TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

[EKSKLUSIF] Kisah Inspiratif Gangster Insaf Jadi Bintang UFC

Cub Swanson bukan nama sembarangan di UFC

IDN Times / Satria Permana / Petarung UFC, Cub Swanson

Jakarta IDN Times - Cub Swanson masuk sebagai salah satu petarung legendaris di ajang Ultimate Fighting Championship. Kiprah dan rekornya di UFC begitu memukau, membuatnya masuk dalam jajaran petarung elite di kelas bulu.

Pada kelas bulu, Swanson memegang rekor petarung paling sering menerima bonus pasca laga, delapan kali. Dia juga sempat mengantongi bonus Fight of the Night 10 kali.

Gaya tarung Swanson juga terbilang atraktif. Beberapa media menyebut gaya tarungnya begitu liar dan eksplosif.

Swanson juga dianggap memiliki gaya tarung yang tak terprediksi. Media mixed martial arts ternama seperti MMA Junkie, Bloody Elbow, dan MMA Fighting, sepakat menyebut Swanson sebagai salah satu petarung paling fenomenal gaya tarungnya. Atas gayanya itu, Swanson mencetak rekor 27 kemenangan dan 11 kali kalah. Sebanyak 12 dari 27 kemenangannya itu, diraih lewat KO.

Di sisi lain, fans MMA menyebutkan gaya Swanson khas dan bisa disebut sebagai 'The Beautiful Destroyer'. Tapi, Swanson lebih memilih julukan The Killer.

IDN Times berkesempatan berbincang secara khusus dengan sang bintang. Tak seperti bintang kebanyakan yang terlihat begitu menonjolkan status dan auranya.

Swanson terkesan sangat normal. Dia seperti orang biasa. Ketika berbincang dengannya, saya merasa seperti sudah kenal lama dengannya, ramah dan tak ada sifat angkuh darinya. Bisa dibilang, masa lalu yang telah membentuknya jadi pribadi seperti sekarang.

Baca Juga: 2 Petarung Resmi Ditunjuk UFC Jadi Calon Pengganti Khabib

1. Sempat jadi gangster dan rampok

Instagram @cubswanson / Petarung UFC, Cub Swanson

Swanson memang memiliki masa lalu yang keras. Dia lahir dari keluarga campuran. Ayahnya merupakan pria berdarah Swedia-Amerika, dan ibunya memiliki garis keturunan Meksiko.

Nama aslinya adalah Kevin Luke Swanson. Namun, karena salah satu kakaknya tak bisa menyebutnya dengan 'Kevin', maka akhirnya dia diberikan panggilan Cub.

Ayah Swanson meninggal saat dia masih berusia tiga bulan karena kanker kulit. Jadilah, sang ibu membesarkannya sendirian.

Sang ibu begitu syok kehilangan ayahnya. Sampai, terjerembab dalam dunia obat-obatan terlarang.

Swanson akhirnya diasuh oleh saudara ibunya. Dia dibesarkan di keluarga yang religius. Hingga akhirnya, orang tua angkatnya bercerai dan Swanson yang saat itu berusia 14 tahun, harus dikembalikan ke ibunya.

Kemudian, Swanson masuk ke sekolah katedral di California, bersama salah satu petinju Amerika Serikat, Timothy Bradley.

Namun, saat itu, Swanson salah gaul. Dia terjebak dalam dunia gangster. Swanson muda terlibat dalam sejumlah perkelahian jalanan, menjadi pemabuk, dan pecandu narkoba.

Satu saat, dia berencana untuk merampok rumah. Sayang, aksinya diketahui sang pemilik yang langsung menghubungi polisi. Swanson dikurung di penjara anak-anak hingga usianya 17 tahun.

"Ya, apa yang terjadi di masa lalu, membentuk saya seperti sekarang. Saya merasa itu masa lalu yang memang kelam. Jadi pelajaran tersendiri," kata Swanson.

"Ketika di dalam penjara, saya berpikir 'apa yang sudah saya lakukan? apa salah saya? kenapa bisa begini?' Saya sadar telah melakukan kesalahan," lanjutnya.

Baca Juga: [Eksklusif] Mantan Cheerleader Pria yang Jadi Petarung UFC

2. MMA jadi penyelamat Swanson

Instagram @cubswanson / Petarung UFC, Cub Swanson

Swanson benar-benar merasakan titik terendah kala itu. Dia mulai sadar apa yang dilakukannya salah.

