Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Alwi Farhan di babak kualifikasi Indonesia Masters 2025 (IDN Times/Fauzan)

Intinya sih...

  • Alwi Farhan, tunggal putra muda Indonesia, menjadi sorotan setelah membawa pulang gelar dari BAMTC 2025
  • Alwi menghadapi spotlight besar di usia muda dan beradaptasi dengan meningkatnya ekspektasi publik
  • Masa transisi Alwi tak semanis yang dibayangkan, mengalami masa-masa sulit dalam penyesuaian di level senior

Jakarta, IDN Times - Nama tunggal putra muda Indonesia, Alwi Farhan tengah menjadi sorotan. Keberhasilannya ikut memperkuat skuad Merah Putih membawa pulang gelar dari Kejuaraan Bulu Tangkis Beregu Campuran Asia (BAMTC) 2025 membuat namanya ramai diperbincangkan.

Menembus jajaran pemain utama tunggal putra Indonesia pada usia 17 tahun bukanlah hal yang pernah dibayangkan Alwi Farhan. Namun, kenyataan membawanya ke sorotan lebih cepat dari yang ia duga.

Menghadapi spotlight besar di usia muda tentu bukan perkara mudah, tetapi Alwi memilih untuk beradaptasi dan menjadikannya sebagai tanggung jawab.

Alwi sadar, ekspektasi publik terus meningkat, dan satu-satunya cara untuk menjawabnya adalah dengan bekerja lebih keras dan memberikan 100 persen di setiap kesempatan. Keberhasilan Alwi menutup karier junior dengan gelar juara dunia dianggapnya sebagai batu loncatan untuk berlaga di level senior.

Siapa sangka, masa transisi justru tak semanis yang dibayangkan. Beban sebagai juara dunia junior justru semakin menantangnya membuktikan diri di level yang lebih tinggi. Alwi mengalami masa-masa sulit dalam penyesuaian, terutama di awal 2024.

Dia harus menghadapi persaingan ketat dan ekspektasi tinggi. Namun, dengan ketekunan dan kerja keras, ia perlahan menemukan ritme dan progres yang stabil dalam perjalanannya.

Berikut hasil wawancara IDN Times bersama Alwi Farhan, harapan baru tunggal putra Indonesia pada Kamis (20/2/2025).

Pertama masuk skuad utama tunggal putra Pelatnas PBSI saat berusia 17 tahun, Alwi sudah mendapat sorotan. Pernah terbayang masuk skuad utama saat itu?

Ya jujur, nggak nyangka sih ya, tapi ini sih, lama kelamaan, terutama saya harus membiasakan diri untuk tidak terlalu kaget dengan apa yang sudah saya dapat. Sebab, kalau saya merasa kalau saya terlalu kaget, nanti penyesuaiannya lama gitu.

Memang pasti kaget spotlight-nya, ada penyesuaian, tapi bagaimana caranya saya harus lebih cepat aja sih. Jadi ya memang, apa ya, yaitu mungkin spotlight-nya sekarang tambah besar, mungkin dengan kemarin, makin banyak orang yang menyorot.

Itu menjadi tanggung jawab saya juga, agar bisa lebih maksimal setiap harinya, memberikan yang terbaik, habis itu selalu all out, ya itu tanggung jawab saya ke depannya.

Ya pasti akan lebih berat tanggung jawabnya, tapi pasti saya berusaha, dan saya akan memberikan 100 persen.

Lalu, 2023 kamu menutup perjalanan kamu di level junior dengan gelar Juara Dunia Junior. Banyak yang menganggap itu penutup sempurna, tapi untuk Alwi seperti apa? Dan di awal 2024 Alwi sempat merasa berat, lebih karena penyesuaian ke persaingan di level senior atau seperti apa?

Ini sih lebih kayak batu loncatan buat main ke senior, karena itu modal yang cukup baik lah. Namun, saya rasa ketika saya habis juara dunia junior, setelahnya itu justru lebih berat, karena semakin banyak rintangan yang harus saya lalui.

Dengan mempunyai titel juara dunia junior, pasti ada beban lebih besar. Tapi ya itu, memang tanggungannya kayak gitu sih. Kalau misal kita juara, tapi nggak siap menghadapi tanggungannya, ya kita bakal lama beradaptasi. Tapi alhamdulillah, saya sempat ada penyesuaian sih.

Awal tahun kemarin terasa begitu berat, tapi sudah mulai membaik sekitar bulan tujuh (Juli) atau delapan (Agustus) mulai sedikit bisa survive lah. Dan alhamdulillah, progresnya selalu berjalan dengan pasti. Menurut saya, prosesnya memang bertahap.

Menurut saya yang (2024) beratnya, targetnya lebih tinggi pasti. Karena mau mengejar ranking, mau mengejar title juga. Ya pasti targetnya lebih tinggi, ekspektasinya jadi otomatis tinggi. Ya itu sih penyesuaian disitu-nya aja.

Tapi, saya lebih belajar bisa kontrol sih, non-teknisnya kan banyak.

Sektor tunggal putra Indonesia sedang disoroti. Kita punya Jonatan Christie dan Anthony Sinisuka Ginting di level elite untuk waktu yang cukup lama. Tapi, gap ke penerusnya jauh sekali. Bagaimana pandangan Alwi tentang hal ini?

Alwi Farhan dan Yohanes Saut Marcellynomasuk skuad Indonesia di Kejuaraan Beregu Campuran Asia (BAMTC) 2025 (dok.PP PBSI)

Ini adalah termasuk tugas saya dan teman-teman seumuran saya sih. Karena seperti yang sudah dibilang, gap-nya terlalu jauh.

Secara prioritas, tentu saja Jojo dan Ginting lebih diutamakan, apalagi mereka tengah bersiap untuk Olimpiade. Bukan berarti junior kurang mendapat perhatian, tetapi situasinya memang berbeda. Ketika tidak ada sosok senior, mau tidak mau juniornya dipaksa habis-habisan kan? Ketika ada senior, ya seperti itu. Tapi saya rasa ada bagusnya. Ketika ada senior, saya ada contoh yang bisa dilihat dan ditiru.

Mungkin istilahnya kurang dioptimalkan (pemain pelapisnya) kali ya? Tapi ko Jojo (Jonatan Christie) dan A Ginting (Anthony Sinisuka Ginting)  juga pernah bilang, saat mereka merintis, target awal bukan langsung juara, melainkan mencari pengalaman.

Kekalahan di awal, termasuk di kualifikasi, sudah menjadi makanan sehari-hari mereka juga dari proses awal hingga bisa menembus peringkat atas. Dari 200 ke top 20 hingga top 10. Mereka juga melewati proses yang sama. Saya juga ingin melewati proses itu dengan baik. Ingin mengejar biar gap-nya tidak terlalu jauh bahkan kalau bisa melebihi mereka. Itu target saya.

Menurut kamu, apakah turnamen yang diberikan saat ini sudah cukup? Alwi lebih memilih dimainkan di level atas seperti Super 500 dan 750 meski pun harus dari babak kualfiikasi atau diturunkan di Super 100 dan 300 tapi bisa juara terus?

Enggak sih, saya rasa cukup oke. Hanya saja, mungkin perlu lebih optimal dalam pemetaan turnamen.

Ada beberapa turnamen yang sebaiknya dipilih dengan lebih tepat. Misalnya, tahun lalu Orleans (Orleans Masters) kosong, tapi bisa berangkat ke Swiss. Jadi, optimalisasi lebih diperlukan di bagian itu.

Kalau soal jumlah turnamen, saya rasa sudah cukup. Yang terpenting adalah bagaimana atlet bisa memaksimalkannya.

Lebih realistis aja sih, super 100 alhamdulillah kemarin sudah dapat (gelar juara). Saya ikut pelatih juga lah, pelatih tau yang terbaik buat saya.

Ya objektif juga. Kalau misal rankingnya masuk pun, Ko Mulyo (Handoyo, pelatih kepala tunggal putra pelatnas PBSI) pasti juga bakal kirim saya ke 750 bahkan 1000.

Dia target juga pengen bisa main di Indonesia Open, kalau poinnya masuk ya pasti didaftarin. Ya objektif kok, pasti objektif.

Selama ini, apakah Alwi merasa berada di bawah bayang-bayang Jonatan dan Ginting? Menjadi beban tidak jika dibandingkan atau diharapkan bisa segera mengejar mereka?

Lebih ke menjadikan target sih. Kalau merasa di bawah bayang-bayang, menurut saya itu sudah tidak seharusnya. Tidak bisa terus-terusan berada di bawah bayang-bayang Jojo dan Ginting.

Jojo dan Ginting bisa dibilang memasuki usia yang sudah tidak prime, mungkin lebih tepatnya mulai turun dari segi usia—bukan performa. Jadi, saya tidak mau terus merasa nyaman.

Saya harus, mau tidak mau, bisa seperti Jojo dan Ginting dulu. Saat mereka tidak punya senior pun, mereka pasti merasakan perjuangannya. Setiap generasi punya porsi struggle-nya masing-masing.

Sebagai atlet, menurut saya wajar jika terus dibandingkan dengan yang lain. Mau tidak mau, itu harus diterima, meskipun orang di luar sana tidak selalu tahu bagaimana prosesnya. Misalnya, dibandingkan dengan Hu Zhe An (China) atau Alex Lanier (Prancis), itu sudah menjadi hal makanan sehari-hari gak sih?

Setiap hari saat saya ingin baca media sosial untuk hiburan, ujung-ujungnya malah melihat berita seperti itu. Mau jujur, tentu rasanya tidak nyaman. Tapi, ya memang itu risiko saya masuk disini.

Jadi, menurut saya, itu konsekuensi yang harus diterima. Yang terpenting adalah bagaimana cara kita bisa menghadapinya.

Dari angkatan Jonatan dan Ginting ke kamu itu kan gap-nya jauh. Tunggal putra Indonesia kehilangan beberapa angkatan. Kamu jadi dituntut bisa maju lebih awal. Bagaimana kamu melihat kondisi ini? Dan bagaimana sebenarnya hubungan senior dan junior di tunggal putra Pelatnas?

Tunggal putra, Alwi Farhan menembus drawing utama Kumamoto Masters 2024 (dok.PP PBSI)

Tidak tahu ya. Bukannya mau bahagia di atas penderitaan orang lain. Tapi menurut saya, Tuhan sudah menentukkan jalannya. Saya mau tidak mau harus siap.

Memang kan kehilangan satu generasi (di atas Alwi), tadinya ada bang CA (Christian Adinata) dan almarhum Syabda. Tapi di satu sisi saya mendapat sedikit pengalaman untuk lebih cepat gitu.

Misalnya main SEA Games, itu kan masa-masa kehilangan almarhum (Syabda) juga kan. Terus waktu main Thomas Cup, Bang CA lagi cedera.

Jadi saya ada jalan Tuhan dikasih proses juga, buat saya bisa satu maju satu langkah lebih awal. Itu sudah jalan Tuhan ya.

Pastinya sedih lah lihat Bang Christian, terus lihat almarhum juga, yang biasanya latihan setiap hari bareng-bareng sedih. Tapi sudah jalan Tuhan juga sih, ya itu saya dipaksa untuk bisa lebih-lebih terus.

(Hubungan senior-junior) Bagus banget, lah. Enggak ada senioritas yang bikin canggung. Lebih ke menjadikan mereka sebagai contoh saja. Kalau soal komunikasi, enak banget sih.

Humble mungkin bukan kata yang tepat, malah rasanya udah kayak teman dekat, kayak seumuran gitu. Jadi, komunikasi tetap lancar, tapi tetap ada rasa hormat dan respek.

Belakangan kamu juga dibandingkan dengan Alex Lanier (Prancis). Bagaimana cara kamu menangani perbandingan dan ekspektasi penggemar itu? Kamu kepikiran gak sih waktu dibandingkan dengan Lanier? Apakah keberhasilan Lanier menjuarai sejumlah turnamen memberi dampak kepada Alwi?

Kepikiran sih tentu kepikiran, tapi sejauh ini saya bisa menjadikan itu sebagai tenaga tambahan. Karena menurut saya, kita gak bisa terlalu lama menerima atau terlalu terbawa perasaan dengan hal-hal seperti itu. Menurut saya itu akan merugikan banget sih. J

adi ya oke lah. Misalnya dibandingin sama Hu Zhe An sama Alex itu ya memang atlet memang seperti itu menurut saya. Jadi konsekuensinya lah.

(Keberhasilan Lanier berdampak) Pasti. Karena ekspektasi orang kadang berbeda dari kenyataan. Ke mana pun saya pergi, perbandingannya selalu dengan Alex. Saya buka aplikasi apa pun, yang dibandingkan tetap Alex. Bahkan saat berbicara dengan orang yang tidak tahu proses saya, pasti yang disebut Alex. Tapi memang itu sudah menjadi bagian dari tanggung jawab saya.

Ada proses dan momen-momen penting yang saya alami, terutama sebelum Indonesia Masters Super 100, di Macau. Dua minggu setelah Indonesia Masters Super 100 pertama, saya banyak belajar. Ko Mulyo menuntut saya untuk berpikir lebih dewasa.

