Cerita Ardima Rama Menjadi Stafsus Menpora Dito Ariotedjo

Jakarta, IDN Times - Staf Khusus Menteri Pemuda dan Olahraga (Stafsus Menpora) Ardima Rama Putra menyampaikan bagaimana Kemenpora menjadi lembaga yang inklusif di masa Menpora Dito Ariotedjo.
Ardima, yang notabene merupakan penyandang difabel, diberi kesempatan untuk menjadi pembisik dari Menpora. Hal itu mencerminkan inklusivitas dari Kementerian ini di era Dito.
“Saya diberi kesempatan menjadi Staf Khusus Menpora Bidang Kebijakan Prestasi dan Industri Olahraga. Jika biasanya orang meragukan kemampuan difabel, Menpora berani menunjuk saya,” ucap Ardima dalam keterangannya.
1. Tidak mengisi jabatan khusus difabel

Ardima sejatinya mengisi jabatan yang tak khusus untuk difabel. Jabatan itu pun sebenarnya bisa dipegang oleh orang yang biasa. Hal itu jadi bukti bahwa Menpora tidak membeda-bedakan difabel dengan orang biasa.
“Ini membuktikan bahwa Menpora, dan Kemenpora inklusif. Tidak membeda-bedakan apakah anda disabilitas atau bukan. Ketika anda memang memiliki kemampuan, maka anda berhak untuk mengisi posisi itu,” ujar Ardima.
2. Saran-saran yang juga didengar Dito

Ardima mengaku, selama memberikan masukan soal peningkatan prestasi dan industri olahraga, dia merasa suaranya didengar oleh Dito. Dia senang akan hal tersebut.
“Alhamdulillah, Menpora Dito mendengar dan mencermati masukan saya di bidang peningkatan prestasi dan pengembangan industri olahraga,” kata Ardima.
3. Harapan agar Kemenpora tetap inklusif

Memperingati Hari Disabilitas Internasional (HDI) pada 3 Desember, Ardima berharap Kemenpora semakin inklusif. Dia berharap semua kebijakan di Kemenpora bisa melibatkan dan mendengar difabel.
“Termasuk program-program Kemenpora yang lain untuk lebih banyak mengafirmasi keterlibatan difabel dalam proses perumusan dan implementasi kebijakan di Kemenpora,” kata Ardima.