Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Alwi Farhan: Keluar dari Bayang-bayang dan Jadi Harapan Baru

Alwi Farhan di Kejuaraan Bulu Tangkis Beregu Campuran Asia (BAMTC) 2025 (dok. PP PBSI)
Intinya sih...
  • Alwi Farhan naik daun setelah tampil sempurna di BAMTC 2025 dengan 100% kemenangan.
  • Gelar juara dunia junior 2023 menjadi momen penting dalam perjalanan Alwi, namun dia sadar prestasi di level junior bukan jaminan sukses di level senior.
  • Alwi berambisi keluar dari bayang-bayang Jojo dan Ginting, fokus pada pengembangan diri, dan memiliki target besar untuk tampil di Olimpiade 2028.

Jakarta, IDN Times - Tunggal putra Indonesia, Alwi Farhan, sedang naik daun. Popularitasnya meninggi usai tampil sempurna di Kejuaraan Bulu Tangkis Beregu Campuran Asia (BAMTC) 2025.

Memang, Alwi mencatatkan 100 persen kemenangan sepanjang BAMTC 2025. Dengan rekor itu, Alwi diharapkan bisa menjadi ujung tombak baru buat Indonesia di sektor tunggal putra, meski masih ada Jonatan Christie dan Anthony Sinisuka Ginting sebagai andalan.

Saat ini, status Alwi masih jadi pelapis keduanya. Tapi, dia tak mau ambil pusing dan fokus untuk mengukir ceritanya sendiri, menorehkan prestasi demi mengejar gap panjang dengan Jojo dan Ginting. Bahkan, dia berambisi untuk bisa melampaui capaian seniornya.

Jika ditarik mundur, Alwi memulai jalannya di level senior dengan menjuarai Kejuaraan Dunia Junior 2023 lalu. Namun, masa transisi ternyata tak berlangsung seindah bayangan Alwi. Di tengah sorotan yang terus meningkat, Alwi berusaha keluar dari bayang-bayang seniornya, Jojo dan Ginting, demi membangun identitasnya sendiri di panggung bulu tangkis dunia.

1. Batu loncatan ke level senior

Alwi Farhan di Kejuaraan Bulu Tangkis Beregu Campuran Asia (BAMTC) 2025 (dok. PP PBSI)

Gelar Juara Dunia Junior 2023 menjadi momen penting dalam perjalanan Alwi. Kemenangan tersebut bukan sekadar pencapaian individu, tetapi juga bukti kesiapannya melangkah ke tingkat yang lebih tinggi.

Namun, Alwi sadar prestasi di level junior bukan jaminan sukses di level senior. Justru, keberhasilannya menjadi tantangan baru untuk menjaga momentum dan meningkatkan kemampuannya agar mampu bersaing dengan para pemain terbaik dunia.

"Tapi, saya rasa usai juara dunia junior, setelahnya itu justru lebih berat. Sebab, semakin banyak rintangan yang harus saya lalui. Dengan mempunyai titel juara dunia junior, pasti ada beban lebih besar. Tapi ya itu, memang tanggungannya kayak gitu sih. Kalau misal kami juara, tapi gak siap menghadapi tanggungannya, ya bakal lama beradaptasi. Tapi Alhamdulillah, saya sempat ada penyesuaian sih,” kata Alwi saat berbincang secara eksklusif dengan IDN Times, di Pelatnas PBSI Cipayung.

Awal 2024 dianggap Alwi menjadi salah satu momentum berat untuknya. Transisi ke level senior tidak semulus yang dibayangkannya.

"Awal tahun kemarin terasa begitu berat, tapi sudah mulai membaik sekitar bulan tujuh (Juli) atau delapan (Agustus) mulai sedikit bisa survive lah. Dan Alhamdulillah, progresnya selalu berjalan dengan pasti. Menurut saya, prosesnya memang bertahap. Menurut saya, yang beratnya, targetnya lebih tinggi pasti. Karena mau mengejar ranking, mau mengejar title juga. Ya pasti targetnya lebih tinggi, ekspektasinya jadi otomatis tinggi. Ya itu sih penyesuaian di situ saja," kata Alwi.

2. Mau ciptakan ceritanya sendiri

Alwi Farhan di babak kualifikasi Indonesia Masters 2025 (IDN Times/Fauzan)

Sebagai pemain muda, Alwi tak bisa menghindari perbandingan dengan Jojo dan Ginting, sebagai seniornya yang telah lebih dulu mengharumkan nama Indonesia di pentas dunia. Namun, Alwi tak ingin terus berada di bawah bayang-bayang mereka.