"Saya kenal kamu sebagai anak 19 tahun, tapi saya berharap kamu bisa berpikir seperti umur 25, bahkan 28 sampai 30," kata Ko Mulyo. Ia selalu menekankan hal itu kepada saya.

Saya tidak diperlakukan seperti anak-anak, Ko Mulyo sudah menganggap saya sebagai orang dewasa. Jadi ekspektasinya terus meningkat. Saat pertama masuk pelatnas utama, saya kaget, tidak bisa langsung menyeimbangkan diri, tapi lama-lama mulai beradaptasi.

Saya juara dunia junior bukan hanya karena usaha saya sendiri, tapi juga berkat Bang Aboi (Irwansyah) yang menarik saya, Ko Harry (Hartono) yang melatih saya bersama Bang Aboi, serta kakak-kakak di Pelatnas yang menjadi sparing saya. Saya ibarat karet yang terus ditarik agar makin mengulur.

Bahkan, kemenangan saya di WJC (World Junior Championship) juga berkat kekalahan menyakitkan di AJC (Asian Junior Championship). Di AJC, kondisi fisik saya kurang siap, tapi saat latihan menuju WJC, saya disiapkan untuk bertanding sebanyak mungkin. Menurut saya, banyak pelajaran yang bisa didapat dari kegagalan yang sangat sakit.

Ke depannya, pasti akan ada lebih banyak tantangan. Saya tidak mendoakan, tapi saya tahu akan banyak kesakitan, pembelajaran lagi, untuk saya kedepannya. Karena masih dalam proses tempaan. Nanti akan ada waktunya, saya sudah benar-benar matang dan saya bisa menjaga lebih konsisten.

Mindset seperti ini bisa kamu miliki sejak kapan? Apa yang membuat seorang Alwi bisa berpikir lebih dewasa?

Semenjak kapan? Semenjak mengalami banyak struggle kali ya? Karena melihat Alex saat itu sudah bisa juara di turnamen BWF Super 750. Itu bukan hanya sekadar tamparan keras lagi, rasanya udah kayak ditendang bahkan. Setiap ada momen tuh, rasanya gak enak.

Saya ngomong gini bukan karena saya sudah berhasil. Pastinya saya gak bisa ngomong, gak bisa bebas, gak bisa menjadi diri saya. Tapi sejauh ini dendam positif itu, yang bisa membuat saya seperti ini. Jadi persaingan itu akan selalu bagus.

Kalau pelatih saya suka bilang, ‘pisau kalau gak ditempa sama batu, gak akan tajam." Jadi itu udah menjadi bagian prosesnya.

Angkatan kamu mulai muncul di persaingan ganda putra dunia level senior. Secara realistis, bagaimana kamu melihat persaingan saat ini? Apakah Alwi akan ikut bersaing berebut tiket Olimpiade 2028 Los Angeles bersama senior-senior nantinya?

Alwi Farhan di semifinal Kejuaraan Bulu Tangkis Beregu Campuran Asia (BAMTC) 2025 (dok.PP PBSI)

Sekarang, saya lebih fokus pada apa yang ditekankan Ko Mulyo. Bukan hanya soal mengejar gelar, meskipun tentu ada target yang harus dicapai. Tapi yang lebih penting adalah bagaimana saya bisa mendapatkan banyak pelajaran dari setiap pertandingan. Itu yang akan menjadi bekal saya ke depannya.

InsyaAllah, semoga saya bisa masuk ke Olimpiade. Karena target utama adalah bisa bermain di sana dan menyumbangkan medali emas untuk Indonesia di Olimpiade Los Angeles kan?

Proses menuju ke sana pasti akan sangat panjang dan berat, tapi saya siap menjalaninya dengan senang hati

Pasti (ikut bersaing untuk Olimpiade 2028 Los Angeles), pasti.

Bersaingnya secara sehat ya? Nanti pasti terpilih secara otomatis by ranking kan? Jadi bisa ketahuan siapa yang akan siap buat main di Los Angeles, ya itulah yang nantinya terbaik untuk Indonesia.

2028 nanti usia kamu 23 tahun. Apakah usia yang tepat menurut mu untuk bertanding di Olimpiade? Apakah ada batasan usia menurut Alwi untuk mentas di Olimpiade?

Saya rasa tidak ada batasan usia. Viktor Axelsen bisa tiga kali, Lin Dan bisa tiga kali, Lee Chong Wei juga tiga kali. Semua tergantung bagaimana cara kita berpikir. Olimpiade itu menuntut lebih banyak dan pasti akan semakin berat."

Saya merasakan sendiri bagaimana kerasnya perjuangan Jojo dan Ginting. Saya melihat sendiri bagaimana mereka berjuang. Bahkan kami yang hanya membantu saja sudah merasa sangat kelelahan. Dari situ, saya bisa mengambil banyak pelajaran juga.

Kemenangan dengan rate 100 persen di Kejuaraan Bulu Tangkis Beregu Campuran Asia (BAMTC) 2025 kemarin akan berdampak seperti apa untuk mindset kamu ke depannya?

Pasti akan lebih berat, saya sudah terima itu. Pasti lebih berat. Orang ekspektasinya tinggi, Kalau amit-amit saya kalah, orang-orang akan ada yang menghujat saya, itu sudah pasti. Itu sudah menjadi konsekuensi saya.

Saya akan berusaha menikmati momen-momen yang bisa dibilang berat. Bisa menikmati saja sih setiap momen nya. Itu yang bisa buat saya lebih matang lagi ke depannya. Karena itu menjadi sebuah bagian dari proses.

Alwi dikenal cukup tengil di lapangan. Apakah memang kebiasaan sehari-hari atau hanya citra yang kamu bentuk di lapangan?

Alwi Farhan di Kejuaraan Bulu Tangkis Beregu Campuran Asia (BAMTC) 2025 (dok. PP PBSI)

Kadang saya pernah berusaha bermain terlalu mengikuti keinginan orang lain. Jujur saja, waktu itu saya sempat membaca komentar dan mencoba menyesuaikan diri dengan apa yang diharapkan orang. Tapi, justru di situ saya merasa tidak bisa mengeluarkan kemampuan maksimal saya.

Pelatih saya akhirnya mengambil alih dan mengingatkan bahwa setiap orang punya karakter dan gaya bermain masing-masing. Menurut saya, 'tengil' saya bukan berarti urakan atau bagaimana yang negatif, tapi lebih ke cara saya untuk melepaskan ketegangan.

Jadi, tidak ada niat untuk memprovokasi atau semacamnya, hanya sekadar menjadi diri sendiri.

Waktu itu sempat seperti disuruh kalem, disuruh diam, seolah terlihat seperti orang ngantuk, saya tidak bisa seperti itu. Itu bukan karakter saya.

Pelatih saya langsung mengambil alih dan menyadari hal itu. Waktu itu masih pelatih yang sebelumnya, Bang Aboy dan Ko Harry. Mereka langsung bilang. "Kamu gak bisa terus seperti ini. Kamu punya karakter sendiri, dan kalau terus mengikuti omongan orang, itu tidak akan ada habisnya. Selama kamu tetap sportif dan menjaga sikap, itu tidak masalah."

Bang Aboy juga selalu menekankan pentingnya attitude yang baik. Tapi, setiap orang punya cara dan ciri khas masing-masing dalam bermain.

Sekarang sudah menembus 40 besar dunia. Selanjutnya, apa target Alwi? Ada gelar juara yang kamu idam-idamkan tidak untuk setahun kedepan?

Ingin bisa bermain di Indonesia Open, sih. Artinya kan karena itu turnamen BWF Super 1000, harus bisa masuk top 32. Jadi ada beberapa waktu ini, pengen bisa, ya semoga bisa masuk Indonesia Open.

Karena hasil di Indonesia Master yang kurang memuaskan, tapi menjadi pengalaman yang cukup. Saya kalau gak belajar dari Indonesia Masters 2025 kemarin, yang bisa dibilang gagal karena sudah unggul tapi gak bisa memetik kemenangan, mungkin saya kemarin di BAMTC pun, beda cerita.

Saya bisa kayak gini pun, karena saya udah melalui kemarin-kemarin, itu berat juga.

Kalau sekarang, mungkin ingin bisa mendapatkan gelar juara di BWF Super 300. Realistis saja dong? Dan sangat mungkin dicapai kan? Maksudnya, masih bisa diusahakan.

Paling itu, juara turnamen Super 300, bisa menembus Indonesia Open, dan di akhir tahun bisa masuk top 32 atau kalau bisa top 20.

Itu menurut saya target yang bisa diraih dan realistis. Karena menurut saya, kalau kita menetapkan target yang tidak realistis juga tidak adil.

Bukan gak bisa untuk ingin juara All England atau Super 1000 lainnya, bukan. Tapi tidak sekarang. Dimulai dari yang mungkin diraih dulu.

Kamu ingin dikenal sebagai atlet yang seperti apa?

Nggak ada sih. Gak pengen dikenal kayak gimana-gimana. Mempunyai ciri khas masing-masing saja. Saya gak mau memikirkan apa kata orang atau julukan dari orang. Saya dituntut untuk lebih dewasa setiap hari.

Karena jujur, diwawancarai media seperti ini juga kan menjadi tekanan juga, menjadi feedback yang sangat besar untuk saya. Tapi itu tanggung jawab saya, supaya bisa menjadi lebih baik.

Jadi mau orang kasih julukan apa, terserah saja.

Beberapa sekarang menyebut kamu wonderkid, penerus Taufik Hidayat, dan lain-lain. Kamu bagaimana melihatnya?

Alwi Farhan di Kejuaraan Bulu Tangkis Beregu Campuran Asia (BAMTC) 2025 (dok. PP PBSI)

Masa sih? Hahaha. Itu udah menjadi lebih kayak, saya dilempar barang, saya harus menerimanya. Saya bisa menerimanya, dan saya harus bisa jaga barang itu dengan baik.

Pasti bebannya bakal lebih banyak, bakal lebih berat. Tinggal bagaimana cara saya bisa mengatasi hal itu. Mungkin banyak pujian juga yang saya terima belakangan ini setelah menang (BAMTC 2025).

Saya kadang ngomong sama orang terdekat saya, ‘hina saya aja nggak apa-apa’, karena saya termasuk tipe orang yang ketika saya dihina, terkadang saya bisa keluar dari situ dengan lebih gila.

Itu yang saya temukan. Ketika saya bisa dikritik beberapa kali, saya bisa bounce back dari kegagalan. Saya harap mentalitas saya yang seperti ini akan terus saya bawa sampai kapan pun, sampai saya dipanggil Tuhan. Mental saya harus seperti ini.

Apa suka dan duka yang Alwi rasakan selama di Pelatnas?

Struggle banget sih. Saya masuk Pelatnas tahun 2021 sendirian. Saya satu-satunya rekrutan saat itu, karena ada pandemi COVID-19.

Awalnya, saya sebenarnya direncanakan untuk ikut Olympic Youth di Senegal, semua (tim) sudah di sini, saya saja yang belum. Akhirnya saya ditarik.

Tapi struggle banget mengejar ketertinggalannya karena sangat jauh. Saat itu, saya masih main di Pur 5 dan Pur 7.

Terus struggle banyak ketinggalan latihan, itu kan gak enak. Kita sparing mati terus juga sungkan kan rasanya? Tapi akhirnya dengan ditarik terus, alhamdulilah bisa lebih cepat juga menurut saya prosesnya.

Struggle-nya banyak—tertinggal di latihan itu gak enak, sering kalah saat sparring juga bikin sungkan. Tapi, dengan terus didorong dan ditarik untuk berkembang, alhamdulillah prosesnya bisa lebih cepat dari yang saya bayangkan.

Kamu dan para pemain muda menjadi harapan baru pengurus PBSI untuk tunggal putra. Seberapa besar kamu yakin bisa memenuhi harapan tersebut?

Kalau ditanya yakin, tentu saya yakin. Saya selalu memikirkan diri saya sendiri dan tidak mau berpikir terlalu jauh. Tapi setiap hari, saya akan memberikan seratus persen usaha ketika diberikan kepercayaan.

Saat latihan, saya selalu berusaha mengeluarkan kemampuan terbaik saya. Saya fokus menjalani hari demi hari tanpa memikirkan terlalu jauh ke depan, karena jika terlalu jauh berpikir, justru bisa membuat saya capek sendiri.

Yang terpenting, saya bisa menjalani proses ini dengan baik. Setiap hari, saya mendapatkan banyak pelajaran dan menemukan hal-hal baru yang belum saya ketahui sebelumnya. Semua itu sangat bermanfaat untuk perkembangan saya.

Apa pesan yang kamu mau sampaikan untuk Alwi di 2028?

Semoga bisa menjalani proses ini dengan cukup baik dan kuat. Bisa menikmati setiap momen momen yang duka maupun suka, pasti banyak banget, banyak komentar.

Saya yakin pasti ke depannya jalannya sangat berat. Apalagi dengan kemenangan saya disorot begitu banyak orang sekarang pasti ke depannya bakal lebih berat.

Itu semoga saya bisa kuat kuat, saya bisa diberi kesehatan terus tidak ada cedera, semoga saya bisa lebih dewasa setiap harinya agar bisa mengatasi masalah.

Editorial Team