2 Juara Dunia Grand Prix asal Belanda, Bakal Ada Penerus?

Sejak digelarnya MotoGP pada 1949, ada satu sirkuit yang selalu menggelar ajang Grand Prix. Sirkuit Assen yang terletak di Belanda langganan jadi tuan rumah kecuali saat terjadinya pandemik Covid-19 pada 2020. Trek sepanjang 4,5 km ini termasuk legendaris.
Dengan adanya Sirkuit Assen, Belanda jadi negara penting dalam heritage MotoGP. Sayangnya, tak banyak pembalap asal Negeri Kincir Angin yang bisa unjuk gigi di lintasan. Kendati begitu, ada dua pembalap yang bisa merebut gelar juara dunia. Kedua pembalap Belanda inilah yang menginterupsi dominasi Angel Nieto, legenda Grand Prix asal Spanyol, di kelas paling ringan.
Belanda juga kini punya pembalap muda berbakat yang mentas di ajang Grand Prix. Siapa saja pembalap juara asal Belanda dan siapa calon penerusnya? Simak kisahnya berikut ini!
1. Jan de Vries pionir juara dunia asal Belanda
Pembalap Belanda pernah begitu kompetitif di kelas paling ringan Grand Prix. Pada musim 1962, kelas 50cc resmi masuk kalender balap. Kelas inilah yang jadi andalan Jan De Vries merengkuh titel.
Jan de Vries merupakan pembalap asal Belanda pertama yang menjadi juara dunia. Ia jadi pemuncak klasemen musim 1971 dan 1973 di atas mesin Kreidler. Bagi Angel Nieto, de Vries adalah salah satu rival utamanya.
Rivalitas di antara keduanya sempat memanas. Pada 1972, Nieto dan de Vries sama-sama mengumpulkan 69 poin. Jumlah kemenangannya pun sama, yaitu 3 kali. Untuk menentukan gelar juara, kalkulasi waktu jadi patokan. Hasilnya Nieto unggul dengan selisih hanya 21,3 detik
Sepanjang kariernya, Jan de Vries menang sebanyak 14 kali dengan total 27 podium. Dengan angka tersebut, de Vries adalah pembalap Grand Prix asal Belanda tersukses. Ia jadi inspirasi.
2. Henk van Kessel meneruskan pencapaian de Vries
Usai Jan de Vries merebut titel musim 1973, pembalap Belanda lain meneruskan kesuksesan itu. Setahun berikutnya pada 1974, Henk van Kessel merebut gelar juara dunia kelas 50cc, juga di atas mesin Kreidler. Sama seperti de Vries, van Kessel juga memecah dominasi Angel Nieto yang digdaya pada dekade 1970-an.
Sepanjang kariernya di ajang Grand Prix, van Kessel menang tujuh kali. Ia juga sempat mencetak rekor kecepatan di kelas 50cc dengan angka 221 km/jam. Dengan kesuksesan de Vries dan van Kessel, dekade 1970-an jadi periode terbaik bagi Belanda.
3. Collin Veijer jadi harapan baru Belanda
Memasuki era kekinian, Belanda masih punya pembalap berbakat di atas lintasan. Collin Veijer yang debut di kelas Moto2 pada 2023 punya kans meraih prestasi gemilang. Pembalap kelahiran 2005 itu bisa merebut 2 kemenangan dengan total 11 podium dalam 2 tahun.
Pencapaian Veijer juga termasuk pionir dalam ukuran mutakhir. Pada 2023, ia merebut pole position di seri Austria. Hasil itu merupakan pole position pertama yang direbut pembalap Belanda di kelas ringan sejak Hans Spaan jadi polesitter pada 1990.
Pada musim yang sama di seri Malaysia, Veijer mampu menang. Ia unggul dengan selisih tipis 0,066 detik. Ini adalah kemenangan pertama pembalap Belanda di ajang Grand Prix sejak Hans Spaan merebutnya pada 1990.
Mulai 2025, Collin Veijer akan berkompetisi di kelas Moto2 bersama tim Red Bull KTM Ajo. Tim asuhan Ajo terbukti mampu bersaing memperebutkan gelar juara dunia. Bisakah pembalap Belanda kembali meraih titel bergengsi?