"Lebih ke menjadikan target sih. Kalau merasa di bawah bayang-bayang, menurut saya itu tidak seharusnya. Tidak bisa terus-terusan berada di bawah bayang-bayang Jojo dan Ginting," kata Alwi.

Bagi Alwi, yang terpenting adalah fokus pada pengembangan diri dan terus berusaha mencapai level yang lebih tinggi. Alwi memahami menjadi penerus tunggal putra Indonesia bukanlah tugas mudah.

Perjalanan panjang yang telah ditempuh Jojo dan Ginting memberikan banyak pelajaran, tetapi Alwi ingin menciptakan jalannya sendiri. Dengan gaya bermainnya yang khas dan semangat juang yang tinggi, Alwi meyakini bisa membangun identitasnya sebagai pemain elite dunia.

"Jojo dan Ginting bisa dibilang memasuki usia yang sudah tidak prime. Mungkin, lebih tepatnya mulai turun dari segi usia, bukan performa. Jadi, saya tidak mau terus merasa nyaman. Saya harus, mau tidak mau, bisa seperti Jojo dan Ginting dulu. Saat mereka tidak punya senior pun, mereka pasti merasakan perjuangannya. Setiap generasi punya porsi struggle masing-masing," kata Alwi.

3. Pukulan keras saat dibandingkan dengan Alex Lanier

Alwi Farhan di babak kualifikasi Indonesia Masters 2025 (IDN Times/Fauzan)

Tidak hanya dibandingkan dengan senior senegaranya, Alwi juga kerap disandingkan dengan pemain muda berbakat lainnya di dunia, seperti Alex Lanier (Prancis) dan Hu Zhe An (China).  Keberhasilan Lanier menjuarai turnamen besar menjadi pukulan sendiri untuk Alwi.

"Pasti, karena ekspektasi orang kadang berbeda dari kenyataan. Ke mana pun saya pergi, perbandingannya selalu dengan Alex. Saya buka aplikasi apa pun, yang dibandingkan tetap Alex. Bahkan, saat berbicara dengan orang yang tidak tahu proses saya, pasti yang disebut Alex. Tapi, memang itu sudah menjadi bagian dari tanggung jawab saya," kata Alwi.

Bagi sebagian orang, perbandingan ini menjadi tekanan tersendiri. Namun, Alwi memilih untuk menghadapi situasi ini dengan kepala dingin.

"Kepikiran sih tentu. Tapi, sejauh ini saya bisa menjadikan itu sebagai tenaga tambahan. Karena menurut saya, kita gak bisa terlalu lama menerima atau terlalu terbawa perasaan dengan hal-hal seperti itu. Menurut saya, itu akan merugikan banget sih. Jadi, ya oke lah. Misalnya dibandingin sama Hu Zhe An atau Alex, ya memang atlet memang seperti itu menurut. Jadi konsekuensinya lah," kata Alwi.

Alih-alih merasa terbebani, Alwi menjadikan perbandingan ini sebagai motivasi untuk terus berkembang. Alwi percaya bahwa setiap pemain memiliki jalannya masing-masing dan yang terpenting adalah bagaimana ia bisa memaksimalkan potensinya.

4. Dituntut dewasa lebih dini

Alwi Farhan di Kejuaraan Bulu Tangkis Beregu Campuran Asia (BAMTC) 2025 (dok. PP PBSI)

Sebagai pemain muda yang melesat cepat ke level senior, Alwi dihadapkan pada tuntutan untuk lebih matang dalam berpikir dan bersikap. Tuntutan itu datang dari berbagai pihak, termasuk pelatih tunggal putra pelatnas PBSI, Mulyo Handoyo.

"Ko Mulyo selalu menekankan, 'Saya kenal kamu sebagai umur 19 tahun, tapi saya ingin kamu berpikir seperti 25 atau bahkan 30 tahun',” kata Alwi.

Pemikiran yang lebih dewasa, diakui Alwi, didapatkannya setelah melewati perjalanan menyakitkan beberapa waktu lalu. Tuntutan ini bukan sekadar soal kedisiplinan dalam latihan, tetapi juga bagaimana Alwi mengelola tekanan, ekspektasi, dan strategi di lapangan. Dia harus belajar lebih cepat agar bisa bersaing dengan para pemain senior yang lebih berpengalaman.

"Kalau pelatih saya suka bilang, ‘pisau kalau gak ditempa sama batu, gak akan tajam'. Jadi, itu sudah menjadi bagian prosesnya. Saya berterima kasih kepada Coach Mulyo Handoyo yang telah memberi masukan, baik di dalam maupun lapangan. Masukan dari beliau membuat saya bertumbuh, baik sebagai atlet maupun sebagai individu," ujar dia.

5. Bidik tiket ke Olimpiade 2028

Alwi Farhan di Kejuaraan Bulu Tangkis Beregu Campuran Asia (BAMTC) 2025 (dok. PP PBSI)

Salah satu target besar Alwi adalah tampil di Olimpiade 2028 di Los Angeles. Atlet berusia 19 tahun ini sadar betul perjalanan menuju ke Los Angeles masih panjang dan penuh tantangan. Namun, dia siap menghadapi segala rintangan untuk meraih mimpi tersebut.

"Insya Allah, semoga saya bisa masuk ke Olimpiade. Karena target utama adalah bisa bermain di sana dan menyumbangkan medali emas untuk Indonesia di Olimpiade Los Angeles kan," kata Alwi.

Alwi menyadari persaingan di level senior tidak hanya bergantung pada bakat, tetapi juga konsistensi, mentalitas, dan strategi yang tepat. Oleh karena itu, setiap turnamen yang dijalaninya saat ini adalah bagian dari proses menuju impian besarnya di Olimpiade. Apalagi, dia sadar pesaingnya punya pengalaman yang kaya, termasuk Jojo dan Ginting.

"Bersaingnya secara sehat ya? Nanti pasti terpilih secara otomatis by ranking kan? Jadi bisa ketahuan siapa yang akan siap buat main di Los Angeles, ya itulah yang nantinya terbaik untuk Indonesia," kata Alwi.

6. Karakter tengil khas di lapangan

Di lapangan, Alwi dikenal dengan gaya bermainnya yang ekspresif dan penuh energi. Beberapa orang bahkan menyebutnya tengil. Tetapi, bagi Alwi itu adalah bagian dari karakternya.

"Jujur saja, waktu itu saya sempat membaca komentar dan mencoba menyesuaikan diri dengan apa yang diharapkan orang. Tapi, justru di situ saya merasa tidak bisa mengeluarkan kemampuan maksimal. Seperti disuruh kalem, diam, seolah terlihat seperti orang ngantuk. Saya tidak bisa seperti itu. Itu bukan karakter saya," kata Alwi.

Karakter ini bukan sekadar gaya bermain, tetapi juga cerminan dari kepercayaan dirinya di lapangan. Dia percaya ekspresinya adalah bagian dari strategi mental untuk menghadapi lawan-lawannya.

"Menurut saya, 'tengil' saya bukan berarti urakan atau bagaimana yang negatif, tapi lebih ke cara saya untuk melepaskan ketegangan. Jadi, tidak ada niat untuk memprovokasi atau semacamnya, hanya sekadar menjadi diri sendiri," kata Alwi.

7. Harapan baru tunggal putra Indonesia

Alwi Farhan di babak kualifikasi Indonesia Masters 2025 (IDN Times/Fauzan)

Dengan segala pencapaiannya dan tekad yang dimiliki, Alwi Farhan menjadi salah satu harapan besar bagi tunggal putra Indonesia. Alwi bukan sekadar pelapis Jojo dan Ginting, tetapi berharap bisa menjadi pilar utama yang membawa kejayaan bagi bulu tangkis Indonesia di masa depan.

Kini, fokus Alwi adalah menembus peringkat 32 dunia agar bisa tampil di turnamen-turnamen besar, termasuk Indonesia Open.

"Ingin bisa bermain di Indonesia Open, sih. Artinya kan karena itu turnamen BWF Super 1000, harus bisa masuk top 32. Jadi ada beberapa waktu ini, pengen bisa, ya semoga bisa masuk Indonesia Open," kata Alwi.

Dengan mentalitas kuat, semangat pantang menyerah, dan tekad yang besar, Alwi Farhan siap melangkah lebih jauh, meninggalkan bayang-bayang para pendahulunya. Alwi berharap bisa menutup 2025 dengan menempati posisi 20 besar dunia.

"Kalau sekarang, mungkin ingin bisa mendapatkan gelar juara di BWF Super 300. Realistis saja dong? Dan sangat mungkin dicapai kan? Maksudnya, masih bisa diusahakan. Paling itu saja, juara turnamen Super 300, bisa menembus Indonesia Open 2025, dan di akhir tahun bisa masuk top 32 atau kalau bisa top 20," kata Alwi.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Margith Juita Damanik
EditorMargith Juita Damanik
Follow Us