Alarm Bulu Tangkis Indonesia di All England 2025

- Indonesia hanya mengirim satu wakil ke final All England 2025, Leo Rolly Carnando/Bagas Maulana, namun kalah dari ganda Korea Selatan.
- Penurunan drastis terjadi karena Indonesia hanya meraih satu gelar dari tujuh turnamen pertama sepanjang 2025, setelah sebelumnya bisa meraih dua gelar sekaligus.
- Meski gagal capai target, ada catatan positif dari All England 2025, terutama pada sektor ganda putra yang mampu menjaga tradisi mengirimkan wakil ke final dan beberapa pasangan non pelatnas PBSI yang menorehkan catatan impresif.
Jakarta, IDN Times - Pil pahit diterima Indonesia dalam All England 2025. Bukannya mempertahankan tradisi gelar yang sudah tercipta sejak 2016, Indonesia malah pulang dengan tangan kosong.
Dalam turnamen yang digelar sejak 11 hingga 16 Maret 2025 lalu, Indonesia hanya bisa mengirimkan satu wakilnya ke final, Leo Rolly Carnando/Bagas Maulana. Otomatis, berat diemban oleh keduanya di turnamen ini. Namun, sialnya mereka malah kalah dari ganda Korea Selatan, Kim Won Ho/Seo Seung Jae, dua game langsung 19-21, 19-21.
Catatan ini menjadi sebuah penurunan drastis, karena tahun lalu Indonesia bisa meraih dua gelar sekaligus. Apa yang terjadi di All England juga menegaskan, start tim Indonesia bulu tangkis begitu buruk. Total, Indonesia baru meraih satu gelar dari tujuh turnamen pertama yang diikuti sepanjang 2025.
1. Keperkasaan ganda putra yang runtuh

Dalam tiga edisi terakhir, Indonesia selalu mengandalkan sektor ganda putra. Tak heran, karena pada 2022, 2023, dan 2024, Indonesia selalu juara di sini. Bahkan, dalam dua edisi beruntun pada 2022 dan 2023, tercipta All Indonesian Finals.
Bahkan, sejak 2016, Indonesia selalu meraih gelar. Hanya pada 2021 Pasukan Garuda tak mengantongi titel juara karena sempat diusir dari arena saat masa pandemik COVID-19.
Kala itu, tim Merah Putih dipaksa angkat kaki dari All England 2021 setelah dinyatakan berada satu pesawat dengan penderita COVID-19 saat bertolak ke Inggris.
Total, Indonesia merebut enam gelar di ganda putra dalam All England sejak 2016. Tercatat, Kevin Sanjaya/Marcus Fernaldi Gideon, Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan, Muhammad Shohibul Fikri/Bagas Maulana, dan Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto, berhasil jadi juara. Bahkan, Fajar/Rian bisa menjadi juara back to back di 2023 dan 2024.
2. Asa yang pupus secara bersamaan

Sebenarnya, target Indonesia di All England adalah meraih satu gelar. Bukan tanpa alasan, karena Indonesia punya tradisi yang kuat. Terlebih, Indonesia memiliki dua juara bertahan yang berlaga di edisi 2025, Fajar/Rian dan Jonatan Christie.
"Ya, secara target ya mesti harus mempertahankan karena kan juga punya keinginan mau hattrick. Nah, ya itu tadi memotivasi Fajar/Rian," kata pelatih ganda putra Pelatnas PBSI, Antonius Budi Ariantho, kepada wartawan pada awal Februari 2025 lalu.
Hal serupa juga dilontarkan Fajar. Dia berharap bisa kembali jadi juara di edisi 2025 agar bisa mencatatkan sebuah rekor.
"Pasti ingin menjadi yang terbaik. Tahun lalu kami bisa juara jadi semoga bisa mendapat gelar juara lagi untuk ketiga kalinya. Amin!" kata Fajar saat ditemui di Pelatnas PBSI Cipayung di waktu yang sama.
Sementara, Kepala Bidang Pembinaan Prestasi, Eng Hian, menyatakan gelar memang jadi fokus bagi PBSI. All England merupakan salah satu turnamen yang paling bersahabat dengan Indonesia dan selalu ada catatan manis yang bisa dibawa pulang dari sini.
"Tentunya di All England, kami akan berusaha sebaik mungkin untuk meraih gelar juara seperti tahun sebelumnya," kata Eng Hian.
Namun, harapan itu malah buyar sejak awal karena Fajar/Rian dan Jojo harus angkat koper lebih dulu. Nasib mereka begitu miris, karena tersingkir sejak babak 16 besar. Jojo dipermalukan oleh tunggal India, Lakshya Sen, dengan skor 13-21, 10-21. Kemudian, hasil yang sama juga ditelan oleh Fajar/Rian.
Mereka dipermalukan oleh ganda Korea Selatan, Kang Min Hyuk/Ki Dong Ju, dengan skor 18-21, 27-25, 21-23. Atas catatan itu, Fajar/Rian serta Jojo dipastikan tak berhasil mempertahankan gelarnya.
3. Terhenti, PBSI malah tenang

Ketika Indonesia gagal meraih gelar, PBSI malah bersikap tenang. Mereka justru merasa pencapaian Indonesia di All England tak buruk.
Bagi Eng Hian, indikatornya adalah ada transisi yang terjadi di sejumlah sektor, terutama ganda. Makanya, masuk ke final, menurut Eng Hian, sudah menjadi catatan yang bagus.
"Dan untuk sektor yang lainnya, walaupun hasilnya belum sesuai yang kita harapkan tetapi perjuangan dan tentunya proses progres atlet-atlet kita juga tidak mengecewakan,” kata Eng Hian.
Sebenarnya, kekecewaan melanda sejumlah atlet, termasuk Rian. Asa yang diusung untuk hattrick pupus, bahkan saat turnamen masih memasuki fase awal. Namun, Rian legawa dengan hasil yang diterimanya bersama Fajar di turnamen BWF Super 1000 tersebut.
"Pastinya kecewa, tapi namanya pertandingan, ada menang dan kalah. Apapun hasilnya kami tetap bersyukur. Kami sudah berusaha maksimal tapi memang belum rezeki," kata Rian.
Leo yang tumbang pada partai final bersama Bagas juga merasa kecewa. Namun, Leo berharap All England bisa menjadi pemantik semangatnya demi bisa tampil lebih baik dengan Bagas, yang merupakan pasangan barunya. Sama dengan Eng Hian, Leo juga merasa hasil di All England 2025 tak buruk.
"Kami pastinya tidak puas dengan hasil ini, kami mau lebih dan lebih lagi. Jangan down karena ini bukan hasil yang jelek," kata Leo.
5. Ada prospek dari All England?

Meski gagal capai target, ada beberapa catatan positif dari All England 2025, terutama ganda putra. Di masa transisi, pada dasarnya ganda putra bisa menjaga tradisi mengirimkan wakil ke final All England yang sudah tercipta sejak 2017.
Kolaborasi Leo/Bagas mulai makin matang dan mampu berbicara di turnamen kelas Super 1000 BWF. Makanya, Leo merasa yakin masa depannya bersama Bagas begitu cerah.
"Kami mau terus ada regenerasi dan penerus di ganda putra. Kami tidak mau tradisi ini terputus. Dan bersyukur bisa menjaganya tahun ini dengan kami bisa masuk final," kata Leo.
Sementara, catatan impresif juga ditorehkan pasangan non pelatnas PBSI, Sabar Karyaman Gutama/Mohammad Reza Pahlevi Isfahani. Baru pertama kali main di All England, Sabar/Reza bisa lolos ke semifinal dengan performa yang mengilap.
Sejumlah wakil Indonesia juga akan mendapat kenaikan ranking yang cukup baik setelah All England 2025. Sabar/Reza diprediksi akan naik satu peringkat dan menempati ranking tujuh dunia.
Sementara, Leo/Bagas melesak lima peringkat dan akan menempati posisi 13 besar ganda putra dunia disusul Fikri/Daniel pada posisi ke-15.
Selain itu, ganda campuran non pelatnas PBSI, Rehan Naufal Kusharjanto/Gloria Emanuelle Widjaja juga diprediksi akan naik ranking usai All England 2025.
6. Capaian Indonesia di tujuh turnamen

Skuad Garuda sudah mengikuti tujuh turnamen sepanjang awal tahun 2025 dan sayangnya skuad Merah Putih hanya berhasil meraih satu gelar. Ganda putri Indonesia, Lanny Tria Mayasari/Siti Fadia Silva Ramadhanti, menjadi satu-satunya wakil Indonesia yang sudah mempersembahkan gelar, yakni dari Thailand Masters 2025.
Selain itu, tim Merah Putih juga meraih tiga posisi runner up dari BWF Super 300 tersebut lewat ganda campuran Dejan Ferdinansyah/Siti Fadia Silva Ramadhanti, ganda putra Muhammad Shohibul Fikri/Daniel Marthin dan tunggal putri, Komang Ayu Cahya Dewi.
Sementara enam turnamen lain diakhiri tanpa gelar seperti Malaysia Open 2025, India Open, Indonesia Masters, German Open, Orleans Masters, dan All England.