TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Celoteh Petinggi Pabrikan Eropa Terkait Status Konsesi MotoGP

Garasi MotoGP bergejolak

Fabio Quartararo dan Marc Marquez (instagram.com/fabioquartararo20)

Beberapa musim ke belakang, pabrikan-pabrikan Eropa mulai tampil kompetitif di ajang MotoGP. Ducati, Aprilia, dan KTM berhasil mengunci berbagai kemenangan di berbagai seri sekaligus menggeser dominasi pabrikan Jepang selama 2 dekade terakhir. 

Musim lalu misalnya, Ducati mengunci 12 kemenangan, KTM 2 kemenangan, dan Aprilia 1 kemenangan. Sementara itu, Yamaha mencatat 3 kemenangan, Suzuki 2 kemenangan, dan Honda tak mencatat satu kemenangan pun. Tak hanya itu, Ducati dengan 8 motor Desmosedici GP berhasil menorehkan 20 podium kedua dan ketiga. Wajar jika kemudian Desmosedici GP didapuk sebagai motor terbaik saat ini.

Performa pabrikan Jepang menukik tajam. Hal ini membuat Dorna ingin mengubah regulasi konsesi dengan mengajukan proposal kepada Motor Sport Manufacturer Association (MSMA) terkait perubahan regulasi konsesi. Rancangan ini pun membuat paddock MotoGP bergejolak; ada yang setuju dan menolak keras. Berikut beberapa catatan para petinggi pabrikan-pabrikan Eropa terkait proposal perubahan regulasi tim konsesi. 

Baca Juga: Problematika Tim Mooney VR46, Pengorbanan Besar pada MotoGP 2024

1. Paolo Ciabatti (Ducati) terbuka dengan berbagai opsi

Francesco Bagnaia (instagram.com/ducaticorse)

Posisi Ducati berada di atas angin. Pabrikan asal Borgo Panigale ini tak dimungkiri menjadi pemasok motor terkuat di starting grid dengan 8 motor Desmosedici GP. Dengan prototipe ini, para pembalap Ducati akrab dengan podium di setiap seri.

Menanggapi kondisi yang dirasakan oleh pabrikan Honda dan Yamaha, Paolo Ciabatti selaku sporting director Ducati cenderung lebih terbuka. Dalam wawancaranya kepada Speedweek, ia berkata bahwa Ducati terbuka dengan berbagai opsi penawaran asalkan masih masuk akal. 

Ia mengatakan jika regulasi konsesi harus adil bagi seluruh pabrikan. Jangan menjadi alasan untuk mengedepankan sosok pembalap ke jalur kemenangan. Ciabatti berharap pabrikan-pabrikan Jepang dapat kembali tampil kompetitif agar kejuaraan semakin menarik. 

2. Penolakan keras Pit Beirer (KTM)

Brad Binder dan Jack Miller (instagram.com/ktmfactoryracing)

Sikap berbeda muncul dari garasi pabrikan KTM. Pit Beirer selaku CEO KTM mengaku jika mereka menolak perubahan regulasi konsesi. Menurutnya, berdasarkan regulasi saat ini, Honda dan Yamaha tak berhak mendapat status konsesi karena atas torehan musim lalu, kedua pabrikan ini masih sempat mengicipi podium dan kemenangan. Beirer mengatakan jika masalah yang mereka hadapi saat ini harus diselesaikan secara internal. 

“Berapa lama Ducati berjuang meraih kembali puncak kemenangan setelah 2007. Kami (KTM) dan Aprilia pun berjuang. Karena Yamaha belum memenangkan balapan tahun ini bukan berarti mereka membutuhkan konsesi,” kata Beirer dikutip Speedweek.

Pada 2017, KTM mencoba mengubah regulasi terkait aerodinamis, namun, ditolak oleh beberapa pabrikan. Meski begitu, Beirer mengatakan saat itu mereka berjuang keras untuk mengembangkan paket motor mereka mengikuti regulasi yang telah ditetapkan. Berdasarkan kesepakatan yang telah dibicarakan sebelumnya, perubahan hanya dapat dilakukan akhir musim 2026. 

Baca Juga: Lin Jarvis Beberkan Kelemahan YZR-M1 di MotoGP 2023, Bukan Soal Mesin

Verified Writer

Rizki Putra Zuwandono

Joy of Creating Something...

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya