Apakah Max Verstappen Mulai Jenuh Menjadi Pembalap F1?

Max Verstappen akhir-akhir ini menunjukkan sikap negatif kepada media. Ini terekam ketika pembalap asal Belanda tersebut mengikuti sesi wawancara usai race GP Arab Saudi 2025 pada Minggu (20/4/2025) WIB. Ia terlihat kecewa dengan keputusan FIA mengenai penaltinya akibat insiden dengan Oscar Piastri pada lap pertama.
Perilaku Verstappen yang biasanya tenang berubah menjadi dingin dan penuh ketegangan. Ia bahkan memilih untuk menghindari pertanyaan-pertanyaan yang dianggap sensitif atau memicu kontroversi. Keputusan untuk menahan diri berbicara secara terbuka memicu spekulasi: Apakah sang juara dunia empat kali ini mulai merasakan kejenuhan terhadap dunia yang membesarkan namanya?
1. Max Verstappen menunjukkan perubahan sikap kepada media hingga dikritik mantan pembalap
Max Verstappen bukanlah sosok yang asing bagi kemenangan. Dalam beberapa tahun terakhir, ia tampil dominan bersama Red Bull Racing dan menyabet gelar juara dunia secara beruntun. Namun, musim 2025 menunjukkan dinamika yang berbeda. Performanya tampak menurun dan suasana hatinya pun tidak stabil.
Setelah tampil impresif pada awal musim, Verstappen justru kerap menunjukkan ketidakpuasan dalam wawancara usai race. Ia beberapa kali menjawab pertanyaan dengan kalimat singkat dan terkesan menghindari diskusi teknis atau strategis yang biasanya ia bahas dengan antusias. “Lebih baik aku tidak banyak bicara karena bisa disalahartikan,” kata Verstappen sambil menolak menjelaskan insiden yang membuatnya dijatuhi penalti 5 detik seperti dikutip The Guardian.
Rasa frustrasi Verstappen juga tampak ketika berada di podium. Alih-alih ikut merayakan hasil bersama Oscar Piastri dan Charles Leclerc, Verstappen hanya meneguk minuman simbolis, lalu meninggalkan panggung lebih cepat. Dilansir Crash, mantan pembalap F1, Johnny Herbert, menyebut perilaku tersebut tidak profesional dan menunjukkan sikap tidak menghormati rekan-rekannya. Hal ini menandakan ketidakpuasan Verstappen tidak hanya terhadap hasil balapan, tetapi juga pada dinamika yang terjadi di luar lintasan.
2. Sikap dingin Max Verstappen buntut dari denda yang ia terima pada 2024
Dalam beberapa kesempatan, Max Verstappen mengungkapkan, tekanan dari media dan peraturan baru FIA membuatnya enggan menyuarakan opini. Ia menyebut, tiap kata yang diucapkannya bisa disalahartikan dan berujung kepada hukuman. Hal ini bukan sekadar paranoia, melainkan juga berdasarkan pengalaman pribadi. Ia sempat didenda karena menggunakan kata-kata kasar dalam konferensi pers setelah GP Singapura 2024.
Peraturan baru FIA yang mulai berlaku pada 2025 mengatur dengan ketat mengenai ujaran pembalap di depan publik. Selain larangan mengumpat, pembalap juga tidak diperbolehkan menyampaikan kritik yang dianggap “merugikan moral dan kepentingan FIA”. Hukuman atas pelanggaran ini sangat berat, mulai dari denda 40.000–120.000 euro (Rp766 juta–2,3 mliar) dan ancaman skors 1 bulan dari kejuaraan. Verstappen dengan gamblang menunjukkan ketidaksenangannya terhadap regulasi tersebut.
"Aku tahu aku tidak boleh mengumpat di sini, tetapi pada saat yang sama, kalian juga tidak bisa bersikap kritis dalam bentuk apa pun yang mungkin membahayakan atau mengancam. Biar kucatat, ada banyak sekali poin, kalian tahu? Jadi, itulah mengapa lebih baik untuk tidak membicarakannya. Kalian bisa saja terkena masalah, dan aku rasa tidak ada yang menginginkan itu," ujarnya, masih seperti dikutip The Guardian.
Pernyataan ini memiliki dua makna. Kritikan implisit terhadap FIA dan penolakan terhadap aturan yang membatasi kebebasan berpendapat para pembalap. Ia tidak sendirian, dukungan dari Grand Prix Drivers’ Association (GPDA) menunjukkan keresahan ini dirasakan luas di kalangan pembalap.
3. Ada wacana Max Verstappen akan vakum dari Formula 1
Di tengah gejolak performa dan tekanan yang dialaminya, muncul wacana jika Max Verstappen mempertimbangkan untuk mengambil jeda dari F1. Spekulasi ini mencuat setelah GP Arab Saudi ketika sejumlah sumber menyebut ia mungkin mengambil langkah sabatikal jika situasi tidak membaik. Meskipun belum ada pernyataan resmi darinya, nada bicara yang ia tunjukkan kerap kali mengindikasikan kelelahan emosional dan mental.
Verstappen mengisyaratkan kemungkinan tidak lama lagi berkiprah di F1, walaupun kontraknya dengan Red Bull berlaku hingga 2028. Ia pernah menyebutkan potensi pensiun lebih awal jika keadaannya tak sesuai harapan. Saat ini, dirinya memilih fokus kepada mobil dan timnya dan tak memedulikan kabar yang beredar, yang dianggap sebagian orang sebagai indikasi ketidakpastian.
Namun, mundur bukanlah keputusan ringan bagi seorang pembalap di puncak karier. Verstappen masih mencintai balapan itu sendiri. Itu terlihat dari antusiasmenya saat meraih pole position di Suzuka. Hanya saja, menjadi pembalap Formula 1, dengan segala tuntutan, politik, dan tekanan media, adalah hal yang berbeda. Jika ketegangan ini terus berlanjut, bukan tidak mungkin ia benar-benar mengambil langkah ekstrem untuk menjaga kewarasannya.
Max Verstappen saat ini berada di persimpangan jalan. Di satu sisi, ia masih menjadi kekuatan besar di lintasan. Namun di sisi lain, ia tampak lelah menghadapi dinamika di luar arena balap. Entah akan bertahan atau mundur, Verstappen telah memberi sinyal kuat dunia F1 perlu berubah jika ingin mempertahankan pembalap terbaiknya.