paha, betis, dan lingkar pinggang yang lebih kecil. Namun hal tersebut jarang terjadi pada laki-laki. Dilansir dari Health Line, laki-laki dengan eating disorder pada umumnya menginginkan tubuh yang lebih bugar dan berotot. 

Keduanya, laki-laki dan perempuan ingin memiliki tubuh yang sesuai dengan “standar” yang ditetapkan masyarakat untuk mereka. Namun tentu hal ini tidak berlaku untuk semua. Ada kasus unik lain yang bisa jadi lain dari temuan tersebut.

Jumlah penderita eating disorder pada perempuan dua kali lipat daripada jumlah laki-laki. Namun masalah tersebut kini semakin umum terjadi. Terdapat sebuah studi NCBI yang membandingkan kondisi eating disorder di tahun 1998 dan 2008. Hasil menunjukkan bahwa tren purging (membersihkan perut) dan diet ekstrem tumbuh lebih pesat di kalangan laki-laki.

Sempat disinggung sebelumnya, secara umum eating disorder dipicu oleh standar kecantikan masyarakat yang terlalu ekstrem. Perempuan harus kurus, putih, dan tinggi untuk dianggap cantik. Sedangkan laki-laki harus tinggi dan berotot untuk dicap maskulin. 

Gagasan yang menyatakan bahwa eating disorder hanya terjadi pada perempuan tidak pernah benar. Buktinya, saat pertama kali ditemukan di tahun 1690, anoreksia dialami oleh laki-laki dan perempuan. Memang benar bahwa di tahun 1980-an, kasus tersebut lebih banyak diidap oleh perempuan. Namun bukan berarti laki-laki tidak mengalaminya. 

Lebih lanjut, masyarakat juga sering melabeli laki-laki yang mengalami eating disorder sebagai gay. Padahal seperti sudah dijelaskan, masalah ini tidak pandang bulu. Semaskulin apa pun seorang laki-laki, mereka memiliki risiko yang sama terhadap anoreksia, bulimia, binge eating, dan macam gangguan makan lainnya.

Ada dua hambatan yang menyebabkan laki-laki tidak terbuka tentang masalah pola makannya. Hambatan pertama adalah kurangnya perhatian dari orang-orang terdekat termasuk orangtua, guru, dan dokter.

Ini karena laki-laki dengan eating disorder tidak selalu kehilangan berat badan. Mereka menjadi lebih fokus untuk kurus dan meningkatkan massa otot. Masyarakat menganggap itu bukanlah hal yang meresahkan. Berbeda saat perempuan yang mengalaminya. 

Hambatan kedua adalah tingginya ekspektasi masyarakat terhadap laki-laki dalam mengatasi gangguan psikologis. Apalagi eating disorder sering dicap sebagai masalah perempuan. 

“Perempuan yang merasa buruk tentang tubuhnya lebih diterima secara sosial daripada saat laki-laki yang merasakannya,” kata psikolog klinis Sadeh Sharvit, dilansir dari Health Line.

Eating disorder tidak hanya terjadi pada orang yang menginginkan bentuk tubuh tertentu. Gangguan ini juga bisa terjadi karena faktor lain seperti gangguan kecemasan atau tuntutan profesi. 

Contohnya adalah eating disorder yang dialami oleh Zayn Malik. Ia mengaku tertekan karena jadwal One Direction yang mengekang dan mengatur hidupnya. Hampir seluruh aspek kehidupannya dikontrol. Ia ingin memiliki kebebasan sendiri dan kemudian Zayn melampiaskannya pada pola makan.

Untungnya saat ini sudah banyak orang yang menyadari bahwa eating disorder juga bisa dialami laki-laki. Negara-negara maju sudah mulai berbenah dan meningkatkan kualitas penanganan masalah ini. 

Jika kamu memiliki gejala eating disorder, jangan ragu untuk berbicara pada orang yang kamu percaya. Semua orang bisa mengalami hal ini. Oleh karena itu, tidak perlu malu untuk mencari bantuan.