Maka, ketika berada di penjara anak-anak, pikiran Swanson cuma satu, bertingkah laku baik, agar mendapatkan keringanan hukuman dan bisa memulai hidupnya dari awal. Hingga akhirnya, Swanson keluar penjara di usia 17 tahun,

"Saya sudah bertekad, harus mengubah arah hidup. Ketika keluar, saya sudah bertekad kuat, harus menjadi orang yang lebih baik," ujar Swanson.

Dua tahun usai keluar dari penjara, Swanson mulai berkenalan dengan MMA saat sedang bekerja di sebuah panti disabilitas. Dia diajak oleh petarung UFC, Joe Stevenson, untuk berlatih.

MMA bagi Swanson tak cuma sekedar olahraga baku hantam. Namun, Swanson menemukan ketenangan serta pelajaran hidup yang begitu banyak di sana.

Justru, ini menjadi titik balik bagi Swanson untuk membangun ulang hidupnya yang sempat hancur karena berurusan dengan aktivitas gangster.

"Olahraga ini bukan cuma bicara soal memukul, menendang, membanting, mengunci, dan segalanya. Lebih dari itu, karena saya diajarkan bagaimana cara menjadi orang lebih baik, rendah hati, bersikap tulus, dan mengenal sopan santun," kata Swanson.

MMA juga menjadikan Swanson lebih sempurna sebagai seorang ayah. Karena belajar MMA, Swanson jadi tahu, bagaimana seharusnya seorang ayah bertindak mendidik anaknya.

"Tujuan saya cuma jadi orang yang lebih baik. Saya dapat bonus, belajar jadi ayah dan suami yang baik. Ini kebahagiaan yang luar biasa," ujar Swanson.

3. Jatuh buat kali kedua

Sejatinya, Swanson juga sempat mengalami titik terendah lainnya dalam hidup. Itu adalah saat dia mengalami cedera parah di 2019.

Pada 12 Desember 2019, Swanson mengalami cedera anterior cruciate ligament kaki kirinya, saat berduel melawan Jake Shields di World Extreme Cage.

UFC tahu kala itu Swanson berduel di sana. Dia dibiayai penuh oleh UFC selama masa pemulihan.

Cedera ACL sudah pasti lama pemulihannya. Swanson setidaknya butuh waktu hampir setahun untuk pulih.

"Sempat terbesit dalam pikiran saya untuk pensiun. Saya terus membicarakannya dengan istri. Kini, saya menjalani setiap laga seperti yang terakhir kalinya. Saya harus menikmatinya, evaluasi, dan memperbaiki diri," ujar Swanson.

Cedera di periode 2019 hingga 2020, benar-benar menguras emosi Swanson. Sebab, tak cuma harus berurusan dengan bagaimana caranya pulih, pria 37 tahun itu juga harus bersentuhan dengan pandemik COVID-19.

Sebab, di masa pandemik, segala kegiatan Swanson jadi terbatas. Konsultasi ke rumah sakit pun tak sebebas biasanya. Ditambah, kegiatan di gym harus mengikuti aturan-aturan tertentu.

"Tingkat stres meningkat. Saya merasakannya, karena pandemik COVID-19 membuat segalanya sulit. Saya harus berlatih dengan menggunakan masker, dan sebagainya," terang Swanson.

4. Keluarga menyelamatkannya

Ada dua hal yang jadi kunci pemulihan Swanson. Pertama, tentu keluarga. Lalu, dia juga dibantu oleh psikolog olahraga dalam pemulihan mentalnya.

"Keluarga berperan penting dalam situasi ini. Saya punya lebih banyak waktu dengan istri dan anak. Kami menghabiskan waktu bersama, membuat saya lebih nyaman dan bahagia," kata Swanson.

"Saya juga bekerja dengan psikolog olahraga. Sejumlah trik saya jalankan demi bisa pulih. Ya, sebenarnya sudah dijalankan bertahun-tahun. Tapi, ini cukup membantu," lanjutnya.

Setelah mampu pulih, Swanson kembali dengan performa yang begitu luar biasa saat menghadapi Daniel Pineda di UFC 256. Dia berani beradu pukulan dengan intens kala itu.

Ditambah, Swanson mengeluarkan gaya khasnya, provokatif di atas arena, usai melepaskan sejumlah serangan telak.

Hingga akhirnya, Swanson menang KO atas Pineda setelah rentetan pukulannya membuat sang lawan terkapar.

"Kemenangan yang membuat saya kembali percaya diri. Setelah mencatatkan kemenangan itu, kondisi psikologis saya langsung pulih. Kepercayaan diri ini mencapai level 100 persen, lagi. Saya juga merasa kemampuan teknik ini sudah kembali. Ya, saya sudah 100 persen sekarang ini," jelas Swanson.

Baca Juga: KO Brutal Juara Muslim UFC di Bulan Ramadan

